Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4. Keira Kim (2)

Taehyung sudah berjanji, bahwa selama 30 hari perjanjiannya dengan Irene, ia tidak akan menemui Jennie. Sama sekali. Sebenarnya Irene tidak melarangnya. Hanya saja Taehyung melakukan totalitas. Ia benar-benar harus memperlakukan Irene selayaknya.

Jujur, Taehyung juga bingung dengan hatinya. Jangan tanya maksudnya apa. Ia juga bingung.

Pabo Taehyung.

Taehyung memutuskan untuk pulang ke rumah saat jam makan siang. Ia berniat makan siang di rumah tanpa memberi tahu Irene. Siapa tau istrinya senang. Taehyung juga sebenarnya rindu melihat Irene menunggunya pulang bekerja.

Kemarin-kemarin, yang ditemuinya hanya makan malam yang sudah disiapkan. Irene sudah tidur. Karena ia memang pulang jam 1 atau jam 2. Dan Taehyung tidak pernah memakannya.

"Joo, aku pulang!" Taehyung tidak mengerti kenapa ia berteriak ceria seperti anak kecil yang baru pulang sekolah dan ingin cepat-cepat memakan masakan Ibunya.

Oh, ia tidak menemukan Irene di lantai bawah. Apa istrinya tidur? Tapi Irene tidak tidur di sekitar jam-jam makan siang.

"Sayang?"

Sebenarnya Taehyung juga tidak tau kenapa ia percaya diri sekali memanggil Irene "sayang". Yang ia tau, Irene tidak protes akan hal itu. Jadi tidak masalah, kan? Haha, kau memang suka seenaknya, Tuan Kim.

Sebelum Taehyung masuk ke kamar mereka, ia terkejut menemukan kamar yang sudah lama tidak dihampiri siapapun itu kini terbuka.

Astaga. Tidak salah lagi, Irene ada di sana. Taehyung menghela napasnya sebelum masuk ke kamar dan menemukan sosok yang dicarinya kini meringkuk.

"Sayang? Kau di sini?"

Irene yang terkejut buru-buru menghapus air matanya lalu bangkit perlahan. Tidak langsung menatap Taehyung, ia malah pura-pura mencari sesuatu di almari baju anaknya.

Irene berdehem. "Kamu sudah pulang?"

"Aku ingin makan siang di rumah," jawab Taehyung. Dalam diam tertawa melihat Irene yang pura-pura melakukan sesuatu padahal Taehyung dengan jelas melihat tadinya wanita itu terduduk. Menyembunyikan wajahnya.

Stubborn bae.

"Tidak apa-apa?" Taehyung bertanya memastikan, takut-takut istrinya keberatan.

"Jelas saja tidak apa-apa. Kenapa tidak menelponku dulu? Aku belum masak." Entah apa yang dilakukan Irene pada almari, yang penting ia menghindari tatapan Taehyung.

"Oh, tidak masalah, Joo. Aku sengaja tidak bilang."

"Tunggu saja di bawah, Tae," titah Irene. Taehyung tertawa dalam hati. Wanita ini memang tidak pernah berubah, lihatlah seberapa keras ia menyembunyikan semuanya pada Taehyung. Seseorang yang sudah 5 tahun mengenalnya.

"Kamu kenapa tiba-tiba di sini, Joo?" Tanya Taehyung tepat di telinga Irene. Kini sudah berdiri bersisian. Gadis itu berdehem, lagi. Menengok ke samping.

Memberikan senyum terbaiknya sambil menjawab, "tidak apa-apa, aku hanya beres-beres saja."

Tidak ada respon dari Kim Taehyung, pria itu malah menatap Irene lekat.

Pipinya basah. Bulir-bulir air mata masih ada di sudut matanya yang merah. Tangan Taehyung bergerak menghapus sisa air mata itu.

"Kenapa? Hm?" Suara huskynya yang lembut, suara favorit Irene.

Alih-alih melepas tangan yang memegang wajahnya, Irene malah balik memegang tangan itu. "Aku tidak apa, Tae."

"You're such a bad liar, di mataku. Kamu bisa membohongi semua orang dan berpura-pura. But still, kamu gak bisa membohongiku. Dari dulu," ujar Taehyung. "Kita sudah sepakat untuk berlaku seperti biasa. Jadi, aku tidak mau dengar kata 'gak apa-apa'. Tell me."

Sisi tegas Taehyung muncul.

"Aku..." Irene menggeleng dengan senyuman yang menyiratkan kesedihan. "Sedang kangen Keira saja."

"Kangen sekali. Aku tau, aku sudah janji padamu kalau setiap aku masuk kamar ini, aku tidak boleh menangis. Tapi tidak bisa, Tae. Tidak bisa. Seperti aku masih melihat Keira tidur di kasurnya. Suara musiknya masih terngiang-ngiang di kepalaku."

Kemudian tangisnya pecah lagi.

Taehyung dengan sigap memeluk tubuh rapuh Irene. Menepuk-nepuk lembut punggung yang akhir-akhir ini tampak sering bergetar, karena menangis.

'Sampai kapan kamu mau nangis terus, Joo?'

Taehyung menghela napasnya. Masih membiarkan Irene menangis. Peduli setan dengan niat awalnya untuk makan siang. Saat ini pikirannya hanya tertuju pada wanita yang ada di dekapannya. Hal itu menyakitinya bagaimana akhir-akhir ini Irene sering kali menangis.

"Aku mau ketemu Keira," ucap Irene lirih.

"Iya. Nanti kita ketemu Keira ya? Kita pergi ke makamnya," kata Taehyung mencoba menenangkan. Tapi Irene menggelengkan kepalanya.

"Aku mau Keira. Aku mau Keira pulang."

"Kapan Keira pulang, Tae? Kasihan Kei."

"Sayang, jangan seperti ini. Please?" Dada Taehyung sesak. Mengingat hari-hari ketika Irene juga bersikap demikian.

"Ikhlas, sayang. Kamu harus ikhlas. Kasian Kei. Ya? Dia sudah bahagia di sana. Kei pasti tidak senang melihat bundanya seperti ini." Setiap kata yang dikeluarkan dari mulutnya diucapkan begitu lembut. Agar wanita ini mengerti.

"Aku juga kangen Keira, sayang. Tapi kita tidak bisa seperti ini terus. Aku sayang sekali Kei. Aku juga tidak tahan. Rasanya sakit setiap mengingatnya. Tapi aku tidak mau kita terpuruk terus-menerus. Berat sekali rasanya untukku. Tapi aku ingat, kamu ibunya. Pasti lebih berat untuk kamu. Makanya aku harus kuat. Biar kamu kuat juga. Kamu kuat, Joo. Aku tau itu. Kamu wanita terkuat yang pernah aku kenal."

"Maaf." Masih dengan isakannya, walau tangisannya mulai mereda.

"That's okay. Everything would be fine. I got you, Joo. I'll be here, okay?"

Taehyung mengecup puncak kepalanya berulang-ulang. Hal yang paling Irene suka. Taehyung juga suka aroma stroberi yang menguar dari rambut halus Irene. Aroma bayi meskpipun wanita ini telah menginjak umur yang cukup dewasa.

Setelah beberapa saat, tidak lagi terdengar tangisan Irene. Tapi Taehyung tidak sama sekali melepas pelukannya.

"Kamu tidur, Joo." Taehyung berbisik pelan terkekeh menyadari wanita cantik itu tengah terlelap dengan napas teratur. Dari dulu Irene memang seperti ini, jika sudah lelah menangis ia akan tertidur.

Segera Taehyung membopongnya ke kamar mereka. Memposisikan Irene di kasur senyaman mungkin. Wajahnya tenang sekali, seperti bayi. Kulitnya putih dan halus tiap kali Taehyung menyentuhnya. Menyingkirkan anak rambut yang jatuh ke wajah wanita itu.

Taehyung memandang wajah yang tertidur pulas itu dari jarak dekat. Rasanya hanya wajah ini yang entah kenapa membuat senyum Taehyung berkembang setiap kali melihatnya.

Sebelum akhirnya Taehyung menempelkan bibirnya di kening Irene. Mengecupnya lama. Berbisik di dalam hatinya agar Irene bisa bahagia. Agar rasa sakitnya hilang. "You're just a baby, Joo,"

Sempat-sempatnya laki-laki tampan itu tersenyum dalam ciumannya. "My baby."

Kadang aku berfikir
Dapatkah kita terus coba
Mendayung perahu kita
Menyatukan ingin kita

Sedang selalu saja khilaf yang kecil
Mengusik bagai angin berhembus kencang
Goyangkan kaki kita

Genggam tanganku jangan bimbang
Tak usahlah lagi dikenang
Naif diri yang pernah datang
Jadikan pelajaran sayang

Dengar bisikkanku oh dinda
Coba lapangkan dada kita
Terima aku apa adanya
Jujur hati yang kita jaga

Song by The Rain- Dengar bisikku

***

"Oh? Hyung?"

Bae Jinyoung baru masuk ke dalam rumah lalu berjalan ke dapur. Menemukan kakak iparnya berdiri di depan pintu kulkas, meminum air dingin.

"Hai, dari mana?" Tanya Taehyung.

"Reuni dengan teman-temanku. Apa kau sudah pulang bekerja? Tapi ini masih sore. Dan di mana Noona?"

"Noonamu sedang kurang baik. Aku berniat makan siang di rumah. Tapi kutemukan Joohyun sedang menangis." Taehyung menjelaskan kemudian meneguk air dari gelas yang ada di genggamannya.

"Waeyo?" Tanya Jinyoung terkejut.

Taehyung menepuk bahu adik iparnya itu, tersenyum kecil. "Ia merindukan Keira."

Jinyoung sontak mengatupkan mulutnya. Raut mukanya berubah khawatir. "Apa ia baik-baik saja sekarang?"

"Dia sedang tidur."

"Pasti Noona ketiduran setelah menangis?"

Taehyung terkekeh seraya mengangguk. Membuat Jinyoung ikut terkekeh.

"Jinyoung-a, apa menurutmu tidak apa-apa kalau aku membawa Joohyun ke makam Keira?" Tanya Taehyung menaruh gelas yang telah kosong ke meja makan di sebelahnya.

"Kurasa tak masalah. Kalian sudah lama tidak berkunjung bukan?" Jinyoung menyetujui pertanyaan Taehyung.

"Aku hanya khawatir kalau istriku belum siap."

Giliran Jinyoung yang menepuk bahu Taehyung. "Tenang saja. Kau selalu ada di samping Noona, Hyung. Ia pasti bisa selama ada kau."

"Aku sangat-sangat berterima kasih padamu. Terima kasih telah menjaga Noona dengan baik. Kau malaikat hidupnya. Dan juga aku."

Kalimat-kalimat yang dilontarkan Jinyoung membuat Taehyung tertohok. Ia sungguh-sungguh menyesal. Andai Jinyoung tau perbuatannya? Apa yang akan dilakukan laki-laki ini?

"Jinyoung-a, aku tidak pantas dibilang seperti itu."

***

Hey there!! Sengaja dari sebelum-sebelumnya gak bikin author note soalnya aku tu dari awal emang gak niat bener-bener publish ini. Work ini gara gara aku iseng😂 tapi aku seneng ada yang baca dan bisa saling kenal sm kalian! Because i'm into VRene lately and i can't get over this ship. Pokoknya makasih ya buat kalian yang udah baca wkwkw. Kayaknya keisengan ini msh akan trs berlanjut

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro