Hapibi Mbah Wahlberg
Pagi-pagi buta mereka dipanggil menghadap di ruangannya. Wahlberg, Meliadoul dan Cyril tidak tahu alasan mengapa mereka dipanggil. Kadang karena ketidaktahuan itu mereka bertiga suka saling tuduh, apalagi Meliadoul dan Cyril yang kalau bergerak bisa bikin tanah bergetar.
Adam tersenyum melihat tiga anak didiknya sudah berkumpul.
"Kalian bisa tebak gak, bapak bawa kejutan apa untuk murid-muridku yang kusayang dan kucingtah ini?"
"Buku?" Meliadoul mengerutkan kening.
"Betul sekali muridku yang paling cantik," katanya sembari mengacak-acak rambut pirang Meliadoul. "Bapak dapetin buku dongeng unik ini dari temen elf yang bapak temui dua hari lalu."
"Unik gimana?" tanya Cyril.
Adam tersenyum penuh kemenangan, ia merasa bangga berhasil bikin anak didiknya penasraan dengan buku dongeng di tangannya. Dengan dengusan nafas menggebu-gebu, Adam menjelaskan isi buku dongeng itu ada tiga muridnya, setelah memberiman penjelasan panjang lebar tanpa aba-aba Adam membuka buku dongeng itu di depan mereka dalam hitungan detik, tiga muridnya tersedot masuk ke dalam buku dongeng.
Adam tidak memberitahu caranya keluar dari buku dongeng pada mereka bertiga, kelihatannya Adam sangat senang bisa menjebak tiga muridnya di dalam sebuah buku dongeng.
---
"Kita di mana?"
"Terakhir kali aku ingat Pak Adam membuka buku dongeng, lalu kita semua tersedot ke dalam buku itu."
"Bagus, kita semua terjebak dalam buku tanpa tahu gimana keluarnya."
Ketiganya menghembuskan nafas pasrah, mereka tahu betul seabstrak apa guru mereka, lihat saja bibit-bibit yang dicoba gurunya untuk tumbuhkan ga kalah absurdnya--ini merujuk pada mereka bertiga. Setidaknya dari mereka bertiga yang punya masa depan ugal-ugalan cuman model iklan sampo berambut perak.
"Terus kita mau gimana?"
"Jalan-jalan keliling dunia dongeng ini? Mungkin Pak Adam mau kita melihat sihir dari sudut pandang yang lain?"
"Sekalian nyari cara untuk keluar."
Mereka pun memutuskan untuk keliling sembari mencari jalan keluar sekalian mencari tahu isi buku dongeng yang mereka masuki ini seperti apa. Mereka berjalan mengikuti jalan setapak.
Suasana di dunia ini sangat indah seperti dunia nyata, mungkin yang sedikit membedakan adalah hewan-hewan terlihat seperti kertas yang dibentuk-bentuk atau biasa disebut origami. Wahlberg sebagai anak paling rajin dari ketiganya mencatat sesuatu yang unik di matanya, kedua mata yang berbinar daribalik kacamata bulatnya senantiasa menemani tiap menuliskan sesuatu ke catatan kecilnya.
Tak lama mereka berjalan, mereka melihat dua ekor kodok berukuran lumayan besar, mereka bertiga sigap bersembunyi di balik pohon juga semak-semak, mereka mencoba untuk curi dengar apa yang dikatakan dua kodok itu.
"Mereka ngomongin soal penyihir hutan."
"Apa jangan-jangan kita masuk ke buku dongeng ini otomatis jadi karakter pemerandi buku ini?"
"Mungkin."
"Kalo gitu ayo kita samperin mereka."
"Wahl aja sana," balas keduanya kompak.
"Ehhh~?"
Mendapat respon seperti itu, Meliadoul melirik Cyril.
"Sama Cyril aja sana samperin dua kodok itu."
Cyril nunjuk wajahnya sendiri sambil pasang ekspresi "Kok gua?".
"Kalian ga baca sinopsis yang ditulis sutradara?"
Cyril memasang wajah malas, melirik Wahlberg. "Gua suka sama dia? Najis tralala trilili." Habis itu tangannya menggandeng tangan Wahlberg dan berkata, "Yuk beb kita samperin kodok kertas itu."
Wahlberg tidak tau mau bereaksi seperti apa setelah melihat Cyril, tidak bisa berkata apa-apa. Meliadoul menepuk jidatnya tambah istighfar dalam hati.
Cerita pun kembali berjalan dengan Cyril dan Wahlberg keluar dari tempat bersembunyian untuk menemui dua kodok origami itu. Meliadoul diam menonton dari belakang, menguping saja.
"Apa sih yang mereka omongin?" gumamnya.
Setelah Meliadoul mengintip cukup lama akhirnya Cyril dan Wahlberg selesai berbincang dengan dua katak origami itu, mereka berdua berjalan kembali ke tempat persembunyian. Wahlberg dengan senang hati menjelaskan secara singkat dunia dongeng pada Meliadoul, Meliadojl mengangguk-angguk bak pajangan dashboard mobil.
"Jadi kita di sini beneran jadi karakter dongeng."
"Kurang lebih begitu, tadi mereka memanggil kita sebagai pahlawan yang akan menyelamatkan mereka dari naga jahat."
"Kayaknya kalo mau keluar dari tempat ini kita harus menyelesaikan ceritanya."
Meliadoul memberikan ekspresi kecewa,itu tandanya ia masih harus menghabiskan waktu bersama dengan kedua sahabatnya ini. Entah sampai kapan, ia berharap diperbolehkan mengumpati gurunya yang suka bertingkah seenak jidat. Kalau mau ngurungdirinya jangan sama dua mahluk tidak jelas berambut panjang ini.
"Aku yakin ada jalan keluar, mending kita mulai keliling, lupakan soal cerita naga jahat."
Cyril dan Wahlberg kompak mengangguk, mereka cuman mau menghindari Meliadoul agar tidak marah aja, namun nyatanya yang mereka lakukan hal sebaliknya. Mereka beneran mengikuti alur cerita dongeng ini sampai selesai, sampai naga jahat yang ditakuti seluruh penghuni cerita buku dongeng menjadi naga kecil yang imut. Dalam waktu singkat meskipun Cyril banyak ngeluhnya dan sedikit umpatan dari mulut manis Meliadoul, yang kelihatan paling legowo dan menikmati cerita hanya Wahlberg seorang.
"Capenya ...." Melidoul berbicara sembari menjatuhkan pantatnya ke rerumputan.
"Lumayan melelahkan ...."
"Aku tidak bisa mengelak soal itu, tapi asik, ya kan?" celetukan ini keluar dari mulut Wahlberg dengan senyum berseri.
Cyril dan Meliadoul memandang tidak suka pada Wahlberg. Dipandang seperti itu membuat Wahlberg tertawa renyah sembari menggaruk kepalanya.
"Habis ini ayo kita cari pembatas buku yang mereke maksud tadi ...," katanya dengan suara lirih, seolah tidak ikhlas mengatakannya. "Lebih lama di sini tidak buruk, ada yang mau menemani aku jalan-jalan sekitaran sini ...?"
"Aku ga ya, kalo mau ajak ni anak aja, biar lu gak nyasar," kata Meliadoul sambil noyor kepala sahabat model iklan samponya itu beberapa kali.
Cyril memukul tangan Meliadoul.
"Cyril, mau ikut? Keliling Forest of Blessing aja."
Cyril tidak langsung menjawab, ia baru bergerak setelah Meliadoul menyikut pinggangnya beberapa kali.
"Iya-iya, gua ikutin kemauan lu itu," kata Cyril dengan nada sinis pada Meliadoul.
"Gua cuman ingetin lu buat ikutin naskah aja, dah sana PDKT."
Cyril mendengus tidak ikhlas. "Iye dah."
Cyril pun berjalan menghampiri Wahlberg, dan menggenggam tangannya. "Ayo."
Wahlberg agak bingung kenapa Cyril suka tiba-tiba megang tangannya.
Cyril dan Wahlberg meninggalkan Meliadoul sendirian. Meliadoul memperhatikan dua sahabatnya itu, sebuah tatapan heran diberikannya saat melihat ke punggung Cyril, Meliadoul selalu heran pada teman Asrama Langnya satu itu.
"Bilangnya ga suka, tapi digandeng juga tuh tangan, huft, susah punya temen yang gabisa jujur sama perasaannya," katanya sambil menggelengkan kepala.
---
Kembali ke Cyril dan Wahlberg yang berjalan-jalan tanpa arah dan tujuan, tidak disangka mereka malah penasaran dengan jalan yang dibuat dari bebatuan yang melayang, Cyril pernah bilang diujung jalan ada tempat seperti goa, Wahberg mendengar itu jadi penasaran untuk mendatangi goa yang dimaksud Cyril.
"Aku belum bisa menggunakan sihir yang bisa bikin aku melayang, Cyril bisa?" tanyanya sembari menengok pada lelaki cantik bermata merah di sebelahnya.
"Aku sudah bisa, kalau begitu pegang tanganku erat-erat."
Wahlberg mengangguk sembari tersenyum, pegangan tangannya pada Cyril mengerat. Seketika wajah Cyril memerah dan berusaha untuk meyakinkan bahwa dirinya mengatakan hal tadi bukan mencari kesempatan, disisi lain ada rasa senang yang muncul karena tangannya dipegang erat-erat.
"Baru dipegang aja engas, dasar mesum."
Tiba-tiba di dalam kepalanya muncul suara, berkat suara itu perasaan berbunga-bunga di hari Cyril lenyap begitu saja.
"Meliadoul ...."
"Ada apa Cyril? Meliadoul mau ikut menyusul?"
Cyril membalasnya dengan cepat. "Eng--engga! Mana mau gorila itu mau repot-repot ngelakuin itu."
"Terus tadi Cyril ngomong sama siapa?"
"Ga sama siapa-siapa ...."
"Pembohong."
"Keluar dari dalam kepalaku, gorila sialan."
"Tidak akan kubiarkan kamu melakukan yang aneh-aneh ke Wahlberg."
Tangan kirinya bergerak memegangi kepala, mulutnya mengumpat dengan suara kecil, menyuarakan kekesalannya terhadap Meliadoul yang ikut campur, padahal Cyril sudah menunggu hari ini. Di tempat indah ini, menghabiskan waktu bersama Wahlberg apalagi hari ini hari spesial untuk Wahlberg.
"Cyril, kamu baik-baik saja?"
"Aku baik, ayo kita pergi."
Wahlberg mengangguk.
Cyril memejamkan kedua matanya, menggenggam tangan Wahlberg lebih erat dari sebelumnya, Cyril, belum terlalu mahir menggunakan sihir Levitation, ia masih harus mengumpulkan fokusnya untuk menggunakannya, apalagi sekarang ia membawa temannya terbang. Butuh 5 detik untuk bisa membuat dirinya melayang. 5 detik itu karena ada suara-suara gaib Meliadoul yang mengganggunya.
Wahlberg memandang takjub Cyril saat tubuhnya ikut terangkat ke udara.
"Cyril, keren, tubuhku terasa ringan."
Dalam perjalanan Cyril mengambil kesempayan melirik Wahlberg, memperhatikan ekspresi senang di wajahnya. Reaksi Wahlberg yang paling berbeda dari dirinya dan Meliadoul, mirip dengan seorang anak kecil yang menemukan mainan baru.
"Wahlberg, kamu senang di dalam buku dongeng ini?"
"Tentu aja, Pak Adam selalu punya ide yang menarik dan kali ini Pak Adam memberikan kita pengalaman masuk ke dalam buku dongeng."
"Syukurlah kalau begitu."
"Jangan bilang ide buku dongeng ini dari Cyril?"
"Enggak! Mana mungkin aku keipikiran menjebak kita bertiga di dalam buku, yang aku sendiri ga tau buku apa ini."
"Begitu ya."
Perbincangan berakhir, mereka berdua juga sampai di pintu masuk Cave of Eerie Murmurs, sampai di sana mereka mengamati sekitar, ada kolam kecil di kiri dan kanan, tak lama Wahlberg memanggil Cyril untuk membantunya ke atas pijakan agak tinggi yang mirip dengan teratai. Cyril memberikan tangan kanannya, Wahlberg mearuh tangan kirinya ke atas tangan Cyril, menggenggamnya erat, lalu kaki kanan naik ke pijakan dan naik ke atas teratai itu.
"Apa yang kamu mau lakukan?"
"Coba-coba aja."
Wahlberg melompat kecil di atas teratai itu.
Muncullah semburan air dari dua kolam itu.
Wahlberg mencoba meloncat lagi.
Semburan air menghilang.
"Cyril, lihat teratai ini bisa menghilang dan munculkan semburan air."
Cyril hanya memperhatikan Wahlberg dalam diam, hatinya tidak kuat menahan tingkah Wahlberg yang seperti anak-anak saat ini.
Lucu banget temenku yang satu ini, batinnya sembari menutup mulut, dan menundukkan kepalanya, melihat Cyril beritngkah aneh Wahlberg berhenti lompat-lompat dan bertanya kondisi Cyril.
"Aku gapapa ... aku gapapa ...."
"Beneran?"
"Iya ...."
"Cyril."
"Apa?"
"Bantuin aku turun."
Cyril menghadapkan dirinya pada Wahlberg, lalu merentangkan kedua tangannya. "Loncat sini."
Wahlberg meloncat dari teratai ke Cyril dan memeluknya. Cyril mengerahkan tenagannya ke kaki untuk menahan beban berat badan Wahlberg agar mereka berdua tidak jatuh. Wahlberg mengucapkan terima kasih pada Cyril.
Ucapan terima kasih itu cukup memberi dampak yang cukup hebat pada jiwa Cyril.
Cyril memegang dada ngilu, ia tidak sanggup menahan manis temannya yang satu ini.
"Cyril? Kamu beneran gapa--"
Ucapan Wahlberg terputus ketika suara dari balik pintu goa.
"Suaraku, tapi suara itu bukan kehidupan ...."
"Kontradiksi adalah asal mula interaksi, dan interaksi adalah awal dari dialog ...."
Cyril dan Wahlberg saling melirik.
"Kamu mendengar suara itu?"
"Iya."
"Gimana kalau pindah tempat? Aku pikir tempat ini bukan untuk kita jelajahi."
"Kalau kamu mau pindah , ayo."
Cyril dan Wahlberg pun berpindah tempat, ke tempat yang lebih tinggi, dari Cave of Eerie of Murmurs ada tebing paling tinggi, di situ ada pohon dengan batang yang agak melingkar dan daun lebar dan besar warna biru keunguan.
Sesampainya di tebing itu mereka duduk di batang pohon, menikmati pemandangan.
"Wahlberg."
"Hm?"
"Selamat ulang tahun."
"Terima kasih Cyril," ucapnya dengan riang.
Sepasang mata merahnya membulat, kemudian memalingkan wajah dengan wajah merona. "Ya ...."
Sementara itu di tempat Meliadoul. Meliadoul sedang berada di Forest of Blessing, tepatnya di dekat sebuah pembatas buku berukuran raksasa. Di tangan kanannya ada bola kaca yang memperlihatkan kedua sahabatnya yangs edang mesra-mesraan liat pemandangan.
"Mereka malah pacaran, aku pulang sendiri aja kali ya."
"Repot kalau harus jemput mereka, kalau mereka berdua udah pulang aku botakin tuh rambut penuh uban, enak banget ninggalin gua sendiri, nyari jalan keluar sendiri, mereka asik-asikkan pacaran."
"Gua pikir mereka ga bakal lama, ga bakal ninggalin gua sampe 1 jam lebih!"
Meliadoul tersenyum lebar diselimuti amarah sampai bola kaca di tangannya hancur sampai berkeping-keping.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro