Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

18. After 30 Days (2)

Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit agar pulih, Ayah akhirnya bisa kembali ke rumah. Selama itu pun Taehyung tidak pernah melewatkan hari-harinya tanpa menemani Ayah di rumah sakit meskipun dengan wajah tidak mengenakkan yang Irene berikan setiap hari padanya. Tanggapan dingin. Tidak, bahkan Istrinya itu hampir tidak pernah bicara padanya. Kendati demikian, tidak apa-apa, ia bersyukur Irene tidak menyuruhnya pergi.

Mereka pulang dengan mobil Taehyung. Taehyung melihat Irene tidak berhenti tersenyum lembut pada Ayah, enggan melepaskan pandangannya, atau sekedar mengalihkan fokusnya dari Ayah. Taehyung jadi tersenyum karena melihat betapa wanita itu sangat menyayangi Ayahnya.

Sedangkan Ayah menghangat melihat kelakuan Irene. Sedewasa apapun putri semata wayangnya itu tumbuh, ia hanya Irene putri kecilnya. "Kenapa anak Ayah tidak berhenti tersenyum?"

Ayah bertanya ketika mobil Taehyung berjalan membelah jalan raya yang padat akan kendaraan. Irene duduk di belakang bersama Ayah, Jinyoung di samping Taehyung karena Irene ingin dekat Ayahnya.

"Tidak apa-apa. Ayah jangan sakit lagi," kata Irene menyandarkan kepalanya di bahu Ayah. Ayah tertawa kecil, meledek kalau anaknya itu masih manja pada Ayahnya di depan suaminya sendiri. Tapi Irene tidak peduli.

Tiba-tiba terpikir olehnya bagaimana reaksi Ayah jika tau masalahnya dengan Taehyung. Yang paling Irene khawatirkan bagaimana jika Ayah terlalu terkejut dan kembali jatuh sakit. Tapi ia tidak mungkin tidak mengatakannya pada Ayah.

"Ayah juga ingin sehat terus," gumam Ayah menerawang lurus ke depan, Irene memperhatikan setiap kata yang Ayah katakan. "Ayah ingin tetap hidup dan melihat cucu Ayah nanti."

Irene mencelos, begitu juga Taehyung. Perkataan Ayah seperti menyentil tepat di ulu hatinya, membuat ngilu. Cucu? Bagaimana ini. Apa yang harus Irene katakan nanti pada Ayah.

"Tentu saja Ayah akan melihat cucu Ayah. Cucu dariku juga ya, Ayah. Tetaplah sehat."

Terima kasih, Jinyoung. You saved both Irene and Taehyung. Irene jadi paham, Jinyoung sudah tumbuh dewasa, dia mengerti segala hal sekarang. Bahkan mencoba membantu juga. Iya, sayangnya Irene tidak tau apa yang dilakukan adiknya itu untuk membantunya.

***

"Kenapa kamu menyuruh Ayah berbaring di kasur setelah sampai di rumah di saat Ayah telah terbaring di rumah sakit selama berhari-hari. Ayah harap saat pulang Ayah bisa menghirup udara segar dan makan makanan enak." Saat tiba di rumah, Ayah protes tentang segala hal. Padahal Ayah merasa sudah cukup bugar untuk sekedar pergi ke taman di belakang rumah menghirup udara segar. Tapi tetap saja anak perempuannya itu berniat membaringkannya di kamar. Memberi selimut sampai dada.

"Tidak, Ayah harus banyak istirahat." Irene memegangi lengan Ayah menaiki tangga rumah.

"Bukankah Ayah tidak akan sehat kalau hanya diam di kamar? Ayah harus jalan dan berolahraga." Tanpa mempedulikan peringatan Irene, Ayahnya malah berjalan ke kamar di mana Irene menempatinya dari dulu. Ayah terkejut karena pintunya terbuka.

"Apa ini?" Terlihat ada sebuah koper berdiri di sebelah kasur yang rapi. Gawat, bagaimana cara menjelaskannya, dia khawatir jika Ayah terlalu terkejut.

"Ayah, Ayah sedang apa ayo kembali ke kamar." Ayah masih tidak peduli, tangannya membuka lemari besar menemukan tumpukan baju rapih yang tatanannya tidak seperti yang seperti dilihatnya terakhir kali.

"Kenapa semua bajumu ada di sini?" Tanya Ayah menatap anaknya yang alih-alih menjawab ia hanya diam dengan kepala tertunduk, Ayah tau dia gelisah dari cara jari-jarinya yang bertautan.

"Untuk apa membawanya ke sini sedangkan kamu bermalam di rumah sakit setiap hari? Dan koper itu-" Irene tidak kunjung bicara.

"Kenapa, Nak?" Desak Ayah mencoba melembut agar Irene mau menjawabnya, tapi tidak. Dia hanya diam. Kebiasaannya ketika Ayah memarahinya, dia pasti diam. Ayah bingung, padahal dia hanya bertanya.

"Panggil Taehyung ke sini, kalau tidak mau menjelaskannya mungkin Taehyung bisa menjawab," kata Ayah yang membuat Irene kini panik.

"Tidak Ayah, aku akan menjelaskannya. Aku bersumpah, tapi bukan sekarang. Ayah perlu istirahat." Dengan mencoba tenang Irene menjelaskannya, demi Tuhan kenapa Ayah langsung menyebutkan nama Taehyung?

"Bagaimana bisa Ayah beristirahat sedangkan Ayah memikirkan apa yang terjadi pada kalian berdua?"

"Ayah kumohon-"

"Ayah lebih memohon padamu, Joohyun-ie." Dengan tegas Ayah berkata sembari meraih lengan putri satu-satunya yang ia punya itu. "Kau bertengkar dengan suamimu?"

"O-oke, oke Ayah." Irene gelagapan menarik tangan Ayah meminta Ayah agar duduk di kasur. "Ayah tenang."

"Ayah tenang, lho. Kamu yang gelisah."

Irene meneguk ludahnya, ah sial. Ia pasti menjelaskan semuanya pada Ayah, tidak mungkin Ayah tidak tau sampai akhirnya mereka benar-benar cerai. Tapi Irene tidak tau kalau Ayah akan bertanya padanya secepat ini.

"Iya, aku bertengkar dengan Taehyung," aku Irene menghembuskan napas pelan. "Aku pergi dari rumah dan mengemas sebagian pakaianku."

"Bertengkar itu hal biasa dalam rumah tangga, kenapa sampai pergi dari rumah?"

"Ayah," Irene tidak tau apakah ia pantas mengatakan ini pada Ayah. Dia takut Ayah merasa gagal padahal ini kesalahannya dan Taehyung. "Aku dan Taehyung akan segera berpisah."

"Berpisah?"

"Aku minta maaf." Irene tersenyum getir. "Maaf mengatakan ini pada Ayah, hanya saja-"

"Maaf apa? Kenapa semudah itu mengatakan berpisah?"

"Kami merasa tidak bisa bersama lagi. Aku tidak lagi menemukan kecocokan pada Taehyung jadi kami rasa," Irene tidak bisa melanjutkan ucapannya.

"Tapi kenapa? Apa masalahnya?" Ayah menggebu-gebu. Demi Tuhan, ayah sensitif mendengar kata berpisah. Apalagi Irene yang mengatakannya.

Masalahnya? Karena Taehyung dengan brengseknya mengkhianatinya. Irene berharap bisa mengatakan itu pada Ayah. Tapi entah kenapa, lidahnya mendadak kelu. Ia tidak tega mengatakan kesalahan Taehyung, tidak mau Taehyung terlihat buruk di mata Ayah.

"Hanya saja," ada jeda dalam kalimatnya, "aku tidak bisa bersama dengan Taehyung lagi."

"Apa kalian berdua menyetujui keputusan ini tanpa keberatan? Sudahkah kalian berbicara tentang hal ini?" Tentu saja Ayah tidak bisa dengan mudah menerima keputusan anaknya ini. Apalagi Ayah pernah mengalami hal ini jelas saja dan ia tidak akan pernah membiarkan anaknya merasakan yang hal sama.

Irene diam, karena setelah dipikirpun, mereka tidak pernah bicara dengan jelas tentang hal ini. Iya, dan ia juga... keberatan. Tapi apalagi yang bisa dilakukannya?

"Kamu tidak bisa menjawabnya?"

"Mungkin kami akan membicarakannya sekarang ini."

"Kenapa harus membicarakan sesuatu yang bahkan tidak diinginkan terjadi?" Ayah itu tau persis karakter Irene, kadang dia melakukan banyak hal bodoh yang menurutnya bisa membahagiakan orang lain, padahal itu menyakitkan baginya maupun orang lain itu sendiri. Irene menatap Ayah dengan pandangan seolah ia menyangkal apa yang Ayah katakan. "Ayah tau, kamu tidak bisa membodohi Ayah. Kamu tidak menginginkan perpisahan itu, kan?"

"Joohyun-ie, apa kau masih mencintai Taehyung?"

Coba katakan bagaimana Irene bisa bilang tidak. Apa alasan ia tidak lagi mencintai Taehyung? Tidak ada. Karena kesalahan Taehyung nyatanya tidak mengubah perasaannya sedikitpun yang membuat dirinya merasa bodoh.

"Ayah sudah tau jawabannya."

"Maaf, sayang. Sebenarnya Ayah sudah bicara semuanya dengan Taehyung." Irene sontak melebarkan matanya.

"Bagaimana bisa? Kapan Taehyung mengajak Ayah bicara?" Paniknya, merasa bodoh ia tidak tau akan hal ini.

"Ketika di rumah sakit. Dia bilang segalanya pada Ayah."

"Bodoh, Ayah baru saja pulih ada apa dengannya? Ayah aku minta maaf." Irene frustasi, si bodoh itu. Untung saja tidak terjadi apa-apa pada Ayah.

Taehyung memang berbicara pada Ayah kemarin ini. Makanya, Ayah pura-pura tidak tau apa-apa dan masuk ke kamar Irene seolah-olah terkejut mendapati wanita itu pergi dari rumah. Karena Ayah ingin putrinya kembali dan menyelesaikan masalah.

"Tidak, Ayah pikir Taehyung cukup berani. Tapi yang Ayah sayangkan, ia tidak berani bicara padamu." Ayah menerawang mengingat kembali perkataan Taehyung kemarin. Melihat menantunya itu menangis karena menyesali kesalahannya. Dia bilang dia merasa malu. Tapi semua tau persis, Ayah pribadi yang sangat tenang dan penyayang. Makanya saat itu meskipun merasa marah Ayah tidak membentak Taehyung maupun memukulnya.

Ayah tidak main tangan pada anak-anaknya. Ayah mendengarkan semua keluh kesah yang Taehyung katakan. Dengan teliti. Dan Ayah tau kesimpulannya. Dua orang ini hanya tidak punya keberanian cukup untuk saling bicara. Yang ada hanya kata maaf yang bahkan memperburuk keadaan.

Karena terkadang, ketika kamu meminta maaf, seseorang jadi lebih merasa bersalah dan tertekan.

"Taehyung masih mencintaimu, kamu juga masih mencintainya. Apalagi alasan untuk berpisah? Ayah tau, Taehyung salah. Dia membuat kesalahan besar, tapi setiap orang punya kesempatan meskipun itu hanya sekali."

Why don't you give love a try?

"Jangan sampai menyesal. Ingat, Ayah sudah berpisah dengan Ibumu. Ayah tau persis rasanya. Bahkan Ayah juga mempertahankan Ibumu sebelum akhirnya menyadari kalau Ibu malah mempertahankan Ayah Jinyoung. Apa Ayah bahkan bisa memukul pria itu? Tidak."

"Ayah tidak bermaksud menyakitimu, sayang. Tapi kau kadang terlalu lemah untuk mempertahankan hakmu. Mempertahankan hak milikmu. Jangan minta maaf terus. Kau tidak melakukan kesalahan apapun. Jadilah kuat, sayang."

Air mata wanita itu menggenang di pelupuk matanya, siap meluncur kapan saja dia memejamkan matanya.

"Bicaralah lagi. Kalian sudah dewasa. Jangan membuat keputusan yang bahkan tidak diinginkan. Karena semuanya belum berakhir."

Semuanya belum berakhir. Dan memang Ayah pastikan tidak akan berakhir. Ayah tidak akan membiarkan anak-anaknya mengalami apa yang terjadi padanya.

Dan lagipula, Ayah menunggu bibit unggul dari Irene dan Taehyung sebagai penerus keluarganya. Sangat disayangkan anak pertama mereka pergi secepat itu, tapi bukankah masih ada kesempatan untuk menghadirkan saudara-saudaranya? Mereka masih muda.

***

"Tapi Ayah-"

Ayah membantu Irene menyeret kopernya untuk dimasukkan ke dalam bagasi mobil meskipun putrinya itu kini merengek-rengek.

"Taehyung, bawa pulang putriku dengan baik. Bilang padanya Ayah tidak menerima seseorang yang telah menikah tinggal bersama orang tuanya."

Taehyung mengulum senyumnya. "Baik Ayah. Bukankan masalah ini harus diselesaikan oleh kita berdua?"

"Dengar itu kata suamimu. Kalian sudah dewasa Ayah tidak sanggup lagi menampung masalah kalian."

Irene mendengus. Ia malas sebenarnya kembali ke rumah meskipun telah mengobrol dengan Ayah. Ia hanya belum siap. Sungguh. Irene seperti masih butuh Ayah untuk menenangkannya.

"Ayah bisakah aku di sini untuk merawat-"

"Wah, uri Joohyun-ie tidak pernah membantah perkataanku. Apa yang dilakukan suaminya terhadapnya?"

Sialan. Kalau sudah ancaman itu, Irene tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ayo pulang." Taehyung tersenyum meraih lengan Irene kalau saja dia tidak menepisnya.

"Jangan menyentuhku, Taehyung. Kuperingatkan aku tidak semudah itu."

***

1 chapter left to end this story. Thank u sm for still enjoying ya!💜 gais Ayah jg vrene hardshipper:((

Aku yg ngehasut. Bc i wouldnt let my ship sink😏

Btw kalian ada yg Hanbin stan/iKONic?☺😌

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro