22. Matikan perasaan
"Zera minta jemput ke Arman di jalan Kapten Muslihat, gara-gara bannya kempes," ucap Vanno pada Vanny dan Jessica.
Jessica lebih dulu bereaksi, "Dan dengan otak tumpul Arman mengenai cinta, dia mau aja ngejemput Zera?"
Vanno menangguk. "Alasannya karena Zera temen kalian juga. Klasik banget 'kan."
"Pantesan kuping gue panas, kalian lagi ghibahin gue," ujar Arman memasuki ruang Musik. Lalu ia memilih duduk di sebelah Jessica.
"Lagian lo bego amat sih, mau aja dibegoin ama Zera. Lo harus belajar dari Vanno nih, biar otak lo gak tumpul-tumpul amat soal cinta."
Arman menghela napas kasar. Apa salahnya ia membantu Zera semalam?
"Man, sebagai cowok lo jangan mau diinjek-injek. Mana nih Arman yang cool, irit ngomong, cuek dan galak? Masa lo gak terima sih, diputusin Zera yang udah selingkuh dari lo."
Salahkah ia mencoba untuk mempertahankan hubungan meskipun semesta terus memisahkan mereka?
Vanny yang sedari tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Gue rasa ada yang Zera sembunyiin. Tadi pagi Zera bilang kita gak tau pemicu ini semua, jadi jangan ikut campur."
"Ya harusnya dia terbuka dong, jangan pake alasan klasik buat mutusin, dia harus jujur," seloroh Vanno.
"Mungkin ini pribadi banget."
Vanno berdehem keras, "Pokoknya, apapun alasannya Arman harus lupain Zera, matiin rasa cinta lo yang emang udah dia matiin sejak lama, karena itu hanya akan memperdalam luka."
Arman mengangguk terpaksa. "Gue akan berusaha. Karena gue sadar, gak guna mempertahankan hubungan di saat dia sudah terlanjur pergi jauh."
•••
Bogor, 29 Desember 2017
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro