Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

08:00

"Taehyung, Mama mau kasih tau kamu sesuatu nih!"

"Hm?"

"Eh Taehyung ini kabar bahagia lho, apalagi buat kamu pasti seneng banget dengernya."

"Kenapa?"

Mama cemberut melihat Taehyung yang bahkan tidak menengok ke arahnya. Untung Mama sabar, Mama tidak berniat mengutuk Taehyung. Anaknya itu sedang belajar untuk ujian besok. Ujian akhir semester dimulai besok, jadi seperti biasa Taehyung jadi autis.

"Liat Mama kenapa sih?"

"Iya aku kan denger pake telinga bukan mata."

"Gak bergairah amat hidupmu 6 hari kebelakangan ini." Mama pura-pura gak tau apa yang terjadi. Padahal ia tau sendiri itu kerjaan Irene yang mana Mama yang menyuruh. Padahal Irene bilang dia gak tega, tapi Mama mengomel. Kapan lagi mengerjai Taehyung?

"Tae, kamu mau tau gak?"

Taehyung menghela napas sebelum berkata, "oke." Dan menghadap Mama yang paling disayangnya itu karena emang Mamanya hanya satu.

"Kita berangkat ke London diundur! Seneng gak?" Mama menginformasikan seceria mungkin sedangkan orang yang diajak bicara malah mengerutkan keningnya.

"Oh? Okay." Kemudian dia berbalik lagi menatap bukunya memunggungi Mama.

"Taehyung, Mama serius tau. Soalnya Papa masih ada kerjaan, Kak Seokjin juga masih ada urusan kuliah. Nah emang tuh kesempatan kamu biar bisa ulang tahun di sini bareng sama si cantik. Seneng kan kamu? Kamu emang-"

"Iya, Ma."

Tanpa Taehyung tau, Mama menahan tawa melihat reaksi cowok itu yang bener-bener gak ada semangatnya. Sedangkan Taehyung tersenyum kecut. Senang apanya? Dia saja sedang bertengkar dengan Irene. Entah Irene sudi mengingat ulang tahunnya, entah sampai kapan mereka akan baikan. Begitu pikir Taehyung.

Padahal Taehyung selalu mencoba berpikir kesalahan apa yang terakhir dia lakukan? Atau memperhatikan tingkah laku cewek itu selama tidak bersamanya. Dia oke. Tapi, suatu ketika Taehyung membuka jendela kamarnya, dia tidak sengaja menemukan Irene menatap ke arah kamarnya. Namun segera cewek itu menutup jendela kamarnya dengan tirai. Huh.

Hampir seminggu, tapi Taehyung masih merasa bodoh karena tidak mengerti. Apa dia emang ditakdirkan pacaran dengan komik dan buku-buku pelajaran saja? Tidak. Dia tidak akan pernah membayangkan statusnya jadi tetangga lagi dengan Irene. Aha.

Tenang saja Taehyung. Karena kalau hubungan kalian berakhir, bukan kalian berdua saja yang menderita.

🍀

Untuk pertama kali seumur hidupnya bersekolah, seorang Irene telat. Meskipum Irene bukan tipe murid seperti Taehyung yang kepintarannya tersohor, tetap saja dia anak normal yang cukup teladan. Jarang terkena razia, apalagi telat. Hingga hari ini dirinya terdiam di gerbang bersama beberapa murid yang sama-sama telat. Yang lain nampak tenang dan telah terbiasa sedangkan Irene gelisah. Rasanya ingin menangis. Ini gara-gara dia gak berangkat dengan Taehyung astaga. Setiap hari, dia terbangun kesiangan dan sampai di sekolah sebelum gerbang benar-benar ditutup. Kali ini, parahnya dia telat. Parahnya lagi, telat di hari pertama ulangan, dan ada kumpul di lapangan. Biasanya untuk pemberitahuan saja.

"Gimana ini? Mau pulang." Irene merengek dalam diam, mana tidak ada teman yang dia kenal. Ibu jarinya menekan kontak Taehyung. Masa dia harus menelpon Taehyung sih?

"Huhu gimana ini? Kalo nelpon Taehyung, nanti gagal. Kan lagi marah. Tapi kalo gak, nanti dihukum. Ish. Ya udahlah." Irene mematikan layar ponselnya ketika Taehyung malah memanggilnya.

"Hah? Aduh ini kepencet apa gimana? Ah ya udahlah terima aja." Bertanya sendiri, menjawab sendiri huh.

"Kamu di mana? Kok belum dateng?"

KYAAA suara yang beberapa hari ini jarang didengarnya. Irene kangen. Ah tidak tidak. Ini bukan waktunya bucin, Irene. Kamu telat!

"Taehyung aku telat," adunya hampir menangis. "Aku di gerbang. Aku sendirian. Gak tau harus apa."

Irene, bukannya dirimu sedang marah? Kenapa merengek-rengek pada Taehyung?

"Tunggu di situ. Aku ke sana." 

Irene menghela napas lega. Dia jadi terharu. Taehyung masih saja memperhatikannya. Sampai si sosok itu datang mengendap takut ada guru kesiswaan yang melihatnya.

"Tae-"

"Tasmu sini cepet." Irene segera memberi tasnya melalu celah besi-besi gerbang.

"Denger, nanti pas guru piket mau ngedata siswa telat, kamu bilang kamu habis dari fotocopy, ngerti?" Perintah Taehyung masih melihat sekitar.

"Tapi- berati aku bohong, Taehyung."

"Terus kamu mau dihukum? Gak papa. Sekali ini aja."

"Gak boleh. Nanti-"

Untung sayang. Untung.

"Tunggu sini." Taehyung berjalan entah ke mana daripada lama menunggu cewek itu kemudian kembali dengan guru piket yang siap mendata siswa-siswi yang telat.

"Bu, maaf ya Irene dari fotocopy."

"Oh begitu? Ya udah kamu masuk sana. Lain kali izin dulu ya." Karena Taehyung anak baik, yang terkenal seantero sekolah karena kepintarannya, otomatis semua guru menyayanginya dan percaya padanya.

Dan hari ini, dia berbohong untuk Irene demi Tuhan.

"Terima kasih, Bu."

Taehyung menggenggam tangan Irene yang menunduk dengan raut sedih yang masih terpasang di wajahnya ke lapangan berkumpul dengan yang lain.

"Udah, kamu gak telat, kok."

Irene masih menunduk. Bukan, dia sedih karena dia terharu dengan Taehyung. Kok bisa dia menemukan Taehyung di antara cowok-cowok bajingan yang menebar di seluruh permukaan bumi? Dia juga kangen tepatnya. Dasar.

"Dasimu mana?" Tanpa berkata apa-apa Irene merogoh saku rompinya kemudian menyerahkannya pada tangan Taehyung. Irene tau, Irene tau pasti Taehyung akan memakaikan dasinya karena Irene bodoh dalam hal itu. Setiap upacara, pasti Taehyung memakaikannya untuknya.

Irene pernah bilang, dia gak mau jadi istri Taehyung karena memakaikan dasi saja tidak bisa. Tapi saking bucinnya aja jadi Taehyung menyangkal, "gak papa, aku kan bisa pakai sendiri. Gak semua istri di dunia ini bisa masangin dasi."

Atau dengan kata lain, "gak semua Istri di dunia ini kayak Irene. Aku maunya Irene. Jadi Irene aja. Pokoknya Irene."

Emang. Bucin emang. Udah main suami-istri aja mikirnya. Sialnya kalau Papa meledek Taehyung, menyuruhnya belajar memikirkan masa depan, Taehyung akan menjawab dengan percaya diri kalau dia pintar. Jadi dia yakin. Bukan kepedean sih, memang kenyataan. Jadi susah menyangkalnya.

"Kamu udah belajar semalem?"

"Udah kok." Mendadak hari ini Irene kalem sekali. Malu dia. Berasa baru hari ini pacaran. Atau baru dekat?

"Udah sarapan?" Mendadak juga Taehyung jadi tukang interview yang menanyakan segala hal. Gak apa, asal Irene bicara.

"Gak sempet orang aku aja telat."

"Ya udah, nanti sebelum masuk beli roti sebentar."

Taehyung, can u just stop?  Irene kan jadi tambah gak tega. Dasar perayu. Padahal sih Taehyung gak ada unsur merayu sama sekali, dia beneran bertanya.

Baru saja Irene ingin mengatakan sesuatu agar Taehyung berhenti memperhatikannya, tapi tangan besar yang selalu menggenggamnya itu mendarat di puncak kepalanya. "Semangat ujiannya."

🍀

"Maaf ya Taehyung, makasih udah bantuin aku pagi ini hueeeeee."

"Lho kok nangis sih?"

"Aku jadi bingung! Kan aku masih marah! Tapi aku kangen. Eh enggak- enggak kangen bohong."

"Gak apa, marahnya nanti dilanjut lagi ya. Iya kamu gak kangen aku gak denger."

"HUEEEEEE!!" Akhirnya Irene dapat pelukan Taehyung setelah 7 hari.

Is this story getting worse? Or so cringe that u cant handle? Pls answer me haha. Bc i'm not confident with this.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro