10. Ripuh
"Hah," dengkus Andi sebal. Ia memelototi tumpukan gulungan dokumen dengan geram. "Sudah berapa lama aku terkubur di dalam gulungan dokumen ini?" sungutnya entah pada siapa. Pasalnya, di ruang kerjanya ia hanya sendirian. Di depan kamarnya pun, tak ada seorang pun kesatria yang berjaga.
"Ternyata kalau tanpa Nona Cinta, aku ripuh sekali, ya," gumamnya. Di dalam nada suaranya terselip kerinduan yang amat sangat pada ajudan terbaiknya itu. Ia sungguh merindukan kecekatan dan kepintaran ajudannya.
Setelah mendumal sembari membayangkan omelan pedas Cinta, Andi kembali menenggelamkan dirinya ke dalam gulungan dokumen. Malam itu, ia kembali tak beristirahat demi menyelesaikan gulungan-gulungan jelek itu. Selain itu, ia juga sudah menyortir mana gulungan yang penting dan mana yang kurang penting agar ia tahu mana yang harus lebih dahulu ia kerjakan.
Pintu ruang kerja Andi diketuk pelan membuat pria itu mendongakkan kepalanya dan memerintahkan kepada siapa pun yang ada di luar sana untuk masuk. Seorang kesatria masuk ke dalam dan memberi hormat.
"Saya menghadap Yang Mulia Raja. Semoga berkat Dewa selalu menyertai Yang Mulia," salamnya sembari membungkukkan badannya sebesar 90°.
Andi mengangguk sekilas. "Ada apa?" Nada penuh wibawa itu sempat membuat si kesatria gentar sejenak.
Kesatria itu mengangguk tegas sebelum menyampaikan maksud kedatangannya. "Semua bahan pangan sudah disalurkan kepada seluruh rakyat yang kesulitan, Yang Mulia. Bibit tanaman juga sudah disalurkan kepada seluruh petani yang membutuhkan. Para pedagang yang kekurangan modal bisnis juga sudah mendapatkan bantuan uang, Yang Mulia." Kesatria itu menyelesaikan laporannya dengan membungkukkan badannya penuh hormat.
"Bagus. Kalian sudah bekerja keras," puji Andi puas. Ia juga merasa bangga dengan pekerjaan Cinta yang cepat. Semua ini bisa selesai berkat pekerjaan Cinta yang bagus. Wanita itu benar-benar sangat membantunya dalam segala hal.
Ah, lagi-lagi ia merindukan kehadiran wanita itu di sampingnya. Dengan adanya Cinta di sampingnya, semua pekerjaannya terasa berkali-kali lipat lebih ringan. Ingin rasanya ia menyeret, lalu memasung Cinta agar terus bekerja padanya. Akan tetapi, jika ia melakukan itu—pastinya—Cinta akan melakukan pemberontakan. Sial-sial, Cinta mungkin akan membunuhnya. Maka dari itu, ia sekarang tak ingin mengganggu waktu istirahat ajudannya yang berharga itu.
----------------
341.10122021
Wah! Sempat bingung karna keyword-nya. Soalnya Cinta lagi liburan kan. Kalau tiba-tiba disuruh balik untuk bekerja, pasti dia bakal bunuh raja Andi.
Jadilah aku siksa dulu Raja Andi dengan kerjaan yang menumpuk.
Wkwkwkkw
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro