Day 4: Cafetaria (KnB)
Bukan guru, bukan pula tugas-tugas. Kantinlah yang dirindukan para murid saat karantina. Rindu ramainya suasana dan makanan murah nan lezat.
Setelah setahun terkurung di rumah, akhirnya para murid diizinkan kembali belajar di sekolah. Tentu dengan catatan berganti-gantian datang ke sekolah dan membawa bekal. Otomatis kantin tutup.
"Hah ... harus bawa bekal. Mana gue kangen roti isi spesial setiap tanggal 25 di kantin," ujar Taiga.
Roti isi spesial adalah satu-satunya roti ajaib yang dijual di kantin sekolah. Bagaimana tidak? Setiap memakannya perasaanmu jadi bahagia. Mitosnya pula roti itu dapat membawa kesuksesan setelah dimakan.
"Mau gimana lagi? Udah gitu aturannya," balas Tetsuya cuek dan membuka kotak bekal. Saku celananya bergetar, tangan pucat merogoh isi dan menarik ponsel dari dalam.
Tombol angkat panggilan ditekan.
"Kumpul di kantin cepat! No lelet lelet!"
"Tapi, Kak...."
"Ini tentang klub. Kalian berdua yang belum datang. Awas kalau kalian nggak nongol."
"I-iya, Kak."
Tetsuya menyimpan ponselnya lalu menutup dan menyimpan kotak bekal di laci meja. Ia menatap Taiga yang khidmat memakan roti bakar. "Kita disuruh ke kantin sama Kak Junpei. Ngomongin tentang klub," ujar Tetsuya.
"Sip."
Taiga berdiri dan menghabiskan roti bakarnya selama berjalan ke kantin. Hyuuga Junpei adalah tipe-tipe senior galak yang tak segan-segan menghukum juniornya. Wajar saja mereka langsung menurut tanpa banyak penolakan.
Kantin diramaikan beberapa anggota klub basket yang mereka kenal.
"Nih roti isi spesial. Lu pada pasti kangen," ujar Junpei mengulurkan masing-masing sebungkus ke Tetsuya dan Taiga.
"Wah, makasih banyak, Kak! Tahu aja lagi ngidam nih roti!" ujar Taiga senang.
"Tetet! Taiga! Sini coy!" panggil Kouki melambai, ia duduk di tengah kantin bersama Kouichi dan Hiroshi.
"Eh kalian belum balik ke kelas? Balik sana gih!" seru Riko galak membuat ketiga pemuda itu lari terbirit-birit dari kantin.
"Ba-baik, Kak!"
"Kita dulu, ya. Nggak jadi makan bareng," ujar Kouki menepuk bahu Taiga. Pemuda berambut merah itu mengangguk.
Riko memindai sekeliling kantin, mencari siapa lagi anggota klub basket yang belum kembali ke kelas.
"Siapa yang bikin, Kak?" tanya Tetsuya.
"Gue dong." Junpei menunjuk dirinya bangga.
"Untung bukan Kak Riko," gumam Taiga.
"Apa lo bilang?"
"Ng-nggak."
"Kita balik dulu ya, Kak. Makasih banyak buat rotinya." Tetsuya dan Taiga membungkuk kecil kemudian berjalan cepat kembali ke kelas.
"Ya udah, balik aja sono. Abisin rotinya."
Tidak ada yang menyadari Tetsuya dan Taiga masuk membawa roti isi spesial, karena itu mereka dapat memakannya dengan tenang.
Walaupun kantin tutup, Taiga bersyukur lidahnya dapat bertemu lagi dengan lezatnya roti spesial itu.
[]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro