Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. Kim Jennie

Ada sesuatu yang membuat Taehyung sedih saat melihat Irene. Taehyung sendiri tidak tau apa. Begitu melihat punggung yang tampak rapuh dan mungil itu, ada keinginan untuk memeluknya. Makanya kemarin itu tiba-tiba saja Taehyung memeluk Irene. Sungguh itu bukan bagian dari sandiwara mereka. Taehyung benar-benar ingin melakukannya. Ah, dan kenapa istrinya itu kurus sekali? Sungguh, seperti ada yang menyentil hati Taehyung. Ini pasti salahnya, kan? Wanitanya itu pasti memikirkan banyak hal yang membuatnya stres. Hingga lupa makan. Sudah berapa lama sejak ia bahkan memperhatikan istrinya.

Haha, wanitamu ya, Taehyung?

Tapi serius, Irene itu mudah sakit. Sudah berapa kalikah wanita itu sakit saat Taehyung tidak tahu, saat Taehyung lengah akannya. Sebenarnya dia ini kenapa, sih? Taehyung yakin ia sudah kehilangan akalnya.

"Oh, kamu belum pakai dasi, Tae?" Irene muncul dari pintu kamar mereka saat Taehyung melihatnya. Ia tidak menjawab apa-apa karena Irene langsung berjalan ke arah lemari untuk mengambil dasinya. Melihat ke arahnya lagi sekilas untuk mencocokan dasi yang harus Irene pakaikan pada Taehyung. Taehyung pikir, Irene bahkan masih hafal semua hal favoritnya seperti dasi, hal kecil itu. Taehyung benci saat dasinya tidak matching dengan pakaiannya. Jadi Irene sudah hafal.

Memang Taehyung, tuh berlebihan sekali. Dia pikir hanya karena Irene sibuk kerja, ia jadi tidak mempedulikannya dan melupakan segala hal tentangnya? Banggakan saja Jennie-mu itu, Kim Taehyung.

Hanya karena mereka jarang bersama, atau bahkan nyaris tidak pernah bersama akhir-akhir ini, Irene jadi asing? Hanya kalau Taehyung tau, Irene kerap kali tidak bisa tidur sebelum ia mendengar suara mobil Taehyung masuk ke pekarangan rumah mereka. Irene kerap kali bertanya-tanya sudahkah Taehyung makan dengan baik?

Irene memang tidak pernah menunjukkan perhatiannya secara langsung. Jadi Taehyung tidak tau. Tapi bukankah Taehyung kenal baik Irene dari dulu? Harusnya ia mengerti bukan?

Memang, benar-benar ia sudah kehilangan akalnya.

"Aku pasangkan dasimu, ya?"

Suara Irene memecah lamunan Taehyung. Ia mengangguk dengan senyuman kotaknya.

Baru kali ini lagi Irene memasangkan dasinya. Jadi baru kali ini juga Taehyung bisa mengamati lagi betapa cantiknya istrinya di jarak sedekat ini. Dari dulu, wajah cantik yang terkesan dingin itu memang tidak pernah berubah. Terkesan dingin dan tidak ramah, tapi orang tidak pernah tau kalau gadis ini sebenarnya benar-benar berhati lembut.

Irene itu sedikit berkata-kata. Bukan karena ia sombong atau jutek, hanya saja ia takut menyakiti orang lain dengan perkataannya. Makanya ia sangat berhati-hati. Dia juga kikuk.

Sebenarnya gadis ini tidak ada celahnya kan, Tae? Taehyung tau itu. Tapi kenapa kau menyelingkuhinya Taehyung?

"Kamu... masih hafal tentang dasi-dasiku, Joo?" Taehyung berdiri sehingga kini ia lebih tinggi dari Irene.

Jujur saja Irene merasa lucu mendengar ucapan Taehyung.

"Memangnya kenapa aku tidak hafal, Tae?" Tanya Irene balik mengulum senyumnya. "Seakan-akan kita sudah menjadi asing pada satu sama lain sampai-sampai kamu tanya itu. Aku," Irene menempelkan kedua telapak tangannya di bahu bidang suaminya tersebut, lalu mendongak. "Tentu saja tidak pernah lupa satu hal pun tentang kamu, Tae. Apa yang buat aku lupa? Karena aku sibuk? Karena aku-"

"Maaf, Joo."

Sadar sekarang? Kamu benar-benar berlebihan, Kim Taehyung.

Irene menggeleng dengan senyumannya, tangannya bergerak halus mengelus bahu Taehyung selagi berkata, "aku yang minta maaf."

"Aku belum bisa jadi istri yang baik buat kamu, Tae. Aku tidak menjalankan tugasku dengan baik. Aku minta maaf ya? Aku yakin Jennie-"

"Joo, please," dari awal Irene bilang ia tau tentang Jennie, ia sama sekali tidak pernah marah padanya. Malah yang ada wanita itu terus-menerus minta maaf padanya.

"Kamu sudah gila, Joo?" Taehyung tak habis pikir. Mana ada wanita yang telah diselingkuhi tapi malah meminta maaf? Rasanya benar-benar menyakitkan daripada Taehyung dimaki melihat Irene seperti ini. Rasa kesal Taehyung jadi memuncak saat Irene menyebut-nyebut nama Jennie.

"Aku tidak mau mendengermu mengatakan maaf lagi." Tegas Taehyung memegang lengan yang ada di bahunya. Menurunkannya perlahan untuk digenggam.

"Aku tidak bisa, Tae." Irene tersenyum miris, menghela napasnya perlahan. "Lebih baik kamu berangkat kerja sekarang."

"Kamu membuatku semakin merasa bersalah, aku sama sekali tidak paham kenapa kamu bahkan tidak sedikitpun marah padaku, Joo?"

"Aku tidak bermaksud seperti itu.  Hanya, aku benar-benar minta maaf, Taehyung." Irene tertawa lirih, sekuat tenaga menahan rasa ingin menangis. "Kamu sudah telat, kita tidak punya banyak waktu untuk bicara. Mari bicarakan nanti."

Taehyung membuang napas kasar seraya memejamkan matanya. Sebelum Irene berlalu, laki-laki itu menarik tangan Irene membuat Irene terkesiap terlebih ketika Taehyung mendorongnya untuk duduk di kasur.

Entah apa yang kali ini laki-laki tampan tapi brengsek itu coba lakukan.

"Sekretaris Hwang, saya tidak bisa ke kantor hari ini. Tolong urus semua schedule saya. Terimakasih."

"Tae?"

Taehyung membanting ponselnya ke kasur. "Ayo bicara."

"Maksudmu apa Taehyung?" Sebenarnya apa mau lelaki ini?

"Kamu bilang kita tidak punya waktu untuk bicara. Aku mau tau seberapa banyak hal yang ingin kamu katakan." Taehyung duduk di samping Irene berkata santai.

"Sekarang aku punya banyak waktu buat kamu. Bicara padaku, Joo. Atau marah." Sebenarnya Taehyung frustasi. Entah kenapa ia malah kesal melihat bagaimana keadaannya dan Irene sekarang. Ia juga bingung tidak tau apa yang sebenarnya ada di pikirannya.

"Aku tidak tau harus mulai darimana, Tae."

"Saking banyaknya hal yang akan kamu keluhkan padaku?"

Mengeluh ya? Tepat saat Irene menatap Taehyung, laki-laki itu juga menatapnya.

"Go ahead, Joo," kata Taehyung tau kalau Irene ingin mengatakan sesuatu, tapi tampaknya wanita itu bingung dan ragu. Taehyung lebih bingung lagi. Juga frustasi. Entah, dia hanya ingin Irene mengutarakan perasaannya.

"Aku tau, dari dulu kamu itu paling sulit untuk bicara. Tapi aku tidak akan membiarkanmu berlaku seperti itu padaku juga. Bilang saja. Bilang semua yang kamu rasakan. Aku akan mendengarkannya," ucap Taehyung lembut, iris matanya menatap Irene lekat seolah-olah gadis itu bisa hilang kapan saja dari hadapannya.

"Tae..." Irene menggigit bibir bawahnya. "Kim Jennie ya, namanya?"

Sumpah mati kenapa Taehyung kesal setiap Irene menyebut nama Jennie? Hah. Tapi biar saja, Taehyung ingin tau sejauh apa wanita ini bertanya.

"Iya, Joo." Jawab Taehyung pelan.

"Jennie itu orangnya seperti apa?"

Oh come on.

"Kamu- serius ingin tau?" Kata Taehyung menghela napasnya. Irene tersenyum tipis, saking tipisnya senyum itu nyaris tak terlihat.

"Kenapa tidak?" Irene itu pintar berbohong pada dirinya sendiri. Jelas-jelas mana mungkin ia sanggup mendengar orang yang dicintainya menceritakan tentang wanita lain. Irene takut untuk mengetahui kalau saja Taehyung begitu memuja wanita bernama Jennie itu.

"Joo, please. Not this one?" Haha. Kenapa Tae? Kenapa?

Irene tertawa lirih. "She must be a good girl,"  stupid Irene. Mana ada gadis baik yang menggoda suami orang? "Dan dia itu cantik sekali."

"Tae, listen, because i'll never say this anymore, i won't," kata Irene serius, walau suaranya benar-benar lirih. Jelas gadis itu menahan tangisannya. Tangan mungil Irene bergerak mengambil lengan yang biasa mendekap dan mengendongnya hangat. Yang Irene tidak tau mungkin ia tak akan pernah menggenggam tangan milik Kim Taehyung lagi.

Pria itu terkejut. Tapi diam menunggu Irene yang ingin bicara.

"Aku minta maaf kalau selama ini aku belum jadi istri yang baik untukmu. Aku kurang memperhatikanmu, aku tidak peka, aku kurang mengerti perasaanmu. Kamu tau dari dulu aku seperti itu, Tae. Aku juga tidak pernah berlaku manis padamu, aku-" Irene tertawa. Dadanya jadi sesak. Sungguh ia benci berbicara seperti ini. Ia benci menjadi terlihat sangat lemah. Sejenak ia menghela napasnya sebelum melanjutkan. "Aku juga minta maaf kalau aku belum jadi seseorang yang kau inginkan. Aku tidak pernah menyalahkanmu kalau kau berpaling, Tae. Yang menyakitiku adalah, menyadari bahwa aku telah gagal sehingga aku tidak bisa mempertahankanmu."

Air mata Irene mulai jatuh satu persatu. Tanpa sengaja menetesi tangan Taehyung yang digenggamnya.

"Astaga sayang." Taehyung berujar lirih menarik Irene ke dekapannya. "Kau tidak seperti itu. Aku yang minta maaf. Aku memang bodoh. Aku lengah."

Irene menggeleng masih menangis, melingkarkan lengannya pada bahu Taehyung. Setiap isakan dari gadis itu seperti menyayat Taehyung. Entah apa hukuman yang pantas untuknya.

"Aku selalu mencintaimu, Taehyung. Aku tidak pernah berpikir sekalipun untuk pergi darimu.  Terimakasih sudah menikahiku. Aku tidak pernah menyesal."

"Tetaplah jadi Taehyungku sampai hari aku mungkin tak akan pernah mengenalmu lagi."

Tanpa Irene tau, laki-laki di balik bahunya itu menangis.

ㅅㅇㅣ

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro