24. Sitak
Jonas mengulurkan kedua tangannya pada Cinta untuk menyambut sitak yang sedang dipegang oleh gadis itu. Melihat kedua tangan Jonas yang terbuka, Cinta pun memberikannya sembari mengucapkan terima kasih. Langkahnya tegas masuk ke dalam mansion miliknya. Sepanjang perjalanan menuju kamarnya, ia melihat para dayang yang kaget begitu bertemu pandang dengannya—pemandangan yang biasa.
"Siapkan air mandi untuk Nona," titah Jonas pada salah seorang dayang terdekat. Dayang tersebut langsung melangkah terburu-buru menuju kamar mandi.
Cinta membelokkan langkahnya menuju ruang kerjanya karena tak ingin membuat para dayang yang menyiapkan air mandinya menjadi tegang. Jonas tersenyum kecil melihat perhatian kecil Cinta. Wanita itu memang sangatlah tegas dan terlihat dingin, tetapi di dalamnya ia adalah wanita hangat yang penuh perhatian. Terselip rasa bangga di dalam hatinya melihat nonanya tumbuh dengan baik walau tanpa orang tua sejak usia yang masih dini.
"Apakah ada sesuatu yang ingin Anda makan, Nona?" tanya Jonas sopan.
Cinta duduk dengan kedua tangan menyangga kepalanya, lalu ditopangkan ke meja. Ia menatap Jonas dengan pandangan bingung. Kira-kira, makanan apa yang paling enak dimakan untuk saat ini? Ia menginginkan sesuatu yang segar dan gurih. Hanya memakan daging buruan tanpa bumbu membuat lidahnya terasa mati rasa.
"Entahlah," balasnya sambil mengangkat bahu. "mungkin sesuatu yang segar dan gurih, tapi yang tak berlemak," lanjutnya lagi dengan nada yang mengambang.
Jonas mengangguk paham. Setelah membungkukkan badan, ia pun berjalan mundur. Tepat di depan pintu, ia memutar badannya sebesar 90◦dan membuka pintu tanpa mebelakangi Cinta. Ia keluar dari ruangan tanpa membelakangi Cinta layaknya seorang kepala pengurus rumah tangga yang profesional.
Cinta bangkit dari duduknya setelah ia rasa waktu yang diberikan dayangnya untuk menyiapkan air mandinya cukup. Benar saja, begitu ia sampai di kamarnya, ada 2 orang dayang yang menunggunya di depan kamar mandi. "Kalian boleh keluar. Aku akan berpakaian dan mandi sendiri," ujarnya—seperti biasa.
Kedua dayang muda itu membungkukkan badan sebagai tanda hormat, lalu berjalan mundur beberapa langkah. Kemudian keduanya membalikkan badan dan berjalan menuju pintu dengan cepat. Pintu ditutup dengan pelan dan rapat karena tahu bahwa Cinta tak menyukai kebisingan.
Sepeninggal kedua dayang tersebut, Cinta melepas pakaiannya satu per satu. Ia mencelupkan kakinya terlebih dahulu untuk mengecek suhu air. Rasanya pas, senyumnya terkembang puas. Ia pun masuk ke dalam bath up dan memejamkan matanya menikmati sensasi air panas yang melemaskan otot-ototnya yang sudah bekerja keras selama 6 hari belakangan.
------------------
386.24122021
Yuhu! Malam natal nih..
Dan aku masih nulis..
Hehehe
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro