17. After 30 Days
Taehyung dengan segala kebodohannya.
Waktu itu setelah kedatangan Irene untuk pergi dari rumah, Jinyoung datang menemuinya. Taehyung sangka dia akan memarahinya, atau memukulnya karena memang itu yang harus dilakukan. Nyatanya tidak.
"Hyung, aku tidak mau mendengar maafmu." Dia memulai perkataannya tau apa yang akan Taehyung sampaikan.
"Aku tidak butuh itu, Noona tidak butuh itu. Maaf tidak selalu menyelesaikan segalanya."
"Aku muak mendengarmu meminta maaf pada semua orang. Itu malah membuatmu terlihat seperti pengecut. Yang hanya bisa bersembunyi di balik kata maaf sedangkan tidak ada yang kau lakukan."
Taehyung diam membenarkan semua perkataan laki-laki yang bahkan lebih muda darinya.
"Jangan membuat rasa hormatku padamu hilang, hyung. Kau tak pantas mendapatkan itu hanya saja sekarang kau butuh orang untuk menyadarkanmu." Jinyoung membuang napas. Sedari kemarin dia sudah diam saja, kali ini tidak ada yang boleh menahannya. Ia akan mengatakan semuanya.
"Jawab dengan jujur, apa kau masih mencintai Joohyun Noona?" Tidak ada jawaban, yang ada malah Taehyung yang enggan menatap ke arahnya membuat Jinyoung mengangkat sebelah alisnya tidak habis pikir.
"Jangan pernah kau beralibi bahwa kau merasa tidak pantas mengatakannya. Diammu membuat orang salah paham." Demi Tuhan Jinyoung seperti membaca semua kekhawatiran yang ada di dalam benaknya. "Aku tau kemarin kau diam saja saat Noona mencoba pergi dengan bodohnya hanya karena kau merasa enggan dan tidak pantas. Tapi kau tidak tau apa yang Noona tanggap dari kelakuanmu, hyung. Dia salah paham. Padahal kau juga tidak mau Noona pergi, tapi tetap diam seperti pengecut."
"Dan apa itu pesanmu kemarin pada Noona? Maaf aku membacanya. Seulgi Noona juga membacanya. Aku marah melihat pesanmu. Kau bahkan tidak berusaha menahan Noona. Menyelesaikan segalanya. Yang bisa kau katakan hanya berpisah secara baik-baik. Kemudian meminta Noona tetap jadi sahabatmu. Kau gila ya?"
"Tidak semua yang kau pikir cara terbaik menyelesaikan masalah itu benar. Orang lain memandangnya dengan pandangan yang berbeda."
"Tolong, berhentilah menjadi seorang pecundang. Terus beralasan dibalik semua perasaan yang belum tentu benar. Memangnya kau pikir Noona senang hanya melihatmu menyesal?"
"Kenapa kau mengatakan semua ini padaku?" Tanya Taehyung mengusap rambutnya frustasi. "Untuk apa membuang waktumu-"
"Karena aku yakin padamu, Taehyung hyung." Dia tersenyum, menjawabnya tanpa ragu. Kalimat sesederhana itu justru menimbulkan secercah harapan di dalam diri Taehyung, terpaku akan ketulusan Jinyoung mengatakannya.
"Dari awal, aku selalu yakin padamu karena aku tau dirimu. Keyakinanku tidak hilang begitu saja hanya karena masalah ini, jadi tolong, jangan merusaknya."
Yang didengarnya dari kemarin hanyalah cacian karena kesalahannya, yang kenyataannya dia memang pantas mendapatkan itu semua. Tapi kata-kata Jinyoung, seakan mendorongnya. Memberinya yakin juga bahwa ini bukan akhir dari segalanya.
"Kau masih mencintai Noona, kan?"
"Iya. Aku selalu mencintainya, Jinyoung-ah. Aku sadar aku tidak pernah berhenti mencintainya." Taehyung berkata jujur. Demi Tuhan, dia sangat sadar sekarang bahwa dia tidak pernah mencintai wanita lain selain Irene. Ia cuma kehilangan arah dan merasa tidak yakin pada dirinya sendiri.
Taehyung kira, selama tiga puluh hari itu dia bisa bersikap normal karena dia hanya merasa bersalah pada Irene, bukan karena ia masih mencintai wanita itu. Nyatanya tidak.
Pada kenyataannya, dia tidak pernah rela Irene jadi milik yang lain. Ia marah seseorang bisa menggantikan posisinya. Ia memang bodoh, karena sempat melakukan kesalahan. Ia bodoh karena sempat berpikir berpaling dari Irene. Berpikiran buruk tentang wanita itu.
"Berdoalah agar Ayah segera sadar dan pulih. Percaya padaku, Ayah pasti sama sepertiku. Kami yakin padamu. Katakan semua pada Ayah, akui kesalahanmu. Ayah lebih sayang orang yang mengakui kesalahannya daripada berpura-pura baik dan menyembunyikan semuanya."
"Kau merasa bersalah pada Noona, kan? Perbaiki semua kesalahanmu. Kau belum jadi suami yang cukup baik untuknya, maka kau harus jadi lebih baik lagi."
"Terima kasih Jinyoung-a, terima kasih. Aku yakin sekarang untuk mengatakan semuanya pada Ayah. Ayah pasti akan baik-baik saja."
Taehyung pasti membayar semua kesalahannya. Dia juga tidak akan melakukan hal yang sama. Dia percaya pada dirinya sendiri.
Karena kalau kamu mau mendapatkan kepercayaan dari orang lain, kamu harus percaya pada dirimu sendiri.
***
Sudah pernah diberitahu, kan Irene itu keras kepala. Padahal keadaannya masih cukup lemah dan perlu cukup istirahat. Tapi mana bisa seperti itu. Mana bisa Irene berbaring tenang di saat orang yang paling disayanginya berjuang untuk nyawanya di dalam ruangan mengerikan itu.
Ia merasa bersyukur karena Ayahnya menemukan donor yang tepat, banyak berdoa agar operasinya berjalan lancar dan Ayah cepat pulih.
Ia ingin melihat Ayah tersenyum lagi, atau mengeluh karena Irene meminta Ayah menggendongnya. Mengabadikan semua hal yang Ayah lakukan untuk waktu yang lebih lama.
Kekhawatirannya tidak akan berhenti kalau dokter belum ke luar dari ruang operasi mengatakan bahwa semuanya berjalan lancar. Beruntungnya, Seulgi dan Jinyoung selalu di sini bersamanya, Jimin tidak bisa karena harus bekerja. Eunwo juga sibuk kuliah.
Jadi yang tersisa hanya mereka bertiga dengan segala keheningan yang ada. Ketiganya sibuk berdoa, penuh kekhawatiran.
Mereka menyadari waktu berlalu ketika pintu ruang ICU terbuka, spontan ketiganya berdiri dengan jantung berdetak kencang takut akan hal apa yang akan disampaikan pria berjas putih dengan teleskop menggantung di lehernya itu.
Siapapun pasti setuju bahwa lebih baik kehilangan segalanya daripada orang-orang yang menyayangi kita. Terlebih seorang Ayah.
***
Tuhan itu Maha pendengar. Dia mendengar doamu di manapun kau berdoa padanya. Bahkan ketika kau lengah dan lupa padanya, Tuhan tetap mengabulkan doamu dan memaafkanmu. Itu yang Irene percaya. Makanya sekarang ia bisa mendengar kabar baik bahwa kondisi Ayah stabil. Karena ia percaya.
Tidak ada hal lagi yang bisa ia pikirkan selain Ayah akan membaik. Yang ada hanya rasa bersyukur karena Ayah. Iya, dia tidak memikirkan apapun selain itu kecuali jika adiknya tidak tiba-tiba membicarakan orang yang membuatnya banyak berpikir.
"Noona, kenapa tidak hubungi Taehyung hyung dan kabari kondisi Ayah?" Pertanyaan dari mulut Jinyoung membuat Kakaknya itu menatapnya lurus seolah-olah,
"Kau yakin menanyakan ini padaku?"
"Oke, aku tau masalahmu Noona. Dan aku tidak mempersalahkan kenapa kau tidak memberitahuku tentang ini sekarang-"
"Aku minta maaf."
"Bukan, maksudnya bukan begitu," sahut laki-laki itu cepat. "Maksudku, kau harus menghubunginya. Kesampingkan dulu semuanya, point-nya di sini, pikirkan Ayah yang pasti akan menanyakan keberadaan hyung. Ayah pasti menanyakannya aku yakin."
Irene membuang muka dengan helaan napas tentu saja ia keberatan kalau ada Taehyung di sini, tapi perkataan adiknya...
"Apa yang akan Noona jawab ketika Ayah menanyakan kenapa hyung tidak ada di sini. Karena sangat tidak mungkin Noona mengatakan masalahnya. Sedangkan Ayah baru pulih dari kondisinya," bagus, Jinyoung-a. Sampai sini semuanya masuk akal.
"Atau Noona akan tega berbohong mengatakan Tae hyung sibuk dengan pekerjaannya sehingga ia tidak ada waktu untuk menjenguk Ayah membuat Ayah berpikir betapa ia tidak punya etika untuk sekedar menghargai Ayah."
Irene tidak langsung menjawab, dia diam dan berkali-kali menghela napas menunjukkan rasa keberatannya secara tidak langsung.
"Yeokshi, Noona memang tidak mudah." Pikir Jinyoung. "Mari kita coba sekali lagi."
"Ingat Noona, bukan untuk Tae hyung, tapi untuk Ayah. Point utamanya adalah Ayah. Bukankah Noona selalu mengutamakan Ayah dari segalanya?" Jinyoung menekankan pertanyaannya.
Oke, Ayah. Untuk Ayah. Dengan berat Irene akan melakukannya. "Baiklah, nanti aku hubungi Taehyung."
ASSA!
Jinyoung tersenyum senang tanpa diketahui Irene. "Hyung, kau akan membayar mahal untuk semua kerja keras yang kulakukan ini."
Segera Jinyoung mengirim pesan pada kakak iparnya agar dia tidak kembali melakukan hal bodoh. Jinjja, suami istri ini sudah seperti dumb and dumber menurut Jinyoung. Sebenarnya bukan, bocah ini hanya belum merasakan bagaimana berumah tangga.
Hyung, kalau Noona menghubungimu, jangan katakan hal bodoh
Aku sudah berusaha keras untuk kalian kau jangan mengacaukannya, arra?
Datang saja dan tidak usah banyak drama
Awas saja kalau kau bilang hal tidak-tidak
Aku tidak akan membantumu lagi
Biar saja Noona menikah dengan pria lain
Dengan pria yang lebih kaya darimu
Tentu saja dia bercanda, mana sudi Jinyoung menerima kakak ipar lain selain Taehyung. Dia tidak akan pernah rela.
Yak, bagaimana bisa kau mengatakan itu semua pada hyung?
Dan apa itu lebih kaya?
Aku kurang kaya bagimu? Huh?
Sadarlah posisimu Hyung ㅋㅋㅋ
Kau tidak ada apa-apanya di mata Noona saat ini
Baiklah hyungnim
Tolong bantu aku
Hyung jangan khawatir
Apapun yang terjadi aku tidak akan membiarkanmu berpisah dengan Noona
Aku serius kali ini
Aku tidak sudi punya kakak ipar lain
Jadi jangan berbuat ulah lagi!
***
1 PART LAGI!
eh dua
Satu aja kli y kelamaan klo 2. Y udh secukupnya aja:')
Si jinyoung Vrene hard stan apa gimana si?:'))
Oiya btw maaf ya ngepub cerita baru sblm ini end. Setres abisnya stuck di sini dr kemarin. Makanya itu ky semacam peralihan karena ff itu ringan kg ky yg ini:') g bakal ada selingkuhan2 lagi kok setres aku jg:')
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro