Orang bilang, kita tak akan pernah benar-benar tahu betapa berharganya seseorang sampai kita kehilangan orang itu. Awalnya, aku tak percaya. Sampai hal itu terjadi.

Dia ternyata sungguh berarti. Pengganggu itu ternyata menempati posisi penting. Hal yang akan kutertawakan kemarin hari saat memikirkan bahwa dia penting.

"Jangan begadang terus, cepet mati."

Omongannya mungkin sedikit kasar. Tetapi tulus. Dia tak bisa berkata hal-hal manis. Dan memang tak cocok. Tetapi omongannya selalu berarti. Bahwa dia peduli.

Kami bukan sahabat karib yang saling mengakui. Tidak pula saling bertingkah manis. Aku menganggapnya pengganggu. Dan dia menganggapku rival, seteru nomor satu.

"Jangan bertingkah sok cantik, lo ya lo. Be yourself!"

"Jangan nangis, udah tau jelek. Lo jadi makin jelek."

Aku hanya mencibirnya, bilang bahwa dia bawel. Jangan ikut campur. Urus saja urusan masing-masing. Tapi dia tetap seperti itu. Perhatian-perhatian kecil yang sebenarnya berarti. Dia hanya tak mengerti bagaimana cara menyampaikan perhatian dengan baik agar tak memancing emosiku.

Kini, aku merindukan hal itu. Dia dan perhatian menyebalkannya. Terlambat. Tak akan ada lagi hal seperti itu. Dia sudah pergi.

Untuk seseorang yang pada akhirnya kuakui sebagai sahabatku, beristirahatlah dengan tenang.

Selesai.