3. Eunjoo's Bunda
AAAAA MAAF TELAT. Serius tugas+ ulangan kek g ngasih napas. Mskpn aya g tau kalian masih nemu cerita ini atau enggak. Selamat baca lagii hehe smg ada yg kangen. Sm aya. G deng sm Eunjoo😂.
***
Ternyata, jadi seorang Ibu itu benar-benar sulit ya. Bukannya Taehyung baru tau, hanya saja ketika ia harus mengambil alih posisi Irene untuk sementara, ia selalu menyadari betapa susahnya itu. Untuk yang kesekian kalinya selalu begitu, ketika merasakan sendiri, baru sadar. Jadi, Irene jatuh sakit. Ia demam semalaman. Wajahnya yang putih terlihat pucat. Sepertinya dia kelelahan karena aktivitas akhir-akhir ini. Makanya dia butuh istirahat yang cukup.
Tetapi, Eunjoo tidak bisa lepas dari Ibunya. Padahal, sehari-hari dia sangat dekat dengan Taehyung. Jadi Taehyung kira, dia bisa dengan mudah menjaga Eunjoo. Tapi nyatanya, anak itu rewel sekali sampai Taehyung merenungi betapa berharganya Istrinya itu saking frustasinya. Kasihan Irene, wanita itu harusnya istirahat dengan tenang di atas kasur. Berjalan saja pusing.
Tapi lihatlah anak Kim Taehyung yang menangis ini. Entah bagaimana Taehyung harus menghentikannya. Dia lapar, lalu Taehyung memasakkan sup untuknya berbekal resep yang dilihatnya selama memasak dari internet. Eunjoo bilang masakan Ayah tidak enak.
"Mau Bunda. Eunjoo maunya Bunda."
"Sayang, kita beli saja yuk di luar?"
"Tidak." Dia menangis sampai Irene turun dari kamar meskipun badannya benar-benar lemah. Tersenyum dengan bibir pucatnya. "Kenapa anak Bunda yang tampan menangis?"
"Bunda, Eunjoo ingin makan. Tapi Ayah tidak bisa memasak," adunya seraya berlari memeluk Irene yang dengan sigap menangkapnya.
"Baiklah, anak manis. Duduk di sana, biar Bunda yang masak untuk Eunjoo."
"Joo, kita bisa membeli makanan di luar. Kamu naiklah lagi ke kamar, kamu sakit," omel Taehyung tetapi Irene menahan tangan suaminya itu yang hendak menariknya, tersenyum kecil.
"Tidak apa, Taehyung. Aku bisa kok, kasihan Eunjoo."
Ya Tuhan. Untuk berdiri saja dia pusing dan badannya menggigil. Dan kejadian itu bukan sekali saja. Saat menjelang malam, padahal Taehyung sudah menggendong anak itu. Mengayun-ayunkannya sembari membacakan cerita. Dan jangan lupakan fakta bahwa Taehyung membaca cerita sebanyak lima kali. Tapi dia tidak kunjung tertidur dan malah meminta tidur bersama Irene. Padahal Irene baru dapat istirahatnya.
Sehari-hari dekat dengan Taehyung, nyatanya seorang anak itu selalu lebih dekat dengan Ibunya. Buktinya sekarang ini. Benar-benar Taehyung tidak mengerti.
"Eunjoo ingin Bunda. Kenapa Eunjoo tidak boleh dengan Bunda?"
"Bunda sedang sakit, sayang. Sekarang kan Eunjoo sudah Ayah gendong. Biasanya juga seperti itu. Betul tidak?" Melihat Irene meringkuk dengan selimut yang membungkus tubuhnya hingga dada, mana bisa Taehyung membiarkan anaknya mengganggu wanita yang tertidur pulas itu. Tidak pulas sebenarnya, dia kerap meringis karena rasa sakit yang ditahannya. Apalagi kalau Eunjoo mengganggunya.
"Tapi Eunjoo rindu Bunda. Sudah bosan sama Ayah terus."
Anak ini, kalau tidak ingat pasti Taehyung sudah membuangnya di kolong jembatan.
"Nanti ya? Kasian Bunda. Eunjoo sayang Bunda tidak?"
Anak itu mengangguk meskipun wajahnya masih cemberut. "Bunda sakit kenapa, Ayah?"
"Karena Bunda kelelahan. Menjaga Eunjoo, menjaga Ayah, menjaga rumah. Jadi sekarang Bunda harus istirahat."
"Apa Eunjoo nakal ya? Atau Ayah yang nakal. Kita tidak boleh nakal ya, Ayah. Kasihan Bunda. Kasihan jadi sakit. Sakit itu tidak enak. Tidak bisa main," oceh anaknya membuat Taehyung hanya bisa terkekeh ringan mengusap-usap punggung anak yang ada di gendongannya.
"Ayo kita ke kamar. Eunjoo mau tidur dengan Bunda." Astaga, padahal Taehyung kira perhatiannya telah teralihkan, jadi ia tidak meminta menemui Irene. Tapi tetap saja ternyata.
"Ayo Ayah, cepat!" Dia menggoyang-goyangkan kakinya.
"Jangan ya, kita tidur di kamar Kakak saja bagaimana?" Kamar Keira memang ditempati oleh Eunjoo kalau anak itu mau tidur sendiri.
"Kenapa? Eunjoo kan maunya dengan Bunda. Kalau gitu turun. Eunjoo bisa ke kamar sendiri."
Huh, marah.
"Eunjoo janji, tidak berisik. Tidak ganggu Bunda. Janji Ayah. Lihat Eunjoo, Eunjoo bersungguh-sungguh." Tangan mungilnya menangkup wajah Taehyung agar Ayahnya menatapnya. Bersungguh-sungguh katanya.
"Baiklah, janji ya, kalau Bunda terganggu, Eunjoo tidur bersama kucing di kardus."
Akhirnya ia membawa Eunjoo ke kamar mereka, untuk membuktikan ucapan anak itu kalau dia akan tidur. Dengan lucu, anak itu merangkak pelan-pelan agar bisa tidur di samping sang Ibu yang memunggunginya.
"Sst." Taehyung menaruh jari telunjuknya di bibir saat anak itu menengok padanya. Sampai kemudian, tangan-tangan mungil itu melingkar pada tubuh Irene yang terbungkus selimut menyebabkan wanita cantik itu terusik dalam tidurnya.
"Eung?" Irene membalikkan badannya menghadap sosok yang kini menatapnya terkejut.
"Yah, Bunda bangun. Maaf ya, Eunjoo hanya ingin peluk saja. Sungguh. Bunda jangan marah ya."
Bibir pucat itu mengembangkan senyum sebelum menarik tubuh anaknya itu mendekat. "Tidak marah kok. Sini."
"Boleh tidak Eunjoo minta satu hal lagi."
Taehyung menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar perkataan Eunjoo itu. Padahal janjinya tidak mengganggu. Tapi lihat, mana bisa dia tidak bersikap cerewet.
"Eunjoo mau cium Bunda. Boleh ya?" Rasa sakit yang sedang dialaminya seperti sirna secara alami hanya karena Eunjoo. Bagaimana Irene selalu cemburu karena Eunjoo lebih dekat dengan Taehyung. Namun, nyatanya dia tetap Ibunya. Di mana dirinya selalu diutamakan di rumah ini oleh Taehyung maupun Eunjoo.
Irene memejamkan mata merasa bibir mungil itu mengecup dahinya tulus sampai-sampai dahinya basah. Haha.
"Wow kening Bunda panas. Cepat sembuh Bunda."
Itu yang dikatakannya sebelum Ibu dan anak itu tertidur pulas menyisakan sang Ayah yang tersenyum hangat.
***
"Bunda, Eunjoo sudah belajar giat di sekolah. Kenapa kita tidak pergi liburan."
"Liburan?"
"Iya, kan Bunda juga sudah sembuh. Jadi kita bisa jalan-jalan. Ya Ayah?"
"Huh?" Taehyung melipat lengan kemejanya sampai ke siku. "Jalan-jalan ke mana?"
"Masa Ayah tidak tau jalan-jalan? Teman-teman Eunjoo saja jalan-jalan dengan Ayahnya."
"Oh! Boleh, nanti kita jalan-jalan ya," kata Irene yang sedang menyiapkan makan siang ke meja makan. "Kita belum membeli kado untuk Hana, kan Tae?"
"Acara ulang tahunnya Minggu ini ya?"
Park Hana itu anak Jimin dan Seulgi, anak itu akan merayakan ulang tahunnya yang pertama.
"Yeay! Ulang tahun!" Sontak Kim Eunjoo memukul-mukulkan sendok di tangannya ke meja.
***
"Wah Kakak Eunjoo tampan sekali." Pujian itu sudah didengar Irene berkali-kali di pesta ini. Dan kali ini ucapan itu ke luar dari mulut Kang Seulgi yang sedang duduk bersama Hana dengan banyak kado dan sebuah kue ulang tahun yang besar.
"Terimakasih, Bibi. Bibi juga cantik seperti ibu peri." Seulgi tersenyum sampai matanya menyipit.
"Selamat ulang tahun adik Hana, ini kadonya dibeli pakai uang Ayah. Lalu Bunda yang membungkusnya. Eunjoo hanya memberikannya saja. Hana tidak boleh nakal ya, nanti disuruh tidur bersama kucing."
Seulgi tertawa seraya menerima uluran kado dari Taehyung kecil yang pintar bicara itu. "Terimakasih Kakak Eunjoo," ucapnya menirukan suara anak kecil sedangkan yang diberi kado hanya tertawa-tawa karena senang melihat dekorasi ulang tahunnya. Irene juga tertawa.
"Tidur bersama kucing?"
"Iya, Bunda. Kalau anak nakal tidurnya dengan kucing. Nanti dimakan."
Pasti ini kerjaan Taehyung. Tidak salah lagi. Kenapa anak dan ayah itu tidak bisa lepas dari kucing?
Omong-omong, semua teman lama mereka bahkan datang, maksudnya teman Irene, Taehyung, Seulgi dan Jimin. Ini lebih ke reuni daripada ulang tahun Hana. Irene mulai berpikir kalau ia dan Taehyung ternyata sudah sejauh ini. Punya anak kedua meskipun sempat ada masalah yang menerpanya. Irene harap, seberat apapun masalah yang menerpa kehidupannya, ia akan selalu bisa mengatasinya.
Melihat Taehyung sibuk mengobrol dengan Sungjae, teman lamanya. Irene ingat betul dulu mereka berdua selalu bercanda di lorong sekolah dengan seragam yang acak-acakan. Dua-duanya sudah jadi Ayah sekarang.
Lalu di tengah lamunannya, ia ingat, Kim Eunjoo yang di saat ulang tahunnya menolak diberi kado darinya. Sedangkan ia menerima kado dari sang Ayah.
Irene bertanya kenapa. Si kecil dengan riang dan seperti biasa, cerewet, menjawab.
"Eunjoo saja yang beri kado untuk Bunda setiap Eunjoo ulang tahun. Kata Bu Guru, Bunda sudah merawat Eunjoo sampai besar, jadi Eunjoo yang beri kado. Terimakasih Bunda, karena sudah sayang Eunjoo. Eunjoo juga sayang Bunda. Meskipun Bunda tidak bisa main kuda-kudaan. Hehe. Eunjoo tidak akan nakal. Janji."
Mendengarnya, entah kenapa Irene menangis. Sama sekali ia tidak menyesal karena telah memberikan kesempatan lagi pada Taehyung. Karena jika tidak, ia mungkin tidak pernah bertemu Kim Eunjoo. Si cerewet pintar yang benci kucing.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro