19. Sadar
Arman memukul samsaknya tanpa lelah. Vanno yang melihat dari dua jam yang lalu pun jengah.
"Heh, Bro ... lo ngapain galauin anak orang gini, sih?"
"Berisik lo!"
Kan, malah gue yang disembur, batin Vanno.
"Celik, woy! Celik!" teriak Vanno berlebihan.
"Apaan sih!"
"Ck ... gue kasih tau, ya ...
lebih baik dia pergi meninggalkan luka daripada bertahan di samping lo tanpa rasa. Lo gak perlu ngejar-ngejar yang ingin pergi di saat ada yang lain datang dengan suka hati. Berhenti jadi pengemis cinta."
Arman tercenung. Apa benar Zera sudah tidak memiki rasa padanya? Apa benar Zera ingin benar-benar pergi darinya? Lantas siapa yang datang dengan suka hati padanya?
"Kalo kata Vanny sih, bucin boleh, bego jangan."
Arman menoleh pada Vanno. "Siapa yang datang dengan suka hati ke gue?"
Vanno menggetok kepala Arman dengan makalah yang ia gulung. "Peka makanya! Itu otak jangan dipake buat bacain buku doang, tapi buat baca keadaan sekitar!" Setelah itu, Vanno berlalu ke kamarnya. Tak acuh pada reaksi Arman.
Siapa, sih. Vanno goblok! Belum pernah gue sleding hamil, ya!
•••
Bogor, 24 Desember 2017
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro