Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kenapa Harus Dia?

Oktober 2018

Hari ini, jam tiga sore lewat sepuluh menit sebuah taruhan konyol sudah kubuat bersama Tante yang hanya selisih umur setahun lebih tua dariku.

Taruhan apa? Kami membuat taruhan untuk mencari pacar sebelum tahun ini berakhir. Terdengar konyol bukan? Aku yang belum pernah pacaran dan mencoba dekat dengan lawan jenis dengan sangat percaya diri bisa memenangkan taruhan tersebut.

Sebelumnya perkenalkan, aku Lanlia, bisa dipanggil Lan atau Lia. Akan sangat bahagia jika dipanggil Bidadari.

Aku gadis biasa-biasa saja. Mungkin beberapa orang pernah memujiku cantik, entah sekadar menyenangkan hatiku saja atau memang itu kenyataannya. Ah, aku tidak peduli. Kuuambil kaca lalu becermin, setidaknya tidak mirip Mbak Kunti sudah bersyukur.

Aku orangnya suka ketawa alias receh, sangking recehnya melihat orang kesandung pas mau naik angkot saja aku ketawa.

"Ya udah, Lan, Tekni pulang dulu, ya," ucap Tanteku yang biasa kupanggil Tekni.

Namanya Rini, karena aku tinggal di Padang maka Tante itu adalah Etek dan aku memanggilnya Tek rini, biar tidak kepanjangan kupersingkat saja jadi Tekni.

"Oke, Tekni. Hati-hati!" ucapku, walaupun tidak sampai lima menit Tekni sudah sampai di rumahnya. Jarak rumah kami memang terbilang dekat, karena masih satu kampung.

Aku melambaikan tangan saat Tekni pulang membawa motornya. Aku kembali masuk ke rumah dan mengunci pintu.

Langkah kakiku menuju kamar. Kini otakku mulai berpikir keras tentang taruhan yang baru saja kubuat. Bagaimana ini? Apa aku sewa aja cowok tak dikenal pura-pura jadi pacarku, ya? Ah nggak, deh. Kebanyakan nonton TV, nih.

Aku merogoh ponsel di saku celana. Kulihat kontak cowok yang mungkin bisa kuajak kerja sama. Namun, lihat ....

Kontak cowok yang kupunya hanyalah teman sekelas, itu pun karena masuk grup kelas makanya kusimpan. Tidak ada chat pula. Sepertinya taruhan yang kubuat itu keputusan yang salah.

By the way, kalau kalah juga barabe. Siapa yang kalah taruhan harus hidup tanpa HP selama sebulan. Mana bisa! Lagian ini sudah 2018, Bro. Ke mana-mana HP sudah di tangan.

Tiba-tiba notifikasi pertanda pesan masuk berdering, kubaca ternyata pesan dari Ran---temanku yang sering berangkat sekolah bareng.

Ran

Lan, besok pergi lebih pagi, ya. Soalnya aku piket.

Oke, siap.

Sepertinya aku bisa minta bantuan Ran deh. Walaupun aku tahu dia juga sama sepertiku tidak punya banyak teman cowok. Ya tidak salahnya kan mencoba.

Ran, ran, boleh minta tolong gak?

Boleh, apa tuh?

Cariin cowok dong, buat jadi teman aja sih, gabut hehehe ^^

Bilang gabut aja biar gak malu-maluin banget.

Hmm siapa, ya.

Siapa aja, Ran. Mau beda kota juga gapapa. Virtual aja kok hehe.

Yaudah, aku kasih kontak kamu ke dia ya, biar dia nanti yang nge-chat.

WHAT?

EH?

Seriusan, nih? Semudah itu? Wah, ternyata nanya ke Ran emang pilihan yang tepat. Mantap, Lan!

Wah, siap. Makasi banyak Ran. Kamu udah menyelmatkanku.

Sama-sama Lan. Bentar lagi dia chat tuh.

Waduh. Kok jadi deg-degan gini, ya? Aish tenang ... tenang.

Kira-kira siapa ya cowok yang dikasih Rani? Tapi gak boleh berharap lebih! Siapa pun akan kuterima, karena kan buat taruhan doang. Mau bentukannya kayak gerobak mie ayam juga ga masalah.

Ting!

Wih, siapa tu? Apakah dia pangeran yang telah dikirimkan oleh Ran kepadaku? Azzeek slebew.

Ruang penyimpanan penuh, mohon bersihkan!

Ahelah, ternyata notif menyebalkan yang setiap hari pasti muncul. Padahal sudah kubersihkan galeri dengan sangat berat menghapus screnshootan tidak jelas yang kuambil di Instagram.

Ting!

Nah, itu pasti dia. Oh Pangeranku ....

Kamu ke mana aja? Yakin gak mau ambil promo bonus internet hari ini, dapatkan cashback jika membeli pulsa 100 ribu hari ini.

Lama-lama kulempar nih HP. Ah, udahlah. Mending aku mandi saja. Kayaknya pangeranku datangnya tertunda. Mungkin saja macet.

***

Setelah mandi, aku mencoba mengecek HP kembali, siapa tahu sudah di-chat kan. Aduh, kenapa jadi berharap dapat notif si dia yang tidak diketahui ini sih.

1 pesan yang belum dibaca!

Wah, aku yakin seratus persen kalau yang chat pasti si dia.

Bismillah.

Ran

Udah di-chat Lan?

Senyumku yang tadi sangat melebar hampir sampai telinga langsung kembali ke posisi awal.

Belum, Ran. Ah, kayaknya dia gamau, yaudalah gapapa.

Udahlah pasrah aja. Cari yang lain semoga ada.

+6285XXXXX

Assalammualikum

Mataku melotot lebar, untung tidak sampai keluar. Apakah ini dia?

Tiba-tiba bulu kudukku merinding, sudah seperti bertemu Om Poco yang sering lompat di taman. Eh, emang dia setan!

Sebelum membalasnya, tentu saja aku membuka foto profile dan namanya terlebih dahulu.

Profile foto anime. Dasar wibuu. Nama Mufid San. Eh? Kok tidak asing, ya?

Mufid ... mufid. Hmm ... siapa, ya?

Eh? MUFID?

Aku mencurigai seseorang, tetapi sebelum itu mending kubalas pesannya dulu.

Waalaikumussalam
Siapa, ya?

Ciahelah, basa basi dulu, Cuy!

Aku Riva.

Loh, loh? Riva? Riva apaan, di sana aja namanya Mufid San. Jangan-jangan nih orang mau menyamar pula. Kulihat kembali profile-nya. Ternyata namanya sudah berganti jadi Riva Syahrini.

Sontak aku langsung tertawa terbahak-bahak. Ini orang kalau mau nyamar gak kreatif amat, sih! Masa namanya baru diganti setelah chat aku.

Riva apaan. Kok tiba-tiba jadi cewek?

Yah kirain tadi cowok temannya Ran.

Eh iya iya, aku temannya Ran.

Nah, kan, ngaku juga. Hmm sepertinya dugaanku benar, deh, tapi mari kita pastikan dulu.

Sebelum itu, nama aslimu siapa sih? Bener cowok kan?

Iya, aku San.

San apa?

San Mufid

Ah beneran? Gak usah dipelesetin gitu lah namanya.

Maksudnya?

Aku yakin dia adalah salah satu teman yang kukenal, walaupun belum pasti juga. Tapi, kalau beneran itu dia. Masa Ran kasih dia, sih?

Hah, ini gak salah, kan? Masa dia? Duh, mana satu kampung lagi. Walaupun nama teman yang kukenal bukan nama yang disebutkan tadi, sih. Lebih tepatnya aku mencurigai dia sengaja pelesetin namanya.

Aslinya mamanya bukan itu, aku tahu betul, tapi kalau ternyata dia bukan teman yang kukenal bagaimana? Malu dong!

Nama kamu
bukan San, kan?

Beneran itulah.

Gak usah boong, deh. Aku kenal kamu.

Masa?

Iyalah kenal. Elu ...
Si anu, kan?

Anu siapa?

Udahlah becandanya. Aku tau itu beneran kamu.

Kamu siapa?

Ya kamu, teman SD SMP aku, kan.

Siapa tuh?

Ya entelah, masa nama sendiri gak tahu.

Katanya kenal, emang siapa?

Aish. Ya kamuu.

Kamu siapa?

Fau--

Hmm?

Fauzan Mufid

Iya.


O MY GOD!

SERIUSAN NIH?

Kenapa harus diaaa?

***

Haloha. Waa. Gimana-gimana? Seru gak? Ini baru awalan, gais. Semoga suka, ya.

Yuk lanjut ke chapter selanjutnya. Jangan lupa vote dan komen, ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro