2. Eunjoo's Thing
Ada yg masih kesimpen di library gak? Wkwk MAAF YA UP WKWKW AMPUN serius iseng abisnya liat anak kucing malah ingt Eunjoo.
Dsr eunjoo. Salahin eunjoo.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"TAEHYUNG!"
"TAEHYUNG!"
"YAAAA?"
"TAEHYUNG! TAEHYUNG KE SINI CEPAT HUHUHU!"
"Kenapa?! Ada apa, Joo?"
"CEPAT KE SINI! JANGAN BANYAK BICARA HUHUHU. BAGAIMANA INI?"
Segera Taehyung berlari sambil menggendong Eunjoo ke garasi rumah di mana Irene berjongkok dan berteriak setengah menangis, membuat panik.
"Kenapa?" Taehyung kelabakan menurunkan Eunjoo yang menggerak-gerakan kakinya ingin turun.
"Anak kucing ini mati, Ibunya memakannya." Iris mata berwarna coklat jernih itu kini berkaca-kaca, menatap nanar pada kardus berisi empat ekor anak kucing yang satunya tidak bergerak, mati.
"Apa itu? Hamster?"
"Itu kucing sayang." Irene menjawab pertanyaan anaknya.
"Kenapa seperti hamster?"
"Ini bayi kucing." Terserah Eunjoo saja. Masa dia tidak bisa membedakan hamster dan kucing.
"Bagaimana ini?" Rengek Irene,
"Ibu kucing ini ke mana, Bunda?" Percayalah, Eunjoo tidak akan berhenti bertanya.
"Dia pergi setelah memakan anaknya, huhu kasian."
"Kenapa Ibunya memakan anaknya sendiri? Sudah Eunjoo bilang kucing itu hewan buas."
Ya ampun, diungkit lagi.
"Ayah, kalau Ayah lapar makan saja ayam. Jangan makan Eunjoo. Nanti Ayah mau jadi hewan buas?"
"Kalau Eunjoo nakal, Ayah akan memakan Eunjoo. Rawr!" Taehyung berakting seolah-olah akan menerkam anaknya itu. Alih-alih ketakutan, Eunjoo mengernyit heran.
"Itu bukan suara kucing. Suara kucing itu miaow miaow! Begitu."
Irene mendesis melihat ekspresi bodoh Taehyung mendengar ucapan anaknya.
"Ayah pernah tidak melihat kucing melahirkan?" Eunjoo hampir menjulurkan tangannya untuk memegang anak kucing di dalam kardus kotak itu ketika Irene memelototinya.
"Eum, tidak pernah." Oh benar juga. Dipikir-pikir selama hidupnya dia tidak pernah melihat kucing melahirkan. "Nanti kita lihat videonya di internet."
"Jangan Ayah. Bagaimana kalau itu hanya akting saja?"
Irene kini menatap Taehyung geli karena suaminya itu meneguk ludah. Dari mana Eunjoo tau kalimat seperti itu?
"Kalau begitu Eunjoo lihat saja bagaimana Bunda melahirkan. Karena Ayah sudah pernah lihat!" Kata Taehyung sombong memancing anaknya. Irene sontak melebarkan matanya, tatapannya seolah berkata, "mati kau, Taehyung. Kenapa aku jadi sasarannya?"
Tapi Taehyung acuh. Lihat binar mata anaknya menanggapi perkataannya. "Benarkah? Eunjoo juga ingin lihat? Kapan Ayah melihatnya? Kenapa tidak ajak Eunjoo?"
Terserah, tidak anak tidak Ayah. Sama-sama aneh dan tidak wajar.
"Tapi kalau Eunjoo ingin lihat, Eunjoo akan punya adik."
Lanjutkan, terus saja Kim Taehyung. Irene tau Taehyung menyindirnya.
"Tidak apa-apa. Eunjoo suka adik bayi. Mau adik bayi yang banyak!"
"Bilang pada Bunda. Ayah ikut perkataan Bunda. Haha."
"Sudah ya, sayang jangan dengar kata Ayahmu. Ayo kita masuk." Irene melirik Taehyung sinis menggendong Eunjoo dengan sigap. Sedangkan Taehyung tertawa puas dalam diam
Setiap hari. Setiap hari Irene menyaksikan percakapan aneh antara dua laki-laki Kim ini. Si bodoh Taehyung itu mengajari Eunjoo hal-hal aneh yang membuatnya pusing bukan kepalang. Tapi hebatnya, hal itu yang membuat Eunjoo dekat dengan Taehyung. Iya, dia lebih dekat pada Ayahnya itu. Setiap hari, selalu Ayah. Bahkan kalau Jimin datang ke rumah mengusik Taehyung, Eunjoo akan menangis. Dengan usilnya dia bilang.
"Eunjoo, Paman akan memukul Ayahmu. HIYA!"
"AAAA JANGAN TIDAK BOLEH. AYAH SAKIT. TIDAK. KASIAN AYAH. EUNJOO SAYANG AYAH."
Iya, semudah itu Eunjoo menangis kencang.
Taehyung cenderung menjawab Eunjoo dengan hal-hal yang membuatnya senang. Irene tidak. Dia serius dan menjawab dengan benar. Berakhir ketika ditanya sayang Ayah atau Bunda, anak itu menjawab.
"Sayang Ayah dan Bunda."
"Kalau pilih satu?"
"Ayah saja deh."
"Kenapa?"
"Ayah teman Eunjoo. Ayah laki-laki bisa main kuda dan kapal. Kalau Bunda tidak. Bunda sakit kalau main dengan Eunjoo."
Tidak apa-apa sih sebenarnya. Di mata Irene dua-duanya menggemaskan walau terkadang membuat heran dan kesal setengah mati. Seperti sekarang.
"Bunda boleh Eunjoo minta sesuatu?"
"Apa sayang? Jangan mainan ya. Sudah banyak."
"Bukan, Eunjoo ingin adik bayi. Segini." Tangannya menunjukkan tiga jari.
"Eunjoo-"
"Boleh ya Bunda? Eunjoo akan membeli adik bayinya. Nanti Eunjoo tidak jajan di sekolah. Untuk beli adik bayi saja."
Astaga.
***
A few days later...
"Joo? Kenapa?"
"Tidak tau."
"Tidak enak badan?"
"Aku mual dari tadi. Huek."
Taehyung tersenyum menatap wanita yang kini berlari ke kamar mandi itu dengan cepat. "Haha, Eunjoo, tenang saja. Sebelum kamu meminta, Ayah dan Bunda sudah merencanakannya, kok."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dah gt aja maap bgt serius ga sengaja pgn up lagi jan marah ya🙂
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro