Tuan, drama apa lagi yang sedang kau pertunjukkan? Kebohongan apa lagi yang kau jabarkan?

Aku muak. Ketidakpedulianmu sungguh memancing amarahku. Kau yang memulai. Dan kau pula yang pergi dengan sebegitu pecundang.

Salahku, yang merindukanmu dengan menyedihkan. Meski berkali-kali kau abaikan. Meski berkali-kali kau hindari dengan kejam.

Salahku, yang mencemaskanmu. Harusnya aku tahu kamu tak pernah merasa rapuh seperti aku. Karena kamu tak merasa apa yang menderaku.

Kini, amarah menghanguskan rindu. Kini, kesalku tak lagi ingin perduli. Biarlah kamu urus sendiri.

Harga diri menuntutku untuk tetap tegak berdiri. Aku bukan pecundang sepertimu. Aku akan membalikan diri dengan cara yang anggun.

Semoga kamu sadar, apa yang kamu lakukan itu keterlaluan.

Selesai.