Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11. Naughty Kang

"Eun woo imnida."

Begitu pemuda berkulit putih pucat ini mengenalkan namanya padaku. Oh, jadi ini Cha Eunwoo itu? Yang membuat Seulgi heboh memaksaku datang ke kantor.

"Aku Irene," balasku tersenyum ramah. Semenjak lulus sekolah, Taehyung mengajariku untuk tersenyum ramah pada orang-orang agar mereka tidak salah paham kalau aku tidak menyukai kehadiran mereka. Dulu aku parah sekali soalnya. Tapi sedikit demi sedikit aku mencoba mengubah kebiasaan burukku

Eunwoo membungkuk padaku, aku membalasnya, lagi.

"Jadi, bisa dimulai wawancaranya?" Tanyaku lalu duduk diikuti olehnya, yang langsung direspon anggukan sopan oleh Eunwoo. Tiba-tiba mewawancarai karyawan magang diambil alih olehku.

"Sebelumnya, apa ada alasan khusus kau melamar di sini?"

Kubuka file berisi profil pemuda ini yang tadi diserahkan olehnya.

"Iya. Sebenarnya saya melamar ke sini karena saya penggemar novel-novel anda." Wow. Aku cukup terkejut. Tapi aku tidak mau terbawa perasaan terlebih dahulu. Karena aku tau tidak mungkin aku satu-satunya alasan dan lagipula dia tidak mungkin bilang itu hanya supaya aku menerimanya saja.

"Em, tapi alasan utama saya adalah karena saya mencintai sastra. Hanya saja saya merasa menulis bukan passion yang saya punya. Jadi saya putuskan untuk mengambil pekerjaan lain seperti jadi editor. Saya sangat terinspirasi oleh karya-karya anda, Irene-ssi. Jadi saya senang bisa berada di satu kantor dengan salah satu penulis hebat di Korea."

Aku cukup terkesima dengan alasannya. Dari matanya, ia tidak tampak berniat merayuku. Dia benar-benar tulus mengatakannya.

"Terimakasih sudah mencintai karya-karya saya," ucapku tulus.

"Di kampus, bukan hanya saya, tetapi teman-teman saya juga menyukai karya-karya anda."

Wow wow wow. Aku tidak menyangka novelku menarik minat para remaja.

"Benarkah? Kalau boleh tau, novel yang mana?" Aku mulai penasaran sejauh apa dia tau tentang karya-karyaku.

"To the lightness. Saya dan teman saya suka novel itu karena menurut kami itu sebuah kisah keluarga yang mengharukan-"

Lalu dia mulai mengoceh tentang salah satu novelku itu. Jujur, ada rasa bangga dalam diriku. Aku merasa berhasil mencurahkan perasaan yang kutulis di novelku. Aku senang orang mengapresiasi karyaku.

"Terimakasih sudah menyampaikannya dengan tulus, Eunwoo-ssi."

Eunwoo tampak senang, dia tersenyum lebar karena aku juga tersenyum. Mungkin dia pikir dia senang karena dia berhasil menarik atensiku. Tapi itu memang benar. Aku sering membaca pujian-pujian di akun sosial mediaku atau blog-blog yang me-review karyaku, tapi rasanya lebih menyenangkan ketika aku dapat mendengarnya langsung dari seseorang.

Lalu wawancaranya berlanjut sampai selesai. Semuanya berjalan baik-baik saja kalau Eunwoo tidak menyampaikan sesuatu yang membuatku terkejut setengah mati.

"Saya dan teman saya berniat menerjemahkan novel itu kalau anda memberi kesempatan. Karena kami pikir sangat disayangkan kalau novelnya hanya dibaca masyarakat Korea. Kisahnya harus menginspirasi seluruh orang di dunia ini tentang arti sederhana sebuah keluarga."

Aku tidak baik-baik saja karena kurasa ini hal paling membahagiakan yang pernah aku dengar selama akhir-akhir waktu ini.

***

"SERIUS? AAAA AKU TURUT BAHAGIA, EONNIE!" Seulgi memelukku erat sampai tubuhnya melompat-lompat sehingga aku terhuyung.

"Yak, hentikan aku sesak." Protesku namum tak urung tersenyum lebar. Seulgi memberikan cengiran menampakan gigi putihnya yang berderet rapi.

"Eonnie, kau pantas mendapatkan ini."

Aku menatap Seulgi dengan senyuman haru. Seulgi tentu saja tau impian terbesarku dari dulu. Salah satu karyaku diterjemahkan dan bisa dibaca orang banyak di dunia. Akhirnya, keinginanku seperti ada di depan mata. Eunwoo seperti perantara Tuhan mengirimkan kebahagiaan yang selalu aku harapkan.

"Lalu bagaimana selanjutnya?" Tanya Seulgi. Aku menjawab,

"Dia bilang dia akan menghubungi temannya dan pihakku juga untuk menerjemahkannya. Dia bilang dia yakin novelku layak terbit di luar Korea. Jadi aku harus pergi ke kantor lagi nanti."

"Aku yakin ini akan berhasil!" Seulgi menggenggam tanganku erat-erat, menyemangatiku.

"AKU AKAN MENTRAKTIRMU! KYA!" Aku menjerit seperti anak kecil. Seulgi tertawa, dia bahagia melihatku seperti ini.

Terima kasih Tuhan, terima kasih.

"Chukkae Uri Joohyunie!"

Seulgi mencubit kedua pipiku gemas. Kuucapkan terima kasih padanya. Lalu aku dan Seulgi pergi ke salah satu tempat makan favorit kami sejak sekolah dulu. Selain karena makanannya enak, tempatnya juga nyaman di sana.

"Eonnie," panggil Seulgi selagi kami menunggu makanan yang kami pesan.

"Hm?"

"Dia tampan, kan?"

Mataku mengerjap. "Tampan? Siapa?"

"Ah, Eonnie, jangan pura-pura tidak mengerti maksudku." Dia malah mengerling jahil sedangkan aku masih kebingungan.

"Serius, maksudmu siapa?"

"Tentu saja Eunwoo."

Aku hampir tersedak air liurku sendiri. Sumpah pertanyaan macam apa itu? Konyol sekali.

"Apa maksudmu bertanya seperti itu?"

"Tidak ada maksud apa-apa, kok." Ujar Seulgi polos tapi siapapun tau dia sedang menggodaku. "Eyy, Eonnie. Kenapa menanggapi pertanyaanku serius sekali? Aku memang benar bukan? Dia tampan. Aku hanya berbicara fakta saja."

"Tapi reaksi Eonnie... Jangan-jangan-"

"Jangan-jangan apanya?" Sahutku galak. Seulgi terbahak.

"Astaga," dia masih tertawa. "Menggoda Eonnie memang seru."

"Tidak apa-apa kok, Eonnie. Meskipun mahasiswa dia tampaknya mapan untuk bekerja."

Tunggu, kurasa aku tau ke mana arah pembicaraan gadis ini.

"Dia menyukaimu, lho!"

"Kang Seulgi, apa kau gila?" Cecarku. "Jangan menggodaku tentang bocah seperti Eunwoo. Menurutmu aku tante-tante yang mencoba merayu anak muda, begitu?"

Seulgi tertawa. "Umur kita dengannya tidak beda jauh! Jangan berlebihan. Dia kalem sekali. Astaga aku gemas."

"Haruskah ku panggil Jimin?" Aku melengos.

"Haha, Eunwoo untuk Eonnie saja."

"Untukku apanya?" Kupelototi Seulgi sedangkan gadis itu tetap saja tertawa bahagia. Memang, sejak dulu menggodaku seperti sumber kebahagiaan baginya. Memang tidak ada orang yang bisa menjatuhkanmu sebaik sahabat. Karena dia tau kelemahanmu.

"Eunwoo tidak kalah dari Taehyung. Dia masih segar lagi."

"Kamu melantur."

Makanan datang, segera kuambil tanpa memperdulikan Seulgi. Aku lapar. Aku baru saja bernapas lega ketika Seulgi mulai diam dan fokus dengan makanannya sampai dia mulai berceloteh lagi.

"Eonnie tau tidak bagaimana antusiasnya dia bercerita padaku bahwa dia fans-mu! Sebenarnya dia itu datang beberapa hari yang lalu. Dia senang sekali mendapat kabar bahwa kantor kita ternyata benar kantor seorang Irene. Makanya aku mendekatinya dan bertanya-tanya. Lalu aku menelponmu! Ah, aku iri. Penggemarmu seganteng Eunwoo!"

"Ah, senangnya jadi orang secantik Eonnie."

"Cepat makan, Seulgi. Jangan berlebihan."

Seulgi tetaplah Seulgi. Meskipun aku telah memarahinya tetap saja dia melanjutkan celotehan-celotehan anehnya.

"Seperti kisah klise di novel-novel, awalnya Eunwoo hanya seorang penggemarmu. Lalu dia senang bisa bekerja di kantor yang sama denganmu. Dan dia mulai jatuh cinta padamu! Ah, lucunya!"

Aku tidak peduli. Sungguh. Aish.

"Eonnie, aku serius," katanya tiba-tiba setelah aku tidak merespon tiap perkataannya sama sekali. Kudongakkan kepalaku menatap Seulgi sambil tetap mengunyah.

"Eunwoo tidak buruk juga jadi pengganti Taehyung."

Kuhela napasku dalam mencoba bersabar dengan ucapan melantur Seulgi. Aku sudah terbiasa, sumpah.

"Eunwoo itu lebih seperti Jinyoung Seulgi, lagipula dia menyukaiku sebagai salah satu penulis kesukaannya. Bukan wanita yang ingin dikencani. Oke?"

Seulgi menyumpit kimchi kemudian mengunyahnya. "Bagaimana kalau kenyataannya tidak seperti yang Eonnie pikirkan?"

A-apa?

"Jawab!"

"Aku..." tidak masuk akal. Ini tidak masuk akal. "Tidak tau."

Sejujurnya, aku tidak pernah membayangkan mengganti posisi Taehyung seumur hidupku.

"Eonnie, Taehyung saja berpaling darimu. Maka kau harus membuka hatimu untuk pria yang lebih baik darinya. Iya! Ini bukan tentang Eunwoo saja." Seulgi berkata sebelum aku sempat memotong perkataannya.

"Anggap saja bukan Eunwoo. Siapapun itu. Kalau saja ada yang bisa mencintaimu dengan tulus kenapa Eonnie membuatnya rumit? Kau harus. Karena tidak mungkin Eonnie hidup dalam bayang-bayang pria yang mungkin saja tidak mencintaimu lagi."

"Eonnie, aku minta maaf tapi sungguh," kali ini kudengarkan semua ucapan yang ingin disampaikannya padaku.

"Kalau Taehyung membuangmu dari hidupnya, maka lakukan hal yang sama."

"Eonnie deserves someone better than him ever."

"Eonnie deserves to be happy."

Tuhan, kalau saja melakukan segampang kata-kata yang terucap. Aku sudah membuang Taehyung sejauh mungkin dari hidupku.

***

Aku kurg tau ttg penerbitan dan staff2nya jadi kalo ada salah mohon koreksi ya🤗

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro