Sebuah mobil sedan berwarna merah terparkir rapi di depan sebuah gang. Tiga orang pemuda yang di dalamnya saling menatap. Seolah sedang mempertimbangkan sesuatu. Pria yang berambut cepak berkulit putih membuka mulutnya, namun tak ada kata yang keluar hingga ia menutupnya kembali. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Helaan napas berat terdengar di ruang sempit itu. "Cekang sekali gang ini. Mana bisa masuk mobil kita." Ucapan yang di keluarkan pria botak berkulit kecoklatan itu mengundang kerutan di dahi teman-temannya. Pria berambut gondrong berkulit kecoklatan menyenggolnya, menginginkan penjelasan dari kalimatnya. "Apa?" tanyanya karena ia tak mengerti kode seperti itu.

"Cekang itu apa?" tanya pria tersebut. Pria botak itu melotot dan menganga tak percaya, seolah mengatakan 'kau ini bodoh sekali, cekang saja tidak tahu'. "Jelaskan saja. Tidak usah menatapku seperti itu," lanjutnya kesal karena tidak suka ditatap seperti itu.

Plak! Sebuah telapak tangan besar mendarat tepat di belakang kepala pria gondrong itu. "Bodoh sekali! Cekang saja tidak tahu. Kau ini orang Indonesia, tapi tak tahu Bahasa Indonesia. Dasar payah," cibir pria berambut cepak. Gondrong mendelik mendengarnya. Tak terima diperlakukan seperti itu. Ia memukuli si cepak kembali.

"Memangnya kau tahu?" Cepak memamerkan cengiran khasnya membuat gondong yakin seyakin-yakinnya jika cepak tidak tahu apa artinya.

"Hah! Dasar maling teriak maling. Kau saja tidak tahu apa artinya. Malah mengataiku bodoh. Asal kau tahu, kau juga sama bodohnya denganku," sembur gondrong yang hanya ditanggapi dengan cengiran lebar cepak. Lalu gondrong dan cepak menoleh pada botak.

"Jadi, apa arti cekang itu?" tanya mereka berdua secara bersamaan.

Botak menggeleng lemah dan terkekeh pelan. "Aku juga tidak tahu. Aku sudah lupa. Aku pernah mendengarnya dimana saja aku lupa. Hahaha. Sebentar, aku cek di kamus dulu."

Day 2
Keyword : Cekang