Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 47

Di dalam ruang teh Wangsheng Funeral Parlor yang hangat, Zhongli duduk dengan postur yang sempurna, secangkir teh beraroma melati mengepul pelan di tangannya. Di luar, senja mulai menyelimuti Liyue dengan kilauan emas yang tenang, memantulkan sinar matahari terakhir di atas dermaga pelabuhan. Heningnya ruangan ini hanya sedikit terganggu oleh suara Hu Tao yang mengeluhkan kekurangan klien bulan ini.

Seperti biasa.

"Kalau begini terus, kita akan kekurangan pekerjaan! Apa kau tahu betapa membosankannya itu?" Hu Tao merajuk, dagunya bertumpu di atas meja. "Bulan lalu saja sudah sedikit, dan bulan ini bahkan lebih buruk! Orang-orang makin jarang butuh jasa pemakaman."

Zhongli menatap teh di dalam cangkirnya, mengaduk perlahan dengan sendok kecil sambil mendengarkan dengan separuh perhatian. "Itu mungkin pertanda baik," gumamnya tenang, suaranya rendah dan berirama, seperti bunyi riak air. "Liyue sedang berada dalam masa damai, masyarakat hidup tanpa terlalu banyak tragedi. Tidak ada kematian, tidak ada kesedihan."

"Tapi… ini bisnis!" Hu Tao bangkit, menekankan dua tangannya ke meja. "Ini bisa membuat kita kehilangan klien! Kalau begini terus, aku harus mencari cara lain untuk menarik pelanggan!"

Satu hari lainnya dimana "Zhongli" dipaksa untuk berurusan dengan sifat unik dan kekanak-kanakan Direktur tempatnya bekerja—Hu Tao.

Oh, sungguh. Meski Zhongli sudah bekerja selama beberapa tahun ini, tetapi ia masih tidak sanggup untuk menghadapinya. Namun mungkin sebetulnya, dia bukan takut karena tidak bisa mengurusnya, tetapi apa yang ada di dalam kepala sang Direktur Wangsheng Funeral Parlor saat ini.

Bohong kalau dikatakan ia tidak pernah tidak merasakan tatapan aneh dan menyelidik yang dilayangkan Hu Tao kepadanya, dia sering merasakannya. Bahkan saking seringnya, Zhongli sering dibuat merinding karenanya. Gadis muda itu jelas tahu lebih banyak daripada yang diduganya. Tetapi syukurlah karena Hu Tao adalah tipikal anak yang tahu tetapi tidak ingin terlalu berurusan dengan masalah yang diketahuinya selama itu tidak mengganggu pekerjaannya.

"Jika begitu, barangkali kau membutuhkan seseorang yang bisa memberikanmu masalah agar bisa diselesaikan di Wangsheng Funeral Parlor," celetuk Zhongli usai meneguk segelas teh di tangannya.

Hu Tao mengerutkan dahi, meletakkan dagunya kembali di tangan. "Tidak banyak orang yang akan dengan senang hati bekerja di tempatku sepertimu, Tuan Zhongli. Apa kau pikir akan mudah mencari pekerja baru?"

Benar. Tidak sedikit yang bahkan memilih untuk berhenti secara sukarela tanpa dibayar karena mereka terlalu takut dengan hal-hal tabu ketika berurusan dengan pemakaman. Zhongli hampir melupakan itu.

Namun Zhongli tetap berkata, "barangkali kau dapat meminta Liyue Qixing untuk membantumu. Aku yakin mereka bisa mencarikan kandidat yang cocok untuk posisi tersebut. Bahkan, mungkin saja, kau dapat memindahkan salah satu pegawai magang mereka untuk membantumu di sini."

Mendengar itu, mata Hu Tao menyala dengan antusias. "Ah! Itu ide yang bagus! Mereka pasti punya banyak orang yang tidak suka kerja kantoran. Seorang yang muda, cekatan, dan tidak takut dengan urusan dunia roh!"

Sementara Hu Tao mulai berspekulasi, Zhongli kembali menyesap tehnya perlahan, menyembunyikan senyum kecil di balik cangkir porselen di tangannya.

Setelah kesepakatannya dengan Tsaritsa telah berhasil dipenuhinya setahun yang lalu, kini waktu baginya untuk melepas beban selama 3700 tahun memerintah Liyue di bawah naungannya. Seperti yang dikatakan gadis itu kepadanya.

"… bukankah menikmati hasil dari keringat dan air mata juga bagian dari tugas kita sebagai makhluk hidup?"

"Morax" tidak pernah benar-benar merasakan bagaimana dia hidup, dia hanya tahu tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukannya; tetapi kini "Zhongli" dapat memenuhi ruang kosong itu—karena bagaimana pun, gadis itu telah menunjukkan caranya.

Gadis itu, [Name].

Pikirannya berlabuh pada nama itu. Ia memejamkan mata sejenak, membiarkan arus kenangan membawanya ke momen-momen singkat ketika ia bersamanya.

Itu waktu yang menyenangkan, tentu saja. [Name] tidak pernah menolak permintaannya meski pun permintaannya aneh-aneh dan masih dapat ia penuhi, gadis itu juga tidak pernah melarangnya untuk mencoba sesuatu selama ia tahu itu tidak berbahaya. Namun lebih dari itu, [Name] selalu menggenggam tangannya. Dia tidak pernah melepaskan tangannya, memastikan ia benar-benar ada di belakangnya dan mengikutinya, melindunginya—dan dia merasa bahagia karena itu.

Jika para manusia di bawah perlindungan para Adeptus, dan para Adeptus berada di bawah perlindungan sang Prime Adeptus, lantas… siapa yang akan melindungi sang Prime Adeptus?

Perasaan bahagia karena ada seseorang yang melindunginya begitu baru tetapi menyenangkan untuknya.

Namun seseorang itu kini begitu jauh.

[Name] baru saja menjadi pemagang di Liyue Qixing, dan Zhongli tahu betapa terisolasinya posisi itu di Jade Chamber. Pegawai Liyue Qixing jarang berkeliaran di Pelabuhan, dan itu membuat interaksi dengan mereka—termasuk [Name]—menjadi sesuatu yang langka. Hanya pegawai utama dengan posisi khusus yang diberikan sang Tianquan Ningguang yang mendapatkan tempat tersendiri di Liyue, tetapi [Name] belum mencapai tempat itu.

"Aku penasaran siapa yang akan mereka pilih," Hu Tao berseru sambil tertawa kecil, membuyarkan lamunan Zhongli. "Bagaimana menurutmu, Tuan Zhongli?"

"Aku hanya menyarankan hal yang logis, Direktur Hu," jawabnya berpura-pura acuh.

✦•┈✦•┈⋆⋅☆⋅⋆┈•✦┈•✦

Malam itu, Jade Chamber bersinar temaram di bawah kerlap-kerlip lentera yang menggantung di langit Liyue. Udara malam membawa hawa dingin yang menyejukkan setelah hari yang panjang. Di tengah ruangan yang luas, Ningguang berdiri di dekat sebuah meja rendah, memberikan senyuman tipis penuh penghargaan kepada seluruh pegawai yang telah bekerja dengan dedikasi tinggi.

"[Name]," Ningguang memanggil namanya dengan lembut. Ia menatap gadis itu dengan ramah. "Hari ini pekerjaanmu sangat baik. Aku terkesan dengan kecepatan dan ketelitianmu. Jika kau bisa mempertahankannya, mungkin kau akan segera mendapatkan posisi tetap."

Ucapan itu membuat darah [Name] mengalir lebih cepat. Ia sedikit tertegun, namun segera membungkukkan tubuhnya dalam-dalam. "Terima kasih banyak, Nona Tianquan. Saya akan berusaha lebih keras lagi," ucapnya dengan tulus. Suaranya menggambarkan kegugupan, tetapi juga ketulusan dari seorang gadis yang benar-benar ingin membuktikan dirinya.

"Bagus," Ningguang menjawab singkat sebelum melanjutkan dengan urusan lain. Itu isyarat yang cukup bagi [Name] untuk meninggalkan tempat tersebut.

Malam telah larut ketika [Name] turun dari Jade Chamber, langkahnya ringan, namun pikirannya masih dipenuhi kata-kata sang Tianquan Liyue yang tadi mengapresiasi kerja kerasnya.

Angin malam Liyue berembus lembut, membawa aroma asin dari lautan yang membentang luas di bawah sana. Lentera-lentera yang menggantung di sepanjang pelabuhan memancarkan sinar keemasan yang temaram, menari di permukaan air tenang yang memantulkan cahaya bintang.

"Aku bisa langsung diterima…." gumamnya, mengulang pujian yang diberikan Ningguang tadi. Ia menghela napas, kemudian menyesuaikan genggaman gulungan dokumen yang masih ia bawa.

Rasanya seperti mimpi—pekerjaan magangnya memang terasa berat, tetapi mengetahui bahwa ia diakui oleh Ningguang sendiri adalah suatu kehormatan. Jika ia bisa mempertahankan kinerjanya, mungkin jalan menuju masa depan yang lebih baik akan terbuka lebar. Harapan itu mengisi hatinya, membuat langkahnya terasa lebih ringan meski tubuhnya lelah setelah seharian bekerja.

Ia melirik ke arah bintang-bintang kecil berkelip jauh di atas. Malam ini begitu tenang, terlalu tenang, hingga keheningan terasa membebani telinganya. Bahkan deburan ombak yang biasanya terdengar lembut kini terasa jauh, seolah meredup di balik bayangan gedung-gedung tua di sepanjang pelabuhan.

Langkahnya melambat. Ada sesuatu yang tidak beres.

Di ujung jalan, para pedagang telah menutup kios mereka, dan sebagian besar orang telah kembali ke rumah masing-masing. Sesekali, beberapa pekerja terlihat lewat, tapi mereka berjalan cepat, tenggelam dalam urusan masing-masing. Keanehan mulai muncul ketika ia rasakan udara mulai terasa lebih berat, langkahnya seolah menggema lebih nyaring dari biasanya.

Lalu, ada sesuatu. Rasa aneh yang merayapi kulitnya, membuat bulu kuduknya berdiri. Seakan ada mata tak terlihat yang mengamati setiap gerakannya.

Rasa diawasi.

Otot-ototnya menegang, nalurinya berteriak. Ia memperlambat langkah, mencoba menenangkan napasnya. Secara alami, tangannya naik ke tali tas yang tergantung di bahunya—refleks menguatkan pegangan pada sesuatu yang familiar saat situasi tak menentu.

Langkah kaki. Samar, tetapi cukup untuk disadari.

Seseorang mengikutinya.

Jantungnya berdebar lebih kencang. Ia mempercepat langkah, berpura-pura tidak menyadari kehadiran sosok itu. Namun, semakin cepat ia berjalan, semakin jelas suara itu terdengar. Derap kaki seseorang yang selaras dengan miliknya, melangkah tepat setelahnya, menyesuaikan ritme agar tidak mudah terdeteksi.

Ia menelan ludah. Tidak berani menoleh.

Tepat ketika ia hendak menyeberang jalan menuju rumahnya, sesuatu terjadi begitu cepat.

Rasanya seperti angin yang tiba-tiba meledak di belakangnya. Dalam sekejap, udara di sekitarnya berubah dingin, malam yang tadi sunyi mendadak terasa semakin menyesakkan. Sebuah desiran lirih menyelimuti kesadarannya, dan sebelum sempat berpikir lebih jauh—cahaya lentera yang tadinya terasa hangat berpendar di ujung matanya mulai meredup.

Penglihatannya kabur.

Tubuhnya melemah.

Seketika, lututnya kehilangan kekuatan. Dokumen yang digenggamnya terlepas, jatuh ke jalan berbatu dengan bunyi lembut, tak berarti dibandingkan sensasi mengerikan yang membelenggunya.

Jatuh.

Kesadarannya meredup dalam hitungan detik, bahkan sebelum sempat mengetahui siapa atau apa yang menariknya ke dalam kehampaan itu.

✦•┈✦•┈⋆⋅☆⋅⋆┈•✦┈•✦

Di Heyu Teahouse, aroma teh hangat bercampur dengan suara lembut Pinghua yang menggema di sudut atap. Zhongli duduk tenang di pinggir pelataran, cangkir teh porselen di tangannya mengeluarkan uap tipis yang menari di udara. Cairan keemasan itu mengalir perlahan dari bibir cangkir ke dalam tenggorokannya, memberikan kehangatan yang menenangkan. Dari tempatnya duduk, ia bisa melihat Pelabuhan Liyue yang tetap ramai meski hari sudah mulai beranjak sore.

Sebagai seseorang yang telah hidup selama ribuan tahun, menikmati hari-hari seperti ini dalam kesederhanaan adalah sebuah pengalaman baru dan tak terduga yang menyenangkan. Ada ketenangan dalam kebiasaan ini, sesuatu yang jauh berbeda dari masa-masa ketika ia masih mengemban gelar sebagai Archon Geo. Namun, dalam segala kenyamanan itu, ada satu hal yang mengganggu pikirannya—[Name].

Biasanya, pada jam-jam seperti ini, ia dapat melihat sosoknya di sekitar dermaga, baik sedang berjalan berdampingan dengan sang Yuheng, Keqing, atau tengah berdiskusi serius dengan Ganyu. Meski interaksi mereka sebatas sapaan dan pandangan sekilas, kadang kala tentang pekerjaan mereka, kehadiran [Name] di antara hiruk-pikuk pelabuhan telah menjadi kebiasaan yang tak disadarinya telah ia tunggu. Namun, sudah hampir seminggu berlalu sejak terakhir kali ia melihatnya. 

Awalnya, ia menganggapnya hanya kebetulan. Mungkin [Name] sedang sibuk dengan tugas magangnya di Liyue Qixing, barang kali mengatur beberapa dokumen di sana mengingat Jade Chamber telah kehilangan banyak data dan informasi mereka sebelumnya. Tapi semakin lama ketidakhadirannya terasa, semakin tidak nyaman perasaan yang tumbuh dalam benaknya.

Sebenarnya, ia sudah memiliki rencana untuk bertemu dengan [Name] dalam waktu dekat. Ia sengaja memancing Hu Tao untuk mengajukan surat permohonan penambahan pegawai kepada Liyue Qixing, berharap bisa menemukan alasan yang masuk akal untuk bertemu dengan gadis itu. Tetapi semua itu sia-sia jika ia bahkan tidak dapat menemukannya sama sekali.

"Zhongli!" Suara ceria Hu Tao tiba-tiba terdengar, membuyarkan lamunannya.

Zhongli mengangkat kepalanya, menatap Direktur Wangsheng Funeral Parlor ke-77 itu yang baru saja masuk dengan langkah ringan. "Oh? Sudah waktunya?"

Hu Tao tersenyum lebar. "Benar! Aku datang menjemputmu untuk menyelesaikan permintaan konsultasi. Ayo, sebelum semakin larut."

Zhongli meletakkan cangkir tehnya dengan tenang. "Apa ada pekerjaan lain selain itu? Mungkin kita bisa menyelesaikannya sekaligus."

Hu Tao berpikir sejenak sebelum menggeleng. "Tidak ada yang mendesak selain satu hal…." katanya santai, lalu menambahkan dengan nada sedikit lebih serius, "Kasus orang hilang."

Zhongli mengangkat alis. "Orang hilang?"

"Iya. Salah satu pegawai magang dari Liyue Qixing menghilang tanpa jejak." Hu Tao menghela napas, lalu melanjutkan dengan ekspresi berpikir. "Barang-barangnya ditemukan di sekitar Wuwang Hill, tapi tidak ada petunjuk lain. Keluarganya baru mengirimkan permintaan pencarian setelah walinya menanyakan keberadaannya pada Ningguang yang bersaksi bahwa orang itu sudah kembali. Tapi nyatanya, tidak ada yang pernah melihatnya lagi setelah itu."

Kening Zhongli berkerut. "Sudah berapa lama?"

"Hampir seminggu," jawab Hu Tao ringan, seolah mengulangi sesuatu yang tidak begitu mengusik pikirannya. "Karena itu, orang-orang di Liyue Qixing mulai curiga jika masalah ini ada hubungannya dengan roh. Tidak ada jasad, tidak ada tanda perlawanan, seakan orang itu ditelan begitu saja."

Jari Zhongli yang tadi bersandar ringan di atas meja kini menggenggam cangkir teh dengan sedikit lebih erat. Perasaan tak nyaman yang telah mengendap dalam benaknya semakin menguat. Sebuah kecurigaan muncul, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu, ia merasakan sesuatu yang menyerupai kegelisahan.

"Siapa namanya?" tanyanya, suaranya terdengar lebih tajam dari biasanya.

Hu Tao menoleh padanya, seolah heran kenapa ia begitu tertarik. Lalu, dengan senyum yang masih menggantung di bibirnya, ia menjawab dengan santai,

"[Name]."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro