Dhimas
"WOY LO SEMUA!"
Suara keras Ruben membuat semua orang berhenti. Niko memanggil bantuan. Aku berdiri sempoyongan, seluruh badanku sakit. Mataku pasti bengkak dan kayaknya bibirku ada yang lecet. Aku nggak peduli. Biar babak belur sekalipun, kalau aku bisa membuat mereka sadar, aku mau.
Tapi kayaknya orang-orang bego ini belum pada sadar juga. Cih.
"Pesta gila, ha?" Ruben menatap semua orang tajam. Ada alasan kenapa Herman dulu memilih Ruben sebagai Komandan, dan itu karena dia bisa bikin semua orang tunduk padanya dalam satu kalimat. "Main tonjok-tonjokan aja. Gue nggak diajak?"
"Bawa temen lo pergi dari sini," seru Jaka sambil memijit tangannya. "Lo berdua bukan anggota KVLR lagi. Lo nggak seharusnya ada di sini."
Ruben mengisyaratkanku untuk mengikutinya. Aku menurut, sambil melemparkan tatapan mengancam pada semua orang di ruangan itu. Begitu pintu depan ditutup, Jaka langsung memulai lagi pesta itu. Kawanan gila itu udah buta semua. KVLR adalah kawanan serigala buta yang iya-iya aja sama siapa pun yang ada di depan.
"Lo mau ngehancurin KVLR," Ruben berkata pelan-pelan. "Bukan gini caranya. Biar gue bantu lo."
"Ini pertarungan gue." Aku meludahkan darah yang mengumpul di mulutku. "Stay away."
Dan tanpa kuduga, Ruben melayangkan tinju lain ke arahku. Aku terhuyung dan nyaris jatuh. Apa-apaan ini?! Aku menoleh padanya dan menghajarnya. Kami berakhir berkelahi di depan rumah itu, di tengah motor-motor yang terparkir, dengan Niko cuma ngeliatin. Sialan emang.
Aku akhirnya berhenti melawan karena capek. Ruben melihatnya dan ikut berhenti. Kami berjongkok di pinggir jalan, masih kehabisan napas. Bibirku yang lecet mulai sakit dan tenagaku habis. Gila, badanku bakal sakit semua besok pagi.
"Lo putus sama Anggit. Lo dateng pas pesta dan kelahi." Ruben diam sejenak. "Lo bisa masuk rumah sakit kalau gue nggak dateng."
Sial.
"Lo ngotot pengin balas dendam sendirian. Baru ngadepin KVLR aja, lo udah harus ngorbanin pacar lo dan juga nyawa lo. Gimana lo mau ngadepin Herman? V?"
Aku terdiam, sadar betul apa yang akan dikatakan Ruben.
"Ini bukan one man's fight. Sekuat apa pun elo, ini lebih besar. Kalau lo sendirian, lo akan capek. Kayak sekarang. Karena yang lo lawan bukan cuma mereka, tapi juga elo sendiri. Ini perlawanan antara lo dan ego."
Aku meludah lagi, lalu berdiri. "Dan lo nawarin bantuan?"
"Gue punya cara lain." Ruben ikut berdiri. "Nggak semua perlawanan harus dengan kekerasan. Kita bisa pakai cara lain buat ngehancurin Herman, menjarain V, dan ngebubarin KVLR."
"Lo yakin cara lo bisa berhasil?"
"Gue yakin cara gue bisa lebih berhasil dari cara lo."
Aku mengusap bibirku yang lecet. Jika dipikir-pikir, aku memang gila. "Fine. Pakai cara lo. Awas kalau gagal."
Ruben menyeringai. "Besok, kita susun strategi. Dan tau-tau, KVLR bubar untuk selamanya."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro