Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10. Surat Kelulusan

Hanya satu jam Rey bisa memejamkan matanya. Ia kembali bangun dan duduk memikirkan nasib dirinya.

Besok kelulusan kita nih teman-teman!

Iya, aku bahagia deh,

Eh Rey, tugas lo di tanyain pak Haris mulu tuh di group murid dan dosen!

Si Rey gak ikutan bahas soal kelulusan kali,

Rey, tugas lo belum selesai ya?

Berisik lo semua!

Rey kembali mengacuhkan teman-temannya yang mengoceh di group kelas.

"Gue pasrah deh, biarlah Sani yang jadi penolong gue kali ini,"  batin Rey.

"Kalau Sani jadi pacar gue, apa kabar dengan hati gue dong? Dia kan butuh Kayla," lanjutnya.

Kayla berjalan menuju ruangan Ayahnya dengan membawa laptop dan flashdisk milik Rey.

"Pa," ucap Kayla.

"Iya, kenapa Kay?" balas Pak Haris.

"Kayla mau ngasih semua tugas murid Papa nih,"

"Lho, kok kamu yang ngasih?"

"Flashdisk-nya ketinggalan di mobil Kayla Pa, punya Rey, murid kebanggaan Papa 'kan?" cengir Kayla.

"Bukan kebanggaan Kay," balas Pak Haris.

Kayla hanya tersenyum.

"Oh iya Pa. Kayla boleh minta ini gak? Papa buatin surat kelulusan ya, Kayla mohon!"

"Iya, kalau Papa udah periksa semua tugasnya,"

"Papa baik deh," ucap Kayla dan langsung memeluk Pak Haris hangat.

Pak Haris hanya menggelengkan kepala, Kayla kembali berjalan menuju kamarnya. Rasa senang di wajah tidak bisa disembunyikan.

"Rey, pasti lo gak bakalan tahu kalau itu surat kelulusan dari papa gue, khusus buat lo," ucap Kayla.

"Kok gue jadi senyum-senyum sendiri sih?" tanya Kayla.

Rey berjalan keluar dan berdiri di teras depan untuk mencari udara segar. Ia mengambil nafas dalam berusaha lebih tenang menerima konsekuensi dari apa yang dipilihnya.

"Semoga ada keajaiban yang datang," ucap Rey.

Rey terus mondar-mandir, hatinya resah. Ia terus berusaha memejamkan matanya dan berharap besok akan berjalan sesuai dengan harapannya.

**

Happy graduation teman!

Udah pada berangkat ke kampus 'kan?

Gue lagi jalan ke kampus nih,

Kebahagiaan untuk kita!

Rey melirik ponsel yang terus hidup oleh notif-notif dari teman-temannya.

Rey sebenarnya bukan menunggu itu, ia menunggu Sani mengirimkan pesan bahwa dirinya sudah lulus dan bakalan di wisuda.

Jam dinding menunjukan hari sudah pagi, tetapi tidak ada notif satu pun dari Sani. Rey menghembuskan nafas pasrah lalu membenamkan wajahnya lagi.

Ting... tong...

Bu Rina langsung berjalan keluar melihat siapa yang membunyikan bel sepagi ini.

"Iya Mas, cari siapa?" tanya Bu Rina.

"Saya mengirimkan pesan untuk Reynad Raharja. Bu," ucap Dodi, petugas pos.

"Oh itu anak saya Mas, terima kasih," ucap Bu Rina tersenyum ramah.

Setelah petugas pos itu pergi, Bu Rina berjalan menuju kamar Rey.

"Surat apa sih ini?" tanya Bu Rina bingung.

Bu Rina berjalan menuju kamar Rey dengan membaca surat itu.

"Rey, Mama boleh masuk?" tanya Bu Rina dengan mengetuk pintu.

Rey tidak menjawabnya. Bu Rina langsung membuka pintu yang sama sekali tidak dikunci.

"Lho, kok kamu malah tiduran sih, Nak?" tanya Bu Rina.

"Rey lagi males Ma," ucap Rey.

"Bukannya kamu hari ini di wisuda?" tanya Bu Rina.

"Gak Ma, Rey lulusnya gak tahu tahun berapa,"

"Kamu lulus kok sayang, di wisuda bareng teman-teman kamu!" ucap Bu Rina meyakinkan.

"Mama serius? Mama gak bohong 'kan?" tanya Rey terpelonjak kaget.

"Mama serius, Ini suratnya,"

Rey kemudian mengambil surat itu dan membacanya.

"Siapa yang ngirim ini, Ma?" tanya Rey kaget.

"Mana Mama tahu Rey," balas Bu Rina.

Tiba-tiba ponsel Rey berbunyi, sebuah panggilan masuk dari Bagas.

"Congratulation brader gue, leluhur gue, kadalnya Kayla," ucap Bagas dari balik suara.

"Lo ngomong apa sih Gas?"

"Ya gue ngucapin selamat Rey, atas kelulusan lo,"

"Lo juga tahu Gas?"

"Orang sekampus juga udah tahu kalau lo lulus Rey, nama lo disebutin terus dari tadi,"

"Emang lo lagi di mana Gas?"

"Gue di kampus. Udah cepetan Rey lo ke sini. Lo mau kelulusan lo di pending lagi?"

"Gak dong Gas, gue ke sana sekarang,"

Rey langsung mematikan ponsel. Ia melompat gembira.

"Ma, ternyata itu surat beneran. Rey lulus Ma, Rey lulus," ucap Rey gembira.

"Udah kamu langsung siap-siap, kita berangkat ke kampus!" ucap Bu Rina.

Rania berjalan dan berdiri di dekat pintu melihat kebahagiaan Kakaknya.

"Cieee, seneng nih udah lulus?" goda Rania.

"Apa sih Dik?" tanya Rey cengengesan.

Rania mendekat ke arah Rey dan duduk di samping Bu Rina.

"Rania boleh ikut 'kan?" tanya Rania.

"Boleh Adik Kakak yang bawel, nyebelin," ucap Rey dengan mencubit pipi Rania.

"Yang cantik juga dong Kak!" ucap Rania manja.

"Iya Adik cantik. Pengen dibilang cantiknya maksa ya Ma," ucap Rey.

"Biarin," balas Rania.

Kayla mengeluarkan semua pakaian yang berada di dalam lemari dan mencobanya satu persatu.

"Masa iya, gue ke kelulusan Rey pakai baju ini?" tanya Kayla ke arah dirinya yang berada di depan cermin.

"Apa yang itu aja?"

"Ini cocok kali ya?"

"Ah enggak deh, ini sih terlalu pendek,"

"Lo harus terlihat cantik di depan Rey,"

"Kok gak biasanya gue gini sih?"

Kayla terus berbicara dengan dirinya yang berada di dalam cermin. Tiba-tiba Bu Asmita masuk ke dalam dan memilihkan pakaian untuk Kayla.

"Kamu cocok pakai ini sayang," ucap Bu Asmita.

"Serius Ma, yang ini?" tanya Kayla.

Bu Asmita mengangguk yakin, Kayla langsung mengambil gaun berwarna hijau toska dan menempelkannya ke tubuhnya.

"Lo cantik pakai ini Kay," batin Kayla yang melihat dirinya di hadapan cermin.


**

Universitas Harapan Nusa telah dipenuhi ribuan orang, namanya juga mau merayakan kelulusan. Rey berjalan dengan penuh percaya diri bersama Bu Rina dan Rania di sampingnya.

"Rey, lo bawa pacar lo juga?" tanya Damar.

"Dam, bukannya salam dulu sama Tante Rina. Lo malah tanya soal itu," ucap Bagas.

"Oh iya maaf Tante," cengir Damar.

"Tidak apa-apa," ucap Bu Rina tersenyum.

"Ini pacarnya Rey 'kan, Tante?" tanya Damar.

Karena mendengar pertanyaan tersebut, Rania langsung tertawa sehingga membuat Damar dengan Bagas merasa bingung.

"Dia Adik gue Dam!" ucap Rey.

"Seriusan Adik lo Rey?" tanya Damar kaget.

"Rania ini emang Adiknya Rey, Nak Damar!" tegas Bu Rina.

"Tapi kok lo gak pernah bilang kalau punya Adik sih Rey?" tanya Bagas.

"Jadi gini, sejak kepergian bokap, gue yang harus jadi tulang punggung keluarga. Termasuk gue harus kerja dan biayain kuliah gue juga. Tapi Oma bilang, Rania sekolahnya diurusin sama Oma di Bandung.

Gue dan nyokap setuju, tapi setelah Rania sekolah. Gak lama Oma meninggal. Ya, sekarang biaya sekolah Rania jadi urusan gue. Gue juga harus kerja di bengkel, buat hidupin keluarga gue," ucap Rey.

"Sorry Rey, gue gak ada maksud buat ngulang masa lalu lo," ucap Damar.

"Santai aja," balas Rey.

"Rey, Mama sama Rania duduk di sana 'kan?" tanya Bu Rina menunjuk ke arah orang tua mahasiswa.

"Iya Ma," balas Rey.

Bu Rina berjalan bersama Rania meninggalkan mereka bertiga.

"Oh iya Gas, Dam, lo lihat Sani gak?" tanya Rey.

"Ngapain lo nyari Sani?" Damar bertanya balik.

"Gue mau ngucapin makasih, karena dia juga gue bisa lulus!" tegas Rey.

"Lo balikan lagi sama Sani?" tanya Bagas kaget.

"Kayaknya sih, iya Gas,"

"Wah, hancur sudah dunia ini," ucap Bagas dengan memalingkan wajah.

Tanpa sengaja Bagas melihat Kayla yang terus memandang ke arah mereka.

"Mati. Kayla pasti denger nih," batin Bagas serba salah.

"Ya udah, gue cari Sani dulu," ucap Rey.

Rey melihat Sani yang sedang berkumpul bersama teman-temannya. Rey langsung melangkahkan kaki untuk mendekati Sani.

"San—" teriak Rey dengan mengangkat sebelah tangannya.

"Rey?" tanya Kayla.

Langkah Rey mendadak berhenti saat seorang gadis berteriak memanggilnya.

"Rey, tunggu," ulang Kayla.

Bagas menghembuskan nafas lega, Damar hanya menatap Kayla bingung.

"Iya Kay kenapa?" tanya Rey.

"Gue mau ngucapin selamat Rey," ucap Kayla dengan intonasi yang cepat.

"Oh iya Kay, makasih,"

Kayla terus bertingkah aneh di hadapan Rey.

"Lo cantik Kay," ucap Rey.

Kayla terdiam melihat Rey. Rey terus saja melirik ke arah Sani.

"Oh iya, gue ke sana dulu ya," ucap Rey.

Rey langsung membalikkan badan meninggalkan Kayla yang masih terdiam.

"Bukan Sani, tapi gue Rey," ucap Kayla.

Rey berhenti dan membalikkan badannya lagi ke arah Kayla.

"Maksud lo Kay?" tanya Rey bingung.

"Gue yang ngasih semua tugas lo ke Papa,"

Karena penasaran, Bagas dan Damar mendekat ke arah mereka.

"Emang bokap lo siapa Kay? Ketua yayasan juga?" tanya Damar.

"Pak Haris, dosen kesayangan lo Rey," ucap Kayla.

Rey membisu, hampir saja ia berjalan untuk mendekati Sani. Dan hampir saja ia bersedia menyatukan hati kembali.

"Iya Rey, pak Haris itu Papa gue!" tegas Kayla.

"Lo serius Kay? Lo ngasih semua tugas gue?" tanya Rey kaget dan heran juga.

"Lo lupa Rey, flashdisk lo kan bersemayam di mobil gue,"

"Jadi, lo ngasih semua tugas gue? Berarti lo juga udah liat video itu dong?" tanya Rey.

"Video apa Rey?" tanya Damar penasaran.

"Video Rey yang ngungkapin rasa sukanya ke gue," balas Kayla.

"Jadi jawabannya Kay?" tanya Rey.

"Jawaban apaan?"

"Jawaban hati lo,"

"Ah lama lo berdua," geleng Damar.

Rey menggaruk tengkuknya, kedua temannya tersenyum dan menjadi saksi persatuan cinta mereka.

"Makasih banyak. Kayla Paradita," ucap Rey dengan memegang kedua tangan Kayla.

"Iya, Reynand Raharja," ucap Kayla sambil tersenyum manis.

Rey mendekat tanpa berkata-kata lagi. Ia mengambil kedua tangan Kayla untuk digenggamnya erat. Matanya menatap dalam ke arah Kayla yang tersenyum manis.

"Kay, entah kenapa hati gue terus berdegup melebihi batas wajar saat dekat dengan lo. Pikirin gue hancur ketika jauh dari lo. Rindu selalu mengusik di dalam keseharian gue. Bahkan gue tidak bisa tidur hanya gara-gara selalu mikirin lo. Hidup gue mendadak aneh saat lo datang. Gue kehilangan semua kewarasan gue.

Lo tau gara-gara apa Kay? Gara-gara lo yang bikin gue mau mendekati lo untuk membangun cinta tanpa ada kata jatuh," ucap Rey.

Kayla terdiam, hanya hatinya yang terus berdegup kencang. Mungkin Rey akan mengetahui bahwa Kayla juga sama sepertinya, lewat tatapan Kayla yang sangat dalam kepada Rey.

Bagas dan Damar tersenyum menonton mereka.

"Gue juga bingung Kay, rasa itu hadir tanpa diminta. Tidak ada alasan untuk mencintaimu. Karena jika ada alasan, gue takut lo beranggapan bahwa semua itu hanya pura-pura!

Tidak butuh waktu lama untuk rasa cinta ini hadir Kay, kayaknya satu menit deh gue udah suka sama lo," ucap Rey

"Tiga puluh detik lebih awal, gue udah lebih dulu menyukai lo Rey," bisik Kayla.

"Ekhem," dehem Bagas dan Damar.

Rey merasa malu berada di hadapan teman-temannya.

"Udah langsung tarik aja," ucap Damar.

Bagas dan Damar terus menggoda Rey.

"Ada apa ini?" tanya Pak Haris dari arah belakang.

Dada Rey seketika berdegup kencang, mungkin takut jika bertemu camer  seperti Pak Haris yang sama sekali tidak menyukai Rey.

"Gak ada apa-apa kok, Om," ucap Rey.

Rey langsung salah tingkah ketika ia memanggil Pak Haris dengan sebutan seakrab itu.

"Mati gue,"  batin Rey dengan membuang muka.

"M-maaf Pak," cengir Rey.

"Yang sudah lulus gabung ke sana bukan di sini," ucap Pak Haris.

"Tapi di sini ada Kayla Pak," balas Rey.

"Hubungannya sama anak saya apa?" tanya Pak Haris.

"Saya ingin lebih serius dengan Kayla Pak,"

"Tugas saja kamu mainin, apalagi anak saya,"

Rey terdiam. Pak Haris memang benar, tidak akan mungkin serius. Tugasnya saja selalu diabaikan, bagaimana bisa ia terus memperhatikan Kayla.

"Tapi Pa, Kayla yang lebih dulu menyukai Rey," ucap Kayla membuka keheningan.

"Kamu dengar Rey?" tanya Pak Haris.

Rey tercenga dan hanya menganggukan kepala.

"Saya akan lebih bertanggung jawab Pak," ucap Rey.

"Kamu boleh saja menyukai anak saya, tapi dengan satu syarat," ucap Pak Haris.

"Tugas skripsi lagi Pak?" tanya Damar.

"Tugas skripsi gue kan udah beres Dam," ucap Rey dengan menyenggol lengan Damar.

"Tugas kamu, selalu buat anak saya ini tertawa bahagia," ucap Pak Haris.

"Oh itu sudah pasti Pak," cengir Rey.

Pak Haris hanya menggelengkan kepala.

"Oh iya Rey, aku kira Rania itu pacar kamu," ucap Kayla.

Rey mengerenyitkan dahi.

"Ternyata Rania itu adik kamu, lega deh aku rasanya," lanjut Kayla.

"Sejak kapan, panggilan kita jadi aku kamu?" tanya Rey.

Rania berjalan mendekat ke arah Rey.

"Kak Kayla itu suka sama Kak Rey, masa gitu aja gak ngerti sih," ucap Rania.

"Suka ya, cemburu ya, ayo ngaku," goda Rey.

"Biasa aja," ucap Kayla.

"Masa?"

"Iya,"

"Iya apa?"

"Iya beneran suka!" tegas Kayla.

Suara mikrofon terus berdenging. Rey terus meluapkan rasa sukanya kepada Kayla sehingga semua orang yang berada di sana tertawa bahagia.

"Untuk mahasiswa yang sudah lulus. Diharapkan untuk duduk di depan panggung, segera. Karena acara akan dimulai," ucap seorang guru yang berdiri di atas mimbar.

"Udah kalian langsung ke sana," suruh Pak Haris.

"Bapak juga dong, Pak," balas Damar.

"Kamu ini Damar," geleng Pak Haris.

Semua orang berjalan di hadapan Rey dan Kayla menuju tempat kelulusan.

"Kay?" tanya Rey.

"Apa?" balas Kayla.

"Lo lulusnya sekarang ya, bareng gue aja!"

"Ya gak bisa dong Rey,"

"Ya bisa dong Kay, lo tinggal minta pak Haris buatin surat kelulusan buat lo,"

"Enggak bisa Rey,"

"Pokoknya gue akan ngomong ke pak Haris. Biar lo lulus bareng gue, biar gue bisa nikahin lo Kay," bisik Rey.

Kayla mendadak berhenti dari langkahnya. Rey membenarkan posisi untuk menghadap ke arah Kayla, dan membuat mereka saling berhadapan.

"I LOVE YOU," ucap Rey.

TAMAT

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro