Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[TsNT12 - Rencana Baru]

Dhimas

"Lo gila ya?!" tukas Ruben setelah kami meninggalkan Niko dan Rhea. "Lo mau jadi komandan?! Gue udah bilang, rencana kita lapor! Bukan lo jadi komandan!"

"Gue langsung kepikiran itu. Lagian gue yakin alasan itu lebih logis ketimbang alasan lo. Coba, apa alasan lo?"

"Soal ... apa gitu kek." Ruben mendecak. Kesal karena nggak bisa mencari jawaban yang masuk akal.

"Biarin aja. Lagian Herman belum tentu setuju. Lo pura-pura aja marah sama gue soal ini dan bilang kalau lo nggak mau ikutan apa-apa." Aku melirik ke sekitar. Kebetulan, ada Jaka. "Nah, tuh ada Jaka."

"Oke, fine, kalau itu emang mau lo!" Ruben langsung mendorongku menjauh. Sejujurnya, aku pengin ngakak ngeliat muka sok jijiknya itu. "Kalau lo emang mau masuk KVLR lagi, gue nggak mau ikutan."

Ruben langsung menyingkir dari hadapanku. Sementara itu, Jaka mendekatiku. Ekspresinya nyebelin banget, seolah-olah ngejekin keputusan gilaku dulu. Aku belum ada gambaran sama sekali tentang keputusanku ini, tapi kurasa bakal lebih gampang ngejatuhin Herman kalau aku bergerak dari dalam. Dia akan kalah terhadap seorang pengkhianat. KVLR hancur dari dalam.

Oh, ide itu terdengar luar biasa, kalau aku boleh bilang. Cukup greget, tapi risikonya nggak sebesar itu.

Oke, sebenarnya mungkin besar, tapi biarin deh. Aku pengin nonjokin Herman sampai puas.

"Oh, lo mau masuk lagi?" Jaka mengucapkannya dengan nada sinis. "Lo yang bilang KVLR harusnya dihancurin lalala, sekarang mau masuk lagi?"

Aku balas meliriknya. "Bukan urusan lo. By the way, jabatan itu ditawarin ke gue duluan. Setelah gue nolak, baru dikasih ke elo."

Wajah Jaka berubah jelek—dia amat mengagumi Herman, jadi nggak heran dia girang banget saat ditawarin jadi komandan. Aku meninggalkannya, lalu menyusul Ruben. Dia sudah berbelok ke arah ruangan Pak Har.

"Tapi serius, lo mau ngapain? Apa tindakan lo selanjutnya?" tanyanya.

"Entahlah." Aku mengangkat bahu. "Tapi strategi lo butuh orang dalam yang cukup kuat untuk ngehancurin KVLR dari dalem. Niko bukan orang itu. Kalau gue bisa masuk, mending gue lakuin sendiri semua itu. Pengin gue hancurin muka si Herman."

"Terserah lo deh. Tapi jangan gegabah. Sebonyok-bonyoknya korban lo, keadaan nggak akan berubah. Yang ada, lo masuk penjara karena dituntut melakukan kekerasan."

Perkataan Ruben ada benernya. Aku nggak boleh sembarangan. Begitu berhasil masuk ke dalam KVLR, aku harus berhati-hati. Herman nggak suka denganku dan Ruben sejak kami keluar. Mencoba masuk lagi dan bertindak gegabah sama saja dengan bunuh diri.

Kami sekarang berada di depan ruangan Pak Har. Pintu ruangan Pak Har kelihatan mengerikan. Jujur aja, aku nggak terlalu suka sama kepala sekolah satu itu. Iya, dulu dia emang ngelolosin KVLR meski ketahuan ngeganja. Tapi setelah mendengar cerita Rhea tadi, aku jadi tambah benci sama dia.

Lama kami di luar tanpa mengetuk pintu. Sebenernya, aku sama sekali nggak tahu harus ngomong apa.

"Siapa itu di depan pintu?" seru Pak Har dari dalam.

Ruben meringis, lalu mengetuk pintu. Kami berdua masuk setelah diizinkan. Ruangan mewah si Har ini juga bukti bahwa dia pengin kelihatan hebat oleh orang lain. Aku bahkan nggak yakin buku-buku di belakangnya itu dia baca semua.

"Ada apa?" tanyanya begitu kami masuk. "Ada masalah lagi dengan KBR?"

"KVLR, Pak," kata Ruben pasrah.

"Ya itulah." Kepala sekolah gila itu mengibaskan tangannya. "Ada apa? Ada masalah lagi?"

"Sebenernya, sebagai mantan ketua KVLR, saya mau lapor ke Bapak apa aja yang mereka lakuin. Semua yang Bapak mau tahu. Gimana Pak?"

Mata Pak Har berbinar-binar. Berarti Rhea benar. Pak Har mau ngebubarin KVLR. Informasi yang kami punya jelas-jelas mampu menjadi dasar untuk penyelidikan, bahkan mungkin penindaklanjutan kasus di sini. Bahasaku emang kedengeran terlalu tinggi, tapi itu kenyataannya.

"Informasi apa?" tanyanya.

Aku menyela sebelum Ruben sempat berbicara, "Tapi Bapak harus ngebolehin kami ikut ngebantuin Bapak. Lebih gampang nangkep mereka saat kita tahu mereka mau ngapain aja, jadi semuanya bakal efisien."

Ruben mengernyit, tapi dia diam saja.

"Boleh. Kamu jadi orang dalem, nanti saya dan Rangga akan ngebantuin dari luar—hm? Oh, Rangga itu inspektur yang kemarin nangkep kalian."

Cukup adil. Ruben tampaknya pasrah dengan keputusanku dan mulai membeberkan semua yang kami ketahui soal KVLR. Herman dan V. Hanya dua orang yang harus ditumbangkan agar KVLR hancur. Tapi aku tahu, orang-orang di balik nama itu bukan sosok yang gampang ditaklukkan.

Aku menggertakkan gigi. Dhik, lindungi kami.   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro