13:00
"Tae, ayo kita belajar."
"Taeeeee belajar!"
"Ke perpustakaan yuk, Tae."
"Tae anterin aku ke perpustakaan."
"Tae nanti ajarin aku ya, aku mau jadi saingan kamu hehe. Kamu siap-siap aja kalah ya!"
Akhir-akhir ini, entah apa yang meresap ke dalam jiwa gadis itu sehingga dia termotivasi untuk semangat belajar. Biasanya, hanya menyelesaikan tiga tugas saja dia sudah mengeluh dengan kalimat-kalimat hiperbolanya. Tapi entah, beberapa hari ke belakangan ini dia pasti selalu mengajak Taehyung belajar bersama di setiap kesempatan.
"Kamu gak capek belajar?" Hingga Taehyung iseng bertanya. Sebenarnya tidak ada yang salah Irene jadi rajin belajar. Apalagi mereka akan menghadapi ujian sekolah dan mempersiapkan diri untuk mendaftar ke universitas. Hanya saja, kenapa begitu tiba-tiba? Apa yang telah dilakukannya?
"Kamu aneh deh, Taehyung. Aku males kamu ngomel, sekarang aku jadi rajin kamu nanya-nanya," sungut Irene sibuk membalik halaman buku yang tengah dibacanya dengan serius.
Taehyung menghembuskan napasnya tidak tau harus merespon apa. Dia kan hanya penasaran. Dari dulu dia menghasutnya untuk belajar tidak mempan tuh. Sekarang karena apa?
"Taehyung, liatin mukaku gak bikin kamu tambah pinter. Cepet belajar sana. Sirik deh aku jadi rajin." Irene mencibir tanpa mengalihkan pandangannya, tetap saja dia bisa merasakan bahwa alih-alih membaca, pandangan cowok yang duduk di hadapannya itu malah terfokus kepadanya.
Irene menurunkan bukunya sebatas hidung hingga hanya matanya yang terlihat, dia tersenyum. "Hehe, kamu pasti aneh ya? Kenapa tiba-tiba? Soalnya aku dapet ilham, Tae. Sebentar lagi ujian, belum lagi ujian buat kuliah, jadi aku harus belajar keras dari sekarang. Aku kan gak bisa apa-apa."
"Gak ada manusia yang gak bisa apa-apa," bantah Taehyung. Irene tersenyum semakin lebar hingga kedua matanya menyipit menyembunyikan bibirnya melengkung seperti bulan sabit di balik buku itu.
"Hehe." Irene kembali menutupkan seluruh wajahnya dengan buku, tersenyum kecut. "Apalagi sebentar lagi kamu ke Paris, aku gak mungkin buat kamu ngelakuin hal-hal gak berguna gara-gara aku. Kamu harus belajar terus, Taehyung. Sebentar lagi, sebentar lagi impianmu bakal terwujud."
Semenjak Irene tau tentang beasiswa itu, dia mulai berpikir kalau Taehyung pasti bingung tentang dirinya, dia juga tau pasti kalau Taehyung pasti menjadikan dirinya pertimbangan. Tapi Irene tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Taehyung harus tetap berjalan ke depan. Dia tau, Taehyung butuh waktu untuk belajar lebih banyak lagi, jadi Irene harus membantunya. Kalau tiba-tiba ia menjauhi Taehyung untuk menyuruhnya fokus belajar, pasti Taehyung ngeyel. Ia juga tidak mau Taehyung merasa dia tidak tau apa-apa tentangnya. Makanya dia melakukan segala cara agar Taehyung memanfaatkan waktunya dengan baik. Yang terpenting, sesuai keinginannya. Dengan cara mengajaknya terus belajar, itu pasti akan membantunya.
Padahal, sampai sekarangpun, Irene masih sangat membenci belajar. Rasanya mengantuk setengah mati. Tapi ia harus, bukan untuk Taehyung saja. Yang utama untuk dirinya sendiri, juga.
"Kamu mau kuliah di mana?"
"Eum?"
"Kamu mau kuliah di mana?" Ulang Taehyung menatap raut Irene yang terkejut dengan pertanyaannya. Bagaimana tidak terkejut, Irene sendiri belum memikirkan itu. Sama sekali. Setiap kali berusaha memutuskan, dia merasa tidak bisa apa-apa. Dia merasa bingung, sebenarnya apa yang dia bisa? Kenapa dia tidak punya target dan cita-cita? Irene benar-benar belum tau bagaimana kehidupannya selanjutnya, yang ia tau ia akan melakukan apapun yang dia bisa lakukan sekarang. Dan, ia juga tidak akan bercerita pada Taehyung. Bagaimana dia frustasi akan masa depannya, tidak tau bagaimana ke depannya. Ia masih tidak punya 'cita-cita'. Biar Taehyung fokus karena dia sudah punya rencana yang disusunnya rapi.
Bahkan Taehyung tidak akan pernah tau, bagaimana gadis kesayangannya menangis di suatu malam sebab ia merasa tidak berdaya. Sedangkan orang-orang di sekelilingnya mulai mempertanyakan tentang kehidupannya dan Irene merasa bodoh tidak tau harus jawab apa. Rasanya Irene ingin sekali mengatakan semuanya pada Taehyung,
"Tae, kenapa sih aku gak bisa apa-apa? Aku gak punya bakat apa-apa. Aku bingung, aku merasa sama sekali gak punya kelebihan yang bisa aku banggain. Jurusan apa? Aku gak tau, Tae. Setiap aku mikirin suatu keinginan, pasti rasanya kayak gak mungkin."
Tidak, Irene tidak akan pernah mengatakannya pada Taehyung. Biar saja lelaki itu fokus pada apa yang dia harapkan. Irene tidak mau, Taehyung malah sibuk memikirkan dirinya daripada keinginannya sendiri.
"Aku gak masalah kuliah di mana aja," jawab Irene sederhana pada akhirnya.
"Paling gak kamu punya satu universitas yang kamu mau, kan?"
"Terus kamu mau ambil jurusan apa?"
Taehyung baru sadar, ia sama sekali tidak tau tentang hal ini. Karena seingatnya, Irene tidak pernah membicarakannya. Dia kira dia tau segalanya tentang Irene, tapi tidak. Dia tidak pernah tau, keinginan-keinginan apa yang Irene punya untuk kehidupannya saat ini. Sedangkan Irene begitu antusias mendukungnya apalagi semenjak tau kalau Taehyung satu langkah di depan mimpi-mimpinya.
"Tae, kita battle ayo!" Satu alisnya terangkat mendengar ajakan Irene yang tiba-tiba mengalihkan pembicaraannya.
"Aku kasih satu soal ke kamu, kamu juga. Siapa yang duluan jawab dan jawabannya bener, nanti bisa dapet apa aja dari yang kalah."
"Materinya?" Tanya Taehyung tertarik dengan penawaran gadis itu.
"Bebas. Pelajaran apa aja. Terserah pertanyaan apapun."
"Okay," putusnya setuju. Setelah membuat soal pertanyaan untuk masing-masing, mereka menukarnya.
Irene memberi Taehyung soal matematika yang bodohnya pasti Taehyung akan dengan mudah mengerjakannya. Benar kan, dengan cepat tangannya bergerak mengerjakan soal tersebut dan segera menemukan jawabannya. Sedangkan Irene terdiam. Pertanyaan Taehyung untuknya benar-benar di luar dugaannya. Pertanyaan apa ini?
"Aku udah selesai!" Taehyung berkata senang menyodorkan kertas berisi jawabannya tersebut. Irene tau Taehyung bisa menjawabnya, tapi ia tidak menyangka akan secepat itu.
"Ya udah kamu menang." Pasrah Irene tetapi tak urung tersenyum meskipun dia kalah.
"Taehyung,"
"Hm?"
"Aku gak bisa jawab pertanyaan kamu. Karena aku juga punya pertanyaan yang sama."
Taehyung memiringkan kepalanya, menatap tepat ke arah netra bening milik gadis favoritnya
"Do you know how wonderful it is to wake up every day knowing I have you? Tell me cause i have no clue."
🍀
Di suatu sore, cewek dengan figurnya yang mungil itu mengetuk pintu kamar Taehyung dengan tangan yang menenteng sebuah paper bag. Tersenyum lebar kemudian memasuki kamarnya.
"Kamu bawa apa?" Tanya Taehyung bingung duduk di tepi kasur membiarkan Irene sibuk mengeluarkan barang-barang yang dibawanya ke atas kasur Taehyung.
"Aku beli ini! Ta-da! Tata cara lancar Bahasa Prancis."
"Ini tuh bukunya bagus, Tae. Ada buat daily conversation gitu. Ini kamu pasti butuh ini, meskipun kita belajar di sekolah seenggaknya ya kamu bisa belajar lagi di sini. Soalnya aku liat kayaknya kamu gak punya ini."
"Rene-"
"Oh iya!" Irene memotong saking antusiasnya dia kembali mengeluarkan sesuatu dari paper bag itu. "Ini juga aku beli buku tentang Paris. Ini best seller. Kamu harus baca, supaya kamu lebih kenal lagi sama negara yang mau kamu tinggalin."
"Ah! Aku juga beli syal, Tae. Aku gak sengaja liat, aku inget kayaknya kamu gak terlalu punya banyak syal. Dan ini tuh lucu banget kan! Cocok deh dipake kamu!" Pekik Irene girang memakaikan syal itu kepada manusia tampan di hadapannya yang hanya diam karena ia terlalu syok. "Tuh kan! Ganteng. Emang aku pinter deh, Tae milihnya."
"Irene, kamu-"
"SATU LAGI!" Irene membalikan paper bag itu menjatuhkan sebuah hourglass dengan pasir berwarna hijau tosca. "Ini, buat hiasan aja kenang-kenangan dari aku."
Kenang-kenangan katanya?
"Kamu tau gak, Tae? Ini," Irene membalikkan jam pasir tersebut hingga pasir-pasirnya mulai bergerak turun.
"Kamu ngapain sih beli ini semua?"
"Sst, dengerin dulu," omelnya serius. Tetapi sedetik kemudian pandangannya melembut. "Setiap kali kamu nyesel dengan apa yang kamu lakuin di hidupmu, setiap kamu merasa gak berguna, kamu puter jam pasir ini. Dan liat, kalau waktu itu gak bisa kita putar balik dan gak akan bisa berenti. Jadi, apapun yang kamu lakuin nanti, kamu harus melakukannya dengan sepenuh hati karena gak ada bagian dari hidup kita yang sia-sia. Tuhan gak pernah nulis satu halaman gak berguna di buku kita, Tae." Taehyung seakan terbius melihat binar tulus di iris mata bening gadisnya, bagaimana dia dengan lugunya menjelaskan tentang kehidupan. Ini, salah satu sisi Irene yang nyaris tidak pernah diketahuinya. Di mana dia sebenarnya lebih dewasa daripada Taehyung. Seperti magnet, bibirnya ikut melengkung sempurna melihat bibir mungil yang tidak berhenti tersenyum sejak tadi. Menjelaskan segala hal dengan antusias. Hingga Taehyung lupa kenapa perihal kebingungannya, kenapa gadisnya semangat sekali tentang cita-citanya? Tentang Paris.
Beberapa saat, tidak ada satupun yang bicara. Hingga jam pasir itu berhenti bergerak sepenuhnya meninggalkan hening.
"Kalau berhentinya aliran jam pasir ini, melambangkan kematian. Di mana detak jantung kita berhenti, waktu juga berhenti mengakhiri kehidupan kita."
"Hehe kamu suka gak hadiahnya?" Cengiran gadis mengakhiri pembicaraannya hingga kini dia menatap Taehyung yang sejak tadi diam. Menikmati segala hal yang disampaikan Irene.
"Kamu gak suka ya, Tae?"
Hingga Taehyung juga lupa untuk berkata, "kamu gak perlu repot-repot beli ini semua, Rene." Karena dia tidak mau gadisnya kecewa. Alih-alih, dia tersenyum senang menarik tubuh mungil itu mendekat. Menelusupkan tangannya ke pinggang kecil itu, mendekapnnya erat. Sehingga Irene tau, kalau Taehyung tidak perlu menjawab pertanyaannya dengan perkataan makanya dia membalas pelukan itu dengan erat.
"Tae, nanti siapa yang bakal pergi duluan?"
"Pergi ke mana?"
"Pergi ke suatu tempat. Yang jauh. Kira-kira jam pasir siapa yang berhenti duluan? Aku?"
Pertanyaannya melantur.
Taehyung tidak tau, tapi ia benci mendengar pertanyaan itu. Perasaannya jadi tidak karuan. Meskipun ia tidak tau apa sebenarnya maksud Irene, dia tetap tidak suka.
"Hehe, becanda. Tapi bisa aja ya, kan. Mungkin aja. Gak deh, tapi emang mungkin lho."
"Aku gak mau tau, pertanyaan kamu aneh." Irene tertawa kecil mendengar jawaban egois dan kekanak-kanakan cowok itu. Tapi Taehyung tidak peduli. Yang penting, gadisnya sekarang ada di pelukannya. Sekarang atau nanti, akan selalu seperti ini.
Itu kemauannya.
🍀
"Rene,"
"Hmmm?"
"Aku belum dapet permintaanku."
"Oh iya! Kamu mau apa? Kali ini apa aja aku turutin deh,"
"Apa aja?"
"Iya, peri cantik dan baik hati Irene akan mengabulkan permintaanmu, Adik kecil," kata Irene diiringi candaannya membuat Taehyung mendelik.
"Kalo aku cium kamu, boleh?"
Blush. Irene menggigit pipi dalamnya melihat tidak ada rasa gugup sama sekali pada cowok itu, dia dengan lancar mengatakannya. Bahkan sekarang dia terus terang menatap Irene intens sedangkan Irene hampir mati berdiri dibuatnya.
"Tae..." Irene bahkan tidak bisa mengatakan apa-apa.
"Gak boleh ya?"
Tanpa diperintahnya, kepala Irene menggeleng cepat membantah Taehyung membuat Taehyung terkekeh.
"Jadi boleh?" Kenapa harus mempertanyakannya Taehyung bodoh?! Irene mana bisa menjawabnya astaga. Dengan malu, Irene mengangguk pelan entah kenapa memejamkan matanya.
"Satu menit?"
Demi Tuhan, bahkan cowok itu mempertanyakan durasinya sekarang?! Lagi, Irene mengangguk menahan rasa malu dan ia yakin wajahnya pasti sudah semerah sweater-nya sekarang.
"Dua menit?"
Tanpa Irene tau, Taehyung menahan bibirnya yang ingin tersenyum lebar. Taehyung mengerjainya! Dengan bodoh, Irene mengangguk lagi.
"Lima menit?"
"Satu jam?"
"Selamanya?"
Irene baru saja akan membuka matanya dan memukul Taehyung sampai akhirnya sesuatu yang terasa dingin dan lembap itu menempel dengan sempurna di bibirnya. Jadi seperti ini ya rasanya dicium? Di bibir? Kenapa lututnya terasa lemas, kepalanya juga pening. Dan hal terakhir yang Irene tau adalah, ciuman Taehyung tidak lagi dirasakannya. Bukan karena Taehyung menyudahinya, tetapi karena,
Gadisnya pingsan.
Betapa lugunya gadis itu hingga dia pingsan ketika dicium. Ya Tuhan.
Terima kasih Tuhan, terima kasih KBS untuk remahan malam ini. DUH TAEEEEEEE CEMBURUAN BANGET YA?
Sampai bertemu di chap selanjutnya💙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro