Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5. The Old Taehyung

"Katakanlah kau mencintaiku!"

"Ya ya ya aku iya."

"Iya apa sayang?"

"Geumanhae."

(*hentikan)

Taehyung tertawa mendengar nada sinis yang dilontarkan Bae Irene. Atau Bae Joohyun. Terserah. Pokoknya itu nama gadisnya.

"Kau tidak mencintaiku, ya kan? Jujurlah." Taehyung pura-pura merengek.

"Yak, mana mungkin aku bertahan denganmu kalau aku tidak." Irene memelototi laki-laki menyebalkan di hadapannya ini.

"Ku bilang katakan, Bae Joohyun." Taehyung bersedekap. "Cepatlah."

"Iya Tae, iya."

"Cepat sayang. I'll be wait forever."

"Yes i do, you bastard." Irene hampir saja melayangkan tinjunya melihat wajah menyebalkan Taehyung yang sialnya adalah pacarnya.

"You do what honey? Tell me," ucap Taehyung menyeringai.

Gadis itu menghembuskan napasnya. Sebelum tiba-tiba muncul ide cemerlang di otaknya.

"Mendekatlah." Irene memberi perintah agar Taehyung mendekatkan telinganya pada wajah Irene.

"Ah, gadisku malu ya? Tidak apa-apa sayang. Bilang saja di telingaku."

Sumpah Taehyung kerasukan apa, sih? Pikir Irene. Tapi memang bukan Kim Taehyung jika orang itu bersikap normal.

Taehyung segera mendekat setelah Irene memarahinya. "Cepatlah sebelum aku berubah pikiran."

Maka setelah Taehyung mendekat, Irene menghela napas tepat di telinganya membuat Taehyung bergidik.

"Taehyung-a," bisik Irene pelan. Hampir tidak terdengar. "I do. I do love you and i always do." Senyuman mengakhiri kalimat Irene sebelum gadis itu menemukan seorang Kim Taehyung membeku. Dan wajahnya memerah. Karena memang Irene jarang, bahkan hampir tidak pernah mengatakan hal ini. Lalu- lalu sekarang gadis itu...

HAHAHA! Rasakan Tuan Kim. Jangan menggoda Irene terus.

Di tengah keterpanaannya, Irene menjitak kepalanya kemudian berlalu setelah mengatakan,

"Dasar budak cinta, seorang Kim Taehyung yang terlihat galak di depan orang-orang sebenarnya hanyalah laki-laki yang sangat ingin dicintai. Ewh,"

1 detik...

2 detik...

3 detik...

"YAK BAE IRENE! KEMARI KAU!"

Taehyung tertawa kecil ketika sepintas kenangan muncul di kepalanya. Entah kenapa itu sangat tiba-tiba. Melihat wajah Irene yang sekarang tidur menghadapnya tiba-tiba membuatnya teringat kejadian itu.

Ia jadi merindukannya. Masa-masa itu. Sampai bayangan Taehyung buyar ketika perempuan di sebelahnya melenguh, mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Selamat pagi," kata Taehyung iseng, padahal ini masih jam tujuh malam.

"Eoh?!" Irene terkejut membuat Taehyung terkekeh. Irene buru-buru melirik ke samping ke arah jam wekernya. Jam 7 malam. Tunggu, sudah berapa lama ia tertidur? Dan kenapa ada kain basah yang menempel di dahinya.

"Yak!" Taehyung semakin terkekeh senang ketika Irene mendaratkan pukulan ringan di bahunya.

"Sudah berapa lama aku tertidur? Kenapa tidak membangunkanku? Dan ada apa dengan kain ini?" Tanya Irene berturut-turut.

"Kau demam, Joo." Taehyung menjawab seraya tersenyum kecil. Ia bangun dari posisi tidurnya sebentar untuk mengambil kain yang menempel di dahi Irene. Mendaratkan telapak tangannya kemudian.

"Aku demam?"

"Sudah mendingan sekarang. Tapi badanmu masih hangat." Taehyung kembali berbaring setelah menaruh kain itu di meja samping tempat tidur.

"Tidurlah lagi," suruh Taehyung.

"Bagaimana dengan makan siangmu tadi?" Ya Tuhan, sempat-sempatnya wanita ini memperdulikan Taehyung di saat ia sendiri jatuh sakit.

"Apa kepalamu pusing?"

"Eum, sedikit," jawab Irene ragu, dan heran. Karena Taehyung tidak menjawab pertanyaannya. "Ah kenapa aku demam sih?" Irene bergumam. Bangkit menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Taehyung juga bangkit dari kasur. Entah akan pergi ke mana. Irene hanya diam menatap punggungnya yang kemudia menghilang di balik pintu kamar.

Beberapa menit kemudian, laki-laki dengan piyama tidurnya itu kembali dengan nampan yang diatasnya terletak sebuah mangkuk dan gelas. Dan... obat.

"Makan, ya?"

Irene membulatkan matanya, terkesiap.

"Tidak tidak, aku tidak bertanya. Aku memerintahkan mu untuk makan. Makanlah."

Irene hanya mengerjap-ngerjapkan matanya tanpa membantah. Taehyung jadi tertawa kecil. Entah, dia gemas. Istrinya penurut sekali.

"Mau makan sendiri atau kubantu?"

"Aku-"

"Baiklah, istriku minta disuapi."

Hah? Apa-apaan ini?

Tapi Taehyung tidak peduli, iamengaduk buburnya memotong perkataan Irene. Sebenarnya, ia sedang menggoda Irene.

"Aaaaa... kereta datang!!" Kata Kim Taehyung, seorang lelaki berumur dua puluhan dengan nada ceria. Irene shocked. Tetapi tetap menerima suapan itu dengan mata melebar.

Sampai bubur itu habis, Irene baru berkata ragu-ragu. "Tae, ada apa denganmu? Kau menakutiku."

Taehyung malah tertawa. Terbahak. Tolong garis bawahi. Apa yang lucu? Taehyung itu gemas. Habisnya raut wajah gadis itu sangat lucu. Padahal umurnya mendekati kepala tiga, tapi kenapa bisa seimut itu?

"Nah, yang terakhir." Taehyung menyodorkan obat dan segelas air putih. Segera yang disodori menerimanya.

Walaupun bingung, heran, merasa aneh, sejujurnya Irene merasa tersentuh. Maksudnya, Taehyung merawatnya. Dan perlakuannya mengingatkan Irene pada Taehyung yang dulu.

Iya. He used to be so funny and care a lot. Bukan tidak tau, Irene tau dari tadi Taehyung menggodanya. Hanya saja karena Irene bingung ia jadi tidak tau harus menanggapi seperti apa. Terlalu tiba-tiba.

Setelah membereskan peralatan makan, Taehyung mengisyaratkan Irene untuk berbaring kembali. Lalu menyelimutinya. Kemudian mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu kecil yang ada di atas meja kecil di samping tempat tidur.

Irene masih diam walau Taehyung ikut berbaring di dalam selimut yang sama dengannya. Semua ini terasa aneh, tapi Irene menyukainya. Ia sungguh-sungguh menyukainya.

"Tae..."

"Eum?"

"Di mana Jinyoung? Apa dia sudah makan?" Tanya Irene menatap langit-langit kamar mereka. Kamar mereka itu dihiasi hiasan glow in the dark yang berbentuk bintang, bulan di langit-langit kamarnya. Jadi ketika lampu mati, mereka menyala terang. Ini semua Taehyung yang memasang. Karena ia tau istrinya suka hal-hal berbau "langit".

"Dia pergi menginap di rumah temannya. Ia sudah izin padaku kok."

"Begitu ya. Baiklah."

Kemudian hening. Irene mulai mengantuk lagi, mungkin pengaruh obat yang diminumnya. Ia hampir saja tertidur kalau suara husky favoritnya itu tidak menyapa.

"Sayang,"

Tau kenapa Irene tidak protes dipanggil "sayang" padahal ia tidak yakin apakah laki-laki itu masih menyayanginya? Karena Irene menyukainya. Ia suka bagaimana Taehyung dengan lembut berucap seperti itu.

Irene menyedihkan ya?

"Iya?"

"Sembuhlah."

Otomatis kepalanya menengok, menemukan Kim Taehyung itu sedang menatapnya lekat. Dan... penuh kasih sayang? Juga tangan laki-laki itu yang kini mengusap keningnya dengan ibu jari. "Masih pusing?"

"Ani, aku sudah merasa sedikit lebih baik," kata Irene pelan.

Ia terkesiap ketika tangannya ditarik di dalam selimut, merasakan pinggangnya direngkuh oleh laki-laki di sampingnya. Sehingga kepalanya menempel pada dada bidang Taehyung.

Sumpah, ini menyenangkan. Hangat.

"Kalau besok kau sembuh, aku mau mengajakmu jalan-jalan," ucap Taehyung. Tangannya mengusap kepala Irene. Menyingkirkan helaian anak rambut yang jatuh di kening gadisnya.

"Tapi bagaimana dengan perkerjaanmu?" Irene tak yakin.

"Memangnya pemilik perusahaan tidak boleh bolos?" Tanya Taehyung sengaja dengan pongah, refleks Irene memukul dadanya ringan mengundang tawa lelaki itu.

"Kau janji?"

"Tentu!" Bibirnya mendarat di kening Irene. Senang melihat Irene antusias dengan ajakannya.

"Baiklah Tae, kuikuti permainanmu. Aku akan bersikap sebaik mungkin. Seolah-olah kau tidak pernah berbuat kesalahan. Memang itu perjanjian kita. Tak apa. Walau jika saja kau hanya terpaksa melakukan ini semua, aku tetap senang."

Taehyung ikut tersenyum menatap Irene yang kini mengembangkan senyumannya.

"Berjanjilah juga padaku tentang satu hal." Taehyung mendekatkan wajahnya sampai-sampai napas mereka seolah bersahutan.

"Berjanji tentang apa?"

"Besok, tidak ada lagi tangisan. Lupakanlah semua beban yang kau punya. Pikirkan, hanya ada aku, kamu, kita berdua. Jangan menangis. Aku yakin besok akan cerah."

Sejenak dalam remang-remang lampu, Irene melihat kalau Taehyung mengatakan semuanya dengan tulus.

Sungguh, kalau kau berpura-pura, kau hebat, Kim Taehyung.

"Aku janji, Taehyung." Sahut Irene yakin. Baiklah, Irene-ssi. Mari lupakan semuanya sejenak. Siapa yang tau dia tidak akan pernah merasakannya lagi dalam hidupnya? Maksudnya, hari-hari menyenangkan bersama Taehyung.

Rasanya ini sedikit menyedihkan, bagaimana Irene terus berharap bahwa Taehyung akan kembali seperti dulu. Menjadi Kim Taehyung miliknya. Kim Taehyungnya. Tanpa Irene tau, Kim Taehyung juga bimbang dengan perasaannya.

"Ngomong-ngomong, ku rasa aku tidak memakai baju ini tadi siang." Irene berkata sambil melirik pakaiannya. Jangan bilang?

"Yah, kau memang seperti bayiiii, sini datanglah pada daddy."

Taehyung menggantikan bajunya astaga. Habislah Irene. Apalagi nada bicara Taehyung yang berpura-pura gemas padahal menggodanya.

"Diamlah, kepalaku pusing." Mencoba menghindar, Irene membenamkan wajahnya pada dada Taehyung. Menahan senyumnya. Ia yakin wajahnya sudah merah.

Sedangkan Kim menyebalkan Taehyung itu hanya tertawa-tawa.

"Ah, gadisku malu ya?"

Tiba-tiba Irene merasa de javu.

Gadisku malu?

Rasanya Kim Taehyungnya yang dulu memang kembali.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro