Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

50. Mobil


"Aku beneran berangkat nih?"

"Ya udah sih tinggal berangkat aja."

"Serius? Ke VER lho ini, aku mau kerja."

"Ya udah."

"Kemarin juga jawabnya 'ya udah', tapi buktinya mobilku baru keluar gerbang depan aja langsung nyariin."

"Nggak bakal, sekarang serius kok."

"Benar yah? Jangan sampai aku putar balik lagi. Boros bensin!"

"Katanya mau melakakukan apa aja?"

"Ya emang—"

"Tau ah! Ya udah gih buruan sana ntar telat terus potong gaji pula. Nanti anak kamu mau dikasih minum susu apaan kalo bapaknya nggak dapat gaji?"

"Tsk! Pabriknya aja bisa aku beli kalo anakku memang butuh. Benar yah? Aku berangkat?"

"Hm."

"Sekarang lho ini."

"Hm."

"Nggak ada niat buat putar balik lagi lho yah walaupun kamu ngerengek."

"Aku nggak pernah ngerengek!"

"Oke. Aku ... pergi yah?"

"Iyaaaa, Rega hush hush!"

***

Rega kembali menghela napasnya samar. "Udah?" tanyanya kemudian berusaha untuk tidak semakin jauh terseret dalam gelombang kejengahan. Huh, yah, sebab jika sedikit saja pria itu kalap lalu, berakhir dengan menubruk tembok kesabarannya yang saat ini mungkin sudah setipis dompet para karyawan VER pada penghujung bulan, maka, habislah sudah seorang Norega Altriano Prakosatama!

Benar. Setidaknya itulah yang kerap kali terjadi di beberapa bulan belakangan ini apabila Norega berani secara terang-terangan menunjukkan keberatannya atau keenggannanya terhadap sesuatu yang berkaitan dengan istrinya, Meta Yunara.

Entahlah!

Namun, jika alasan di balik segala bentuk polah tak lumrah Meta tidak lain adalah calon buah hatinya. Memang Rega sanggup berbuat apa?

Walau pun itu berarti Rega harus menlan secara bulat-bulat seluruh gejolak emosinya. Meski itu berarti Rega harus mendengar suara bujukkan Meta yang lagi-lagi berujar, "Satu menit lagi."

Oh, God! Rega bahkan lupa sudah berapa kali kiranya Meta mengulang-ngulang kalimat 'Satu menit lagi' di satu jam belakangan ini.

"Tapi, aku ada meeting ...." Kalimat Rega dibiarkannya menggantung begitu saja begitu netra sehitam malam pria itu berhasil menjaring gambar Meta yang tampak langsung merunduk lesu nun di seberang panggilan video sana. "Oke!" Rega menyambung kilat seraya melenyapkan decakkan yang hampir tercipta dari mulutnya. "Tapi, 'Satu menit lagi' yang ini beneran yah?"

"Emang?"

Hah! Bagaimana bisa Meta memsang raut sok tak berdosa—mulut terbuka, mata yang tampak berpikir pun alis yang mengerut lucu—pasca-menebar beberapa kali hoax ke dalam hidup Rega yang superhectic ini?

"Kalo aku telat datang, nggak tau deh kapan lagi bisa reschedule. Klien yang mau aku temui jadwalnya gila banget. Jarang-jarang dia ada di Jakarta. So, satu menit, oke?" Tidak! Bukannya Rega tak sesayang itu terhadap calon anaknya. Oh! Come on! Sejak mengetahui fakta bahwa ada darah dagingnya yang sedang bertumbuh dalam rahim Meta, Rega bahkan langsung menempatkan calon buah hatinya tersebut sebagai prioritas paling penting pun utama bagi hidupnya—di samping Bunda Ane, tentu saja. Namun, agenda pertemuannya kali ini jelas bernilai miliaran rupiah. Di atas pundaknya  ribuan orang bertumpu, VER mengandalkannya.

Serta, ketika 'satu menit' itu nyaris berlalu, Rega agaknya tak lagi tahan guna memecah nuansa hening yang entah mengapa justru menggelayut di antara dirinya dan Meta.

"Kok diam?" ujar Rega akhirnya, terdengar cukup tenang kepada sosok Meta yang terlihat anteng mengamatinya dari balik sambungan video call.

"Yah?"

"'Satu menit'-nya dikit lagi habis. Nggak mau ngomong sesuatu?"

Di atas layar ponsel pintar Rega tampak Meta menggeleng ringan.

"Kenapa?" kejar Rega heran. Iyalah, ya kali mereka cuma mau adu membisu saja dalam telepon? Dan, bukankah  semenjak hamil Meta menjadi lebih ceriwis? Selalu saja ada yang mulut perempuan tersebut produksi ketika tengah berhadapan bersama Rega, khususnya sesuatu yang pangkalnya sanggup untuk men-skak mat seorang Norega Altriano Prakosatama.

Namun, kini ....

"Kangen lihat muka kamu."

"Apa?!"

"Anak kamu kayaknya kangen pengen lihatin kamu."

"Apa?!" Bukan, bukan! Sejujurnya, bukan 'apa' yang hendak Rega serukan. Oh, ayolah! Apakah perbendaharaan kata seorang Rega semonoton itu? Pun, come on, Norega jelas terlampau cerdas untuk sekadar mampu memahami maksud dari kalimat supersederhana yang barusan sang istri ujarkan. Hanya saja ....

"Me, serius kamu nggak mau tau? Kita bisa bicara ke Dokter Kenny buat ngelakuin USG dan ngelihat jenis kelaminnya. Dengan semua tingah kamu selama hamil mungkin aja dia itu beneran c—"

"Nggak mau," potong Meta segera, penuh penekanan jua keyakinan. "Biar jadi surprise aja, Reg, hm?"

Delapan belas minggu nyaris berlalu serta yah, agaknya Meta memang telah berkomitemen keras. Sebab, berapa kali pun Rega mencoba merayu agar sang istri luluh dan bersedia untuk mengintip bersama-sama mengenai jenis kelamin dari si calon buah hati, realitasnya usaha pria itu selalu mentok di tengah jalan! Entahlah, mengapa Meta kukuh sekali untuk tak ingin tahu perihal anaknya akankah ia terlahir sebagai perempuan atau laki-laki? Padahal, Norega Altriano sudah dilanda penasaran setengah mati!

Berdeham pelan demi menetralisir geraman yang rasanya telah menumpuk dalam kerongkongan, Rega lantas berujar, "Me, begini ...." Diambilnya sebuah jeda singkat. Oh, yeah! Ke mana kira-kira perginya Norega yang kerap meledak-ledak, impulsif serta masa bodo-an itu? Sumpah! Bulan-bulan terakhir ini, Rega merasa bahwa dirinya telah sukses menjelma sebagai manusia tersabar sealam semesta. Dan segala pengorbanannya ini tentu tak lain adalah demi anaknya. "Masalah kita tau duluan soal jenis kelaminnya tuh nggak akan mengurangi esensi 'surprise'-nya. Percaya deh!"

"Aku nggak mau, Reg. Kenapa sih maksa banget?" Sudahkah Rega infokan jika selama masa kehamilannya Meta Yunara itu menjadi seribu kali lebih keras kepala?

Tsk! "Aku nggak maksa. Aku cuma—"

"Udah lebih dari satu menit. Katanya mau meeting penting. Gih sana!" gunting Meta seperti biasanya di sepanjang belasan minggu ini.

Sementara, Rega lagi-lagi menghela napasnya samar. Yah, hanya tinggal sekitar empat bulanan hingga buah hatinya terlahir dan Rega pasti sanggup menahan seluruh gejolak dalam dadanya yang tiap harinya semakin menggebu nan menggelora saja.

Tsk, tsk, tsk!

***

"Serius lo, Bos?! Nggak sayang? Yakin rela? Pikirin lagi coba, Reg! Kedemenan lo kan tuh, nyesel lo ntar!" Adalah Jatmiko Sadewo yang langsung merespons keras niatan milik seorang Norega Altriano Prakosatama, yang beberapa saat lalu baru saja sulung dari tiga bersaudara itu sampaikan.

"Gue nggak minta lo ke sini buat mengomentari apa yang udah gue putuskan, Ko!" balas Rega sensi di balik meja kerjanya.

"Iya, iya, sebebas lo lah! Tapi, Reg beneran deh ini tuh menyangkut—"

"Kontra gue sekali lagi, Ko dan lo lekas minggat dari hadapan muka gue!"

Miko sontak menjulurkan kedua telapak tangannya ke angkasa—tanda menyerah—sebelum pura-pura terbatuk sambil bertutur, "Terus lo mau yang kayak gimana?"

"Lha, bukannya itu fungsi utama lo duduk di depan gue, di dalam ruangan ini, sekarang?"

Oh! Andaikan makhluk menyebalkan bernama Norega tersebut bukanlah teman yang dia akrabi. Andai saja gajinya di VER tak sebesar seperti apa yang selama ini rutin masuk ke dalam rekeningnya setiap bulan. Tolong, ingatkan Miko untuk jangan pernah merasa lelah menjadi pihak yang waras ketika harus berurusan dengan si pria serba benar, No-re-ga!

"Oke, jadi lo mau yang gede apa sedang
aja?" tanya Miko ujungnya, pasrah.

"Enak yang gede kan?"

"Ya, tergantung."

"Tergantung apanya?"

"Tergantung kebutuhan lo lah, Bos!"

"Tsk! Itu sih gue juga paham! Lagian, lo nggak bisa langsung ringkes aja? To the point sih. Gue udah ditungguin Meta," ujar Rega mulai dongol.

"Ahciyeee, sekarang mah Meta nunggu dikit aja udah waswas yak, Bro?"

"Ko! Bacot mulu yah lo, keluar aja deh!"

Tersinggung? Seorang Jatmiko? Tentu tidak! Pria itu terlampau mengenal Rega. Maka, tak heran jika justru timbul serberkas senyuman miring di atas bibirnya atas segala tingakah polah Rega yang berhasil ditemukannya.

"Oke, oke. APV gimana?" tanya Miko sejurus kemudian, serius.

"Berapa seat tuh?"

"Delapan cukuplah."

"Nggak sekalian lo kasih offering yang bisa untuk menampung warga sekomplek?"

"Lo mau tuker Peugeot lo sama Minibus emang?"

Rega otomatis melemparkan sebentuk lirikkan tajam melalui bola mata sehitam malamnya ke arah Miko yang praktis menciut di permukaan kursi.

"Ko, gue cuma butuh buat diri gue, anak gue dan Meta. Belum ada rencana bikin rentalan atau ngangkut anggota timnas sepak bola pake mobil pribadi gue. So?"

"Hmmm." Miko bergumam panjang seraya mengelus pelan kawasan dagunya yang hampir satu minggu ini selalu lupa ia cukur. "CRV mau? Lumayan kok. Nyaman juga kayaknya untuk keluarga kecil lo."

Rega tampak menimbang-nimbang intens sewaktu Miko kembali berujar, "Lagipula, kenapa nggak beli baru aja sih? Lo kan lebih dari mampu? Masa sama anak sendiri pelit juga?"

Sebuah dengkusan kasar kontan Rega lontarkan detik berselang. "Lo mikirnya gitu? Ini bukan perkara pelit, Ko, tapi hari di mana anak gue bisa nyetir nanti pasti udah bermunculan model-model mobil jenis baru. Dan, sejak kapan memangnya gue tertarik untuk memiliki sesuatu yang nggak gue butuhkan?"

"Jadi?"

"Gue lepas Peugeot gue. Tolong lo urus semua sampai CRV-nya berhasil terparkir dengan sempurna di dalam garasi rumah gue."

"Reg, please? Are you serious? Peugeot itu udah macem rumah kedua lo. Ikhlas?"

Rega mengedikkan bahunya santai. "Yang baru-baru ini gue sadari, Ko, bahwa ternyata gue bisa melakukan apa pun dan melepaskan apa aja kalo itu ... demi anak gue."

Serta, yah Miko dapat menangkapnya. Kesungguhan yang luar biasa dalam sepasang bola mata milik Norega Altriano Prakosatama.

***

Kangen nggak, Gaes sama simbaak eh Bang Sambel Mercon? 😂😂😂

Betewe, untuk yang nanyain E-BOOK-nya nggak ada yah, Gaes. Versi digital bisa ditemukan di Dreame.

Terus, yang masih nyari bukunya, saat ini sih masih belum ada lagi stoknya dan nggak tau kapan bakal ada laginya.

Lalu, soal additional part-nya cuma sebatas ini yang bisa simbaak kasih buat wattpad. Sori beribu sori yak, Gaes. Tapi, kalem aja kan toh Abang juga sering gentayangan di lapak simbaak yang lain. Dia pamit, tapi tak benar-benar pergi 😂😂😂

Terus, terus yang udah baca additional part-nya hayo sopooo wkwkwk maapkeun kalo ejek kurang duowo, mau nganu ndak ke simbaak 😂😂😂

Sampai jumpa di cerita-cerita simbaak yang lain 😂😂😂

Rega yang paling anu.

Abang waktu udah pake wak doyok
😭😌😂😚😳😒

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro