“Oi, Pencukur Jenggot, kapan kita akan tiba di markas goblin selanjutnya?”

“Sebentar lagi.”

Lima anggota kelompok petualang itu terus menjelajahi hutan menuju sarang goblin berada. Monster yang mereka basmi tergolong lemah dan sering dipandang sebelah mata oleh petualang tingkat atas. Orang-orang tahu goblin monster lemah saja, tanpa tahu goblin merupakan monster menjijikan yang penuh nafsu birahi.

“Langitnya bagus ya, Goblin Slayer-san,” ucap Gadis Pendeta, kepala mungilnya mendongak ke bumantara yang terhampar lebar di atasnya.

“Hm.”

Gadis Pendeta tersenyum, sebagai orang pertama yang mau menemani Pembasmi Goblin, ia terbiasa mendapat jawaban singkat dari si pria. Tiga orang anggota baru mereka juga mulai sabar dan terbiasa menghadapi Pembasmi Goblin.

Sebenarnya mereka punya sisi menyebalkan masing-masing. Contohnya? Pembasmi Goblin yang terlampau serius dan dingin, Peri Pemanah yang cepat marah, Dwarf yang sombong dan pemabuk, Gadis Pendeta yang terlalu polos, dan Pria Reptil yang tergila-gila pada keju.

Satu cara yang membuat mereka bertahan sampai sekarang hanya satu, yaitu kesabaran.

[]