Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16:00(2)

Mulmednya boleh diputar, enggak jg gak papa kok. Happy reading♡

🍀

Seokjin sudah berkali-kali meneriaki adik laki-lakinya untuk makan malam dan tidak ada sahutan yang didengarnya. Sejak pulang sekolah, entah kenapa Taehyung tidak keluar kamar. Padahal biasanya ia sibuk menganggu Yerim. Atau pergi ke rumah Irene.

"Adek, makan dulu woy." Seokjin mengetuk-ngetuk pintu kamar itu lagi-lagi. Sampai beberapa detik kemudian pintu kamar terbuka menampilkan wajah sang pemilik kamar yang tampak suntuk. Sangat suntuk.

"Lama banget gila. Ngapain dulu sih?"

"Tadi di kamar mandi," jawab Taehyung sekenanya.

"Muka suntuk amat sih, abis putus apa gimana," kata Kakaknya itu asal yang sialnya memang iya. Hampir. Tidak tau Taehyung bingung apakah dia sudah putus? Karena seingatnya ia tidak menyetujui putus yang dilontarkan tiba-tiba itu.

"Lho? Beneran putus, Dek?"

"Udah ah, ayok makan." Taehyung berjalan malas mendahului Kakaknya sebelum dia berceloteh tentang banyak hal.

"Masa sih putus? Orang berantem aja jarang." Ia menggumam sendiri heran kemudian segera menyusul adiknya yang berjalan tanpa gairah itu.

Mama yang sedang menyuapi Yerimpun heran juga melihat anak keduanya tampak suntuk. Dia melayangkan tatapan bertanya pada Seokjin yang dibalas dengan mengendikkan bahu ringan. "Kamu sakit, Nak?"

"Gak, Ma. Aku capek mau persiapan proposal penyerahan berhenti dari ekskul." Bohongnya. Biasanya, ketika dia pulang tengah malam karena lombapun dia tetap sempat pergi ke kamar adiknya hanya untuk menggoda Yerim yang sedang tidur. Mengusak-ngusak hidungnya pada pipi chubby adik perempuannya itu hingga dia menggeliat bangun padahal Mama susah payah membuatnya tertidur. Tapi lihat, hari ini dia benar-benar berbeda.

Makan malam berjalan dengan hening, semua menghormati si anak kedua yang tampak sedang sedih.

"Aku ke kamar ya, Ma. Kak." Kemudian berjalan begitu saja ke kamarnya. Sepertinya ada masalah serius.

"Kak samperin adiknya. Mama mau bobo-in Yerim dulu. Berantem sama Irene kali yah? Atau sama Jimin?."

"Putus sama Irene kayaknya, Ma."

"Hah? Kamu ngomong jangan sembarangan ah, Kak." Mama memukul bahu lebar itu pelan.

"Dih tadi aku gak sengaja nyandain ekspresinya langsung berubah. Berarti kan bener."

Setelah Seokjin mencoba menawarkan adiknya untuk berceritapun, dia tidak mau.

"Gak perlu, Kak. Gue gak papa." Gitu katanya. Sepertinya dia butuh waktu sendiri. Kalau Taehyung butuh Kakaknya, Seokjin tahu Taehyung pasti akan menghampirinya dengan kemauan sendiri tanpa harus dipaksa. Karena dia selalu menekankan kepada adiknya bahwa Taehyung bisa bicara kapanpun dia mau, Seokjin akan selalu mendengarkan.

Meskipun terlihat jarang bersama, sebenarnya mereka ini benar-benar dekat. Seokjin selalu jadi orang pertama yang tau rahasia adiknya bahkan sebelum siapapun. Dia juga selalu menempatkan dirinya dengan baik. Kalau dia butuh untuk serius, maka dia tidak akan bercanda.

Justru Taehyung selalu kagum akan sikapnya kalau dia sedang serius. Seperti satu orang dengan dua kepribadian yang berbeda. Yang paling dia suka, ketika menasehatinya, Seokjin tidak pernah sekalipun menyalahkannya. Membuat dia selalu tenang ketika menceritakan masalahnya.

"Ya salah elo sih."

"Elo lagian."

Dia benar-benar tidak pernah mengucapkan kalimat-kalimat seperti itu.

Di dalam kamarnya, dia mencoba menghubungi seseorang yang telah melahirkan Irene. Bundanya.

"Bun,"

"Ya, Nak?"

"Anak Bunda udah makan?"

Taehyung tidak mau menelpon Irene karena dia takut membebani perasaan gadis itu. Tapi Taehyung punya firasat kalau si keras kepala itu pasti tidak mau makan dan hanya terdiam di kamar. Makanya dia menelpon bunda untuk memastikannya.

"Irene gak keluar dari kamar dari sejak pulang sekolah. Kamu berantem sama dia?"  Terdengar jelas intonasi penuh khawatir itu membuat Taehyung merasa bersalah.

"Aku gak berantem kok sama Irene, mungkin Irene lagi ada masalah sama temennya."

"Duh Bunda khawatir, Nak. Matanya sembab banget. Dia gak berhenti nangis."

"Maafin Taehyung, Bun."

"Gak apa sayang, jangan minta maaf. Kalian 'kan udah sama-sama besar. Bunda khawatir aja dia belum makan soalnya."  Meskipun Taehyung bilang begitu, tetap saja Bunda tau ada sesuatu yang terjadi di antara keduanya. Tapi kalau mereka tidak mau menceritakannya, bunda tau mereka merasa bisa menyelesaikannya sendiri.

"Bunda tolong taruh aja makanannya di meja belajarnya ya. Nanti aku coba telpon. Atau Bunda bikinin susu coklat aja sama roti. Dia pasti gak mau makan udah malem banget gini." Tanpa Taehyung tahu bunda tersenyum mendengar celotehan cowok itu. Dia tau persis seperti apa Irene. Kadang bunda merasa terkejut melihat Taehyung yang selalu mengerti apa yang Irene mau.

"Kamu gak ke sini, Taehyung?"

"Nanti ya, Bun. Aku lagi kerjain proposal nih. Selamat malam, Bun."

Maaf aku banyak bohong hari ini sama Bunda.

Setelah bunda menutup teleponnya, dia kembali menimbang-nimbang apakah harus menghubungi Irene atau tidak? Pasti gadis itu tidak akan mengangkatnya, 'kan?

Lagipula, Taehyung tahu kalau dia melakukannya, itu hanya akan membuat Irene tambah sedih. Mungkin pesan lebih baik. Iya, setidaknya mengirim pesan tidak akan begitu membuat Irene sedih.

🍀

Hei
Makan dong
Kasian Bunda khawatir

Percuma Taehyung, percuma. Nyatanya hanya dengan sebuah pesanpun Irene tetap menangis. Menutup mulutnya mencoba meredam suaranya. Kesal pada dirinya sendiri kenapa sesentimental ini.

Irene hanya menatap kosong ke arah layar ponselnya, tidak berniat membalas. Untuk sekedar mengetikpun rasanya tidak bisa.

Gak usah dijawab pesanku
Yang penting kamu udah baca
Makan ya
Jangan nangis terus
Habis itu tidur, jangan lupa sikat gigi
Aku kerjain proposal dulu ya

Irene memang harusnya merasa bersyukur punya seseorang yang menyayanginya seperti Taehyung. Bahkan dia masih sempat mengirimkan pesan-pesan seperti ini padahal Irene tahu Taehyung itu kesal padanya. Setelah semua kelakuan kekanak-kanakannya.

Baru beberapa jam dan Irene merasa seolah-olah semua pergi dari kehidupannya. Sepi. Tidak ada lagi Seulgi yang mengirim pesan konyol. Pesan dari Taehyung rasanya hanya terus mengatainya betapa bodohnya dia.

"Bunda, sakit rasanya," isaknya dalam diam membiarkan air matanya berjatuhan ke layar ponsel sembari memukul-mukul dadanya supaya rasa sesaknya hilang. Tapi nihil, tidak berkurang sedikitpun.

Bagaimana besok dia berangkat sekolah? Bagaimana dia akan bersikap pada Taehyung di kelas sedangkan mereka teman sebangku? Bagaimana Irene akan menanyakan pelajaran yang kurang dimengertinya? Bagaimana dia menjalani hari-harinya tanpa Taehyung? Ya tuhan dia terbiasa menjalani hari-harinya dengan Taehyung. Dua puluh empat jam.

Dan dia tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya. Lebih menyedihkan lagi dia sadar bahwa ini ulahnya sendiri.

Menuruti perintah Taehyung, Irene memakan roti dan meminum susunya dalam diam. Walau kadang dia justru menelan itu semua bersama air matanya. Pergi ke kamar mandi membasuh mukanya yang tampak sangat-sangat menyedihkan. Matanya yang bengkak dan rambutnya yang sudah tidak berbentuk lagi, sedikit basah karena air matanya.

Saat menggosok gigipun, dia masih terus menangis. Sepertinya ini rekor menangis terlama seumur hidupnya.

Kemudian satu-satunya nama yang menjadi harapan untuk Irene adalah Jennie. Iya, dia harus menceritakan ini semua pada Jennie di sekolah. Meskipun sudah bisa menebak bagaimana reaksinya, Irene harus tau diri. Memang dia yang salah.

"Jen."

"Apa sayangggggg, tumben belum tidur."

Irene tidak merespon yang ada hanyalah tangisnya yang meledak setelah mendengar suara Jennie.

"LHO?!! KOK NANGIS?  EH KENAPA?"

Salah satu kebiasaan Irene, semakin ditanya ia semakin menangis.

"HEHHH KENAPA IH??!"

Entah kenapa suara melengking Jennie yang sangat rewel yang biasanya membuatnya sakit kepala malah terasa menenangkan sekarang. Bahwa masih ada yang mendengarnya.

"Rene astaga, lo sekalinya nelpon nangis-nangis gini. Kenapa sih?"

"Rene, jangan bikin gue panik dong."

Baiklah, tampaknya yang Irene ingin sekarang hanyalah didengar. Dia bahkan tidak sanggup lagi berbicara.

"Sabar ya, sayang. Sekarang lo nangis aja gak papa. Besok gue samperin ya ke kelas."

"Siapa nih yang berani bikin cewek kesayangan gue nangis? Biar gue slepet tuh orang."

Irene tiba-tiba mengeraskan tangisannya. "Gue Jen, slepet aja gue."  Katanya tanpa suara.

"LHO LHO KOK MAKIN KERAS NANGISNYA?"

"OK OK MAAF. GUE DIEM."

Bodoh.

Setelah akhirnya tangisan Irene mereda, Jennie segera mengakhiri panggilannya. "Udah, tidur yang nyenyak ya. Besok kita ketemu. Ok?!"

Irene mengangguk-angguk meskipun Jennie tidak bisa melihatnya. Tidak lupa mengetikkan pesan terima kasih kepada sahabatnya itu kemudian tidur.

Sampai dia menemukan Taehyung yang kembali mengiriminya pesan.

Kalo gak bisa tidur, coba dengar lagu ini
[Sent file]
Lagunya enak untuk bobo :)
Udah gak nangis lagi kan?
Tidur yang nyenyak ya

Irene tidak peduli, meskipun harus menangis lagi. Dia melompat mencari earphone-nya untuk mendengar lagu yang Taehyung kirimkan.

Setelah mencari posisi yang nyaman dan menenggelamkan diri dalam selimut, dia menyalakan lagunya. Lagu yang Taehyung tau kalau gadisnya pasti akan menyukainya. Karena ingat, Taehyung selalu tau Irene lebih dari siapapun.

Just the way that you would look at me
Was so much I’d never want to leave
Keep trying to forget how you were

Beautiful
Just the way that you were calling my name
But without you it won’t be the same
Keep trying to forget, but you were beautiful

Satu notifikasi lagi dari Taehyung malah merenggut kantuknya dan rasanya kini ia hanya ingin menangis saja sampai besok.

Rene...
Kita beneran putus ya?
Karena aku masih gak ngerti, Rene
Aku minta maaf


Sial. Sial. Sial.

JAWABAN IRENE BE LIKE: YAIYALAH BAMBANK W MO CR COWOK YG LEBIH GANTENG.

Mmps kelen.

Aku semangat update nih, makasih udh komen😭💜💜

star_veluv entah sudah brp kli Aya mention kakak di cerita Aya, lapyu kak



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro