Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 4

[Name] mengembuskan napasnya dan menatap setumpuk barang yang baru saja sampai di Wangsheng Funeral Parlor siang ini dengan lelah.

Kenapa—bukanlah kata yang tepat, tapi—kapan Xiānshēng memesan semua ini!?

Hari ini ada tiga orang pedagang yang datang ke Wangsheng Funeral Parlor: dua diantaranya datang dari Merchant Guild yang sama, sementara satunya adalah penjual parfume di Liyue, Ying'er.

Ah, benar… ini pasti yang waktu itu, 'kan? Pikir [Name].

"Selamat siang, Nona [Name]," sapa Ying'er lembut. Dia terkekeh kecil. "Aku ingin mengantarkan krim tangan yang dipesan atas nama Zhongli."

[Name] tersenyum kecil, menekan rasa lelah yang mulai terasa semakin menumpuk. "Terima kasih, Nona Ying'er. Tolong berikan padaku, aku yang akan mengurusnya," katanya, sambil menerima bungkusan kecil yang beraroma lembut itu.

Ying'er terkekeh lagi, dengan tatapan yang penuh arti. "Krim tangan ini benar-benar spesial, Nona [Name]. Sangat cocok untuk orang yang membutuhkan perawatan ekstra—mungkin untuk seseorang yang sering bekerja keras seperti dirimu?"

[Name] tertawa kaku, memahami maksud tersembunyi dari kata-kata Ying'er. Mungkin sebenarnya Ying'er salah paham, ini adalah barang yang dipesan secara pribadi oleh Zhongli dan bukan miliknya. Kalau pun [Name] ingin membelinya, ia bisa memesannya sendiri. "Terima kasih, Nona Ying'er," balas [Name] singkat, berusaha mengalihkan perhatiannya.

Begitu menerima barang yang diberikan Ying'er, memberikan bayaran yang pas, dan menandatangani surat penerimaan barangnya, Ying'er pergi dari Wangsheng Funeral Parlor dan digantikan seorang pedagang bijih di depannya.

"Selamat siang, Nona," kata pria di depannya. Dia menundukkan sedikit kepalanya dsn tersenyum ramah. "Saya dari Mountain Jade Exchange yang sebelumnya membuat kontrak pembelian tiga buah Noctilucous Jade tingkat radiant yang sudah dipanaskan atas nama Zhongli."

"Kudengar hari ini barangnya memang akan sampai," balas [Name] ramah. Wanita itu balas menunduk. "Terima kasih banyak."

[Name] mencoba menahan desah napas panjang yang hampir lolos dari bibirnya saat menatap barang-barang yang bertumpuk di depannya. Tiga pengiriman Noctilucous Jade tingkat radiant dalam satu hari, dan semuanya atas nama Zhongli. Hanya dia yang bisa memesan barang super mewah tanpa memikirkan harganya meski tahu Wangsheng Funeral Parlor yang akan membayarnya. Karena inilah pembukuan Wangsheng Funeral Parlor jadi membengkak bulan ini.

Lantas setelah [Name] memberikan bayaran kepada pedagang itu dan memberinya tanda tangan, seorang pegawai dari Wangsheng Funeral Parlor segera datang dan mengangkut barang yang diberikan kepadanya untuk segera disimpan.

Usai dari itu, [Name] menoleh ke arah seorang pemuda yang tampak lebuh muda darinya berdiri di depan. [Name] menatap pemuda itu sejenak, mencoba mengingat pesanan lain yang dibuat Zhongli—kalau tidak salah… ini perhiasan, 'kan?

Wajah pemuda itu tampak sedikit gugup, dan tatapan matanya sesekali terarah pada sesuatu yang dia genggam di tangannya—sebuah kotak kecil yang terlihat sangat elegan, terbungkus kain sutra berwarna coklat tua keemasan.

"Oh, selamat siang," sapa [Name] begitu menyadari kecanggungannya dengan pemuda itu. "Apakah kau datang mengantarkan pesanan Xiānshēng juga?"

Pemuda itu mengangguk kaku, terlihat agak canggung. "Betul, Nona. Ini… pesanan khusus milik Tuan Zhongli," katanya, sembari mengulurkan kotak kecil itu dengan hati-hati. "Silakan dibuka untuk memastikannya."

[Name] dengan agak ragu membuka kotak itu perlahan. Sebetulnya meski pemuda itu meminta [Name] untuk memastikannya, dia tidak yakin dengan yang dilakukannya mengingat ini adalah pesanan khusus. Dengan kata lain, Zhongli sendiri yang paling tahu detail untuk pesanannya.

Namun karena sudah seperti ini, jadi [Name] tetap membukanya dan mendapati sebuah tusuk rambut hias berwarna emas berhiaskan batu giok di ujungnya, diukir dengan rumit hingga menyerupai bunga Silk Flower di sana.

Itu indah. Sangat indah malah. Entah bagaimana, [Name] bisa membayangkan Zhongli mengenakan ini di rambutnya sendiri. Tak diragukan lagi, pemuda itu memiliki standar yang tinggi.

[Name] mengangguk dan menutup kotak itu kembali dengan hati-hati, memperhatikan betapa ringan dan mahalnya tusuk rambut itu. "Terima kasih banyak," katanya, berusaha tersenyum meskipun rasa penasarannya mulai muncul kembali sejak ia mendengar Zhongli memesan sebuah perhiasan.

Sebaliknya, dia berdiri sejenak, menatap [Name] dengan ekspresi yang aneh—seolah ada sesuatu yang ingin dia katakan, namun dia menahannya. Mata pemuda itu memindai wajah [Name] sebentar, kemudian kembali fokus pada kotak kecil yang kini berada di tangan [Name].

"Ada apa?" tanya [Name] bingung dengan tatapannya.

Pemuda itu tampak terkejut, dengan cepat menggelengkan kepala. "Tidak, tidak ada apa-apa. Maafkan saya," jawabnya terburu-buru. "Hanya saja… sepertinya tusuk rambut itu akan terlihat sangat cocok dengan Anda, Nona."

[Name] sedikit terkejut mendengar ucapannya, dia terdiam seketika dan tersenyum kaku. Pemuda itu berdeham canggung, tersenyum tipis, lalu buru-buru membungkuk dan pamit. "Selamat siang, Nona. Semoga barangnya sesuai dengan harapan Anda."

Setelah pemuda itu pergi, [Name] berdiri terdiam di sana untuk beberapa detik, menatap kotak di tangannya. Bagaimana bisa semua orang mengira kalau itu barang yang dipesannya menggunakan nama Zhongli? Tidak—oh, demi Rex Lapis! Mereka sangat salah paham dengannya!

Saat [Name] sedang tenggelam dalam pikirannya, suara langkah kaki yang sudah sangat familiar terdengar dari arah belakang. Suara langkah yang pelan dan penuh keyakinan. [Name] berbalik dan mendapati Zhongli berjalan mendekatinya dengan ekspresi tenang seperti biasanya.

"Ah, kau sudah menerima pengirimannya," ujar Zhongli, suaranya lembut dan jelas. Tatapannya jatuh pada kotak di tangan [Name].

"Ya," jawab [Name] singkat. "Tadi baru saja diantarkan… Ini pesanan Xiānshēng, bukan? Tusuk rambut yang sangat indah."

Zhongli mengangguk, dan untuk sesaat, ada senyum kecil yang menghiasi wajahnya. "Aku yang membuat desainnya," ujarnya, langkahnya mendekat hingga mereka hanya berjarak beberapa langkah. "Kupikir mereka akan menyelesaikannya lebih lama karena permintaanku cukup rumit, tapi syukurlah ini datang lebih cepat."

[Name] mengangguk-anggukkan kepalanya dengan acuh, lantas memberikan kotak itu kepada Zhongli yang langsung diterimanya. "Aku yakin mereka tertantang untuk membuat ukiran dan detailnya, karena itulah pengerajinnya tidak bisa menahan diri untuk tidak langsung membuatkan pesananmu," kata [Name]. "Ngomong-ngomong, kupikir kau akan cocok mengenakannya, Xiānshēng."

Zhongli tampak sedikit terkejut, lalu tiba-tiba dia tertawa kecil dan menggeleng. "Bukan, ini bukan untukku. Kenapa kau pikir ini untukku?"

[Name] langsung merasakan pipinya memerah. Tentu saja, dia baru saja mengira bahwa tusuk rambut mewah itu adalah untuk Zhongli. Namun, setelah melihat reaksinya yang lembut dan sedikit geli, dia menyadari bahwa pemikiran itu mungkin agak konyol. "Ah… maafkan aku. Kurasa karena kau membayarnya dengan dana pribadimu, kupikir mungkin kau ingin mengenakannya untuk acara tertentu," jawab [Name] canggung, mencoba menutupi kesalahannya.

Zhongli menggelengkan kepalanya lagi dengan senyum tipis yang masih tersisa di bibirnya. "Tidak, tusuk rambut ini bukan untukku. Aku memesannya sebagai hadiah untuk seseorang," katanya dengan suara lembut, tatapan matanya tajam tetapi dalam seperti biasanya. "Seseorang yang istimewa."

"Ah, begitu rupanya."

Zhongli menatap [Name] dalam-dalam, seolah sedang berusaha mengatakan sesuatu padanya. Namun pada akhirnya, pemuda itu hanya berkata, "aku berharap, dia akan menerimanya dengan baik."

Sejujurnya, [Name] sangat penasaran kepada siapa Zhongli hendak memberikan tusuk rambut itu. Mungkinkah hadiah untuk seseorang? Ya, itu akan jadi urusan Zhongli dengan orang itu dan [Name] tidak berniat mengusiknya lebih jauh setelah dirinya salah mengira kalau itu untuk Zhongli sendiri.

Biarkan saja.

✦•┈✦•┈⋆⋅☆⋅⋆┈•✦┈•✦

"Xiānshēng, bagaimana bisa kau merekomendasikanku untuk membuat upacara peringatan kematian Rex Lapis!?"

"Tentu saja itu karena kau pegawai Wangsheng Funeral Parlor dan aku percaya padamu."

"Aku tahu—aku tahu itu, tapi—" [Name] mengusap wajahnya menggunakan kedua telapak tangan dengan frustasi. Dia mengembuskan napasnya dengan lelah. "Aku… belum lama menjadi pegawai di sini."

"Lalu?"

"Tentu saja bagaimana bisa aku yang memimpin upacara peringatannya?" Cetusnya, muncul kerutan kecemasan di dahinya. "Ini untuk Rex Lapis. Beliau bukanlah sekadar dewa."

"Benar." Sambil bilang begitu, Zhongli memberikan tiga buah buku kepadanya. "Karena itulah aku yang akan mengajarimu tentang tata cara peringatannya, termasuk apa saja yang perlu kau persiapkan."

Hari ini, tepat ketika [Name] baru saja sampai di Wangsheng Funeral Parlor, Hu Tao memanggilnya untuk segera menghadap. Namun begitu sampai di sana, [Name] mendapati Zhongli yang juga tengah berdiri di depan sang Direktur di sana.

Awalnya [Name] mengira kalau Hu Tao lagi-lagi akan memberinya tugas yang berhubungan dengan para hantu, membuat wanita itu lagi-lagi dipaksa untuk menghadapi rasa takutnya, tapi tidak. Pagi itu Hu Tao berkata, "aku ingin kau yang memimpin upacara peringatan kematian seorang Dewa yang selalu kita rayakan setiap tahunnya."

[Name] bernapas lega ketika mendengarnya, sungguh. Akhirnya setelah sekian lama ia berdoa, setelah tiga bulan lebih ia bekerja, dia mendapatkan pekerjaan yang tidak melibatkan makhluk mistis atau dedemit di sekitarnya. Bagaimana bisa dia tidak merasa senang karena itu? Itu adalah kabar yang membahagiakan, bukan?

Namun itu sebelum Hu Tao menambahkan, "ngomong-ngomong, Dewa yang kita bicarakan adalah Rex Lapis. Jadi tolong lakukan dengan baik, ya!"

Pada detik itu, [Name] sangat ingin berteriak dan mengumpat di tempat. Tapi dia malah meminta penjelasan Hu Tao tentang apa alasan sang Direktur memilihnya. Dia sangat ingat bagaimana ekspresi Hu Tao saat menjawab pertanyaannya kala itu. Dengan wajah tanpa dosa dan seolah keputusannya bukanlah apa-apa, gadis muda itu berkata, "tentu saja, itu karena Tuan Konsultan kita yang terhormat ini sudah merekomendasikanmu. Selain itu kinerjamu belakangan ini sangat bagus, jadi aku percaya pada keputusannya."

[Name] tidak langsung menolaknya, dia tidak mungkin langsung menolak permintaan atasannya seperti itu, bukan? Karena itulah ia meminta waktu untuk mempertimbangkannya dan berakhir membawanya pada perdebatannya dengan Zhongli.

[Name] tidak bisa, ia tidak yakin bisa melakukannya. Itu adalah pengalaman pertamanya dan lagi Rex Lapis? Oh, demi Archon Geo dengan segala kekayaan-Nya! Apa Zhongli sedang bercanda padanya sekarang? Bagaimana bisa tiba-tiba dia direkomendasikan untuk mengemban tugas ini?

"Aku tidak bisa," sembur [Name], dia bergerak mundur selangkah. "Aku—tidak bisa melakukannya. Tidak mungkin bisa."

"Kau bisa."

"Siapa pun selain Rex Lapis. Kumohon padamu, Xiānshēng," balas [Name] dengan suara sedikit rendah. "Aku tidak bisa membiarkan upacara peringatannya berjalan buruk. Aku tidak bisa. Tolong jangan paksa aku."

"Kau bisa, [Name]," desak Zhongli, dia kukuh mengulurkan buku-buku di tangannya kepada [Name]. "Aku percaya padamu. Justru karena kau khawatir upacaranya tidak berjalan dengan semestinya, kau pasti bisa melakukannya."

"Xiānshēng—"

"Dan aku akan membantumu," kata Zhongli lagi, mencoba meyakinkannya. "Kau tidak akan melakukannya sendiri, aku bersamamu. Aku yang akan mengajarimu semua yang kau butuhkan termasuk persiapannya, kau mengerti?"

"…."

Namun itu tidak membuat [Name] tenang sama sekali.

Selama ini [Name] selalu menyaksikan upacara peringatan kematian Rex Lapis, hanya menyaksikannya. Sesekali dia meletakan dupa untuk berdoa dan memberi sang Archon Geo sebuah persembahan, tapi itu hanyalah sekadar doa, sekadar sesembahan yang diminta oleh Kakeknya untuk diberikan. Tidak lebih.

Ini berbeda. Jelas sangat berbeda. Ini bukan lagi sekadar berdoa dan memberi sang Dewa Perang Rex Lapis sebuah doa, junjungan, pujian, atau seserahan untuk-Nya, tapi memintanya untuk memimpin upacara peringatan-Nya. [Name] tentu tidak bisa menganggukkan kepalanya dengan senang hati begitu saja.

"Rex Lapis pasti akan mengutukku di surga sana kalau tahu aku membuat upacara peringatan kematian-Nya gagal," [Name] bergumam.

Zhongli yang mendengar apa yang diucapkan wanita itu berkata, "Dia tidak akan melakukan itu."

"Tolong jangan katakan itu untuk menghibur apalagi membujukku, Xiānshēng…." Desisnya. "Bagaimana kau tahu kalau Rex Lapis tidak akan melakukan itu?"

"Rex Lapis adalah Prime Adeptus di Liyue, tapi Dia tetaplah seorang Adeptus. Dia tidak akan menghukum orang-orangnya hanya karena kesalahan seperti itu."

"…."

"Apa kau tahu kalau Rex Lapis bahkan mengizinkan seorang Adeptus-Nya untuk menikahi makhluk fana sampai memberinya sebuah hadiah pernikahan?"

Alis [Name] naik sebelah, heran karena Zhongli bahkan mengetahui hal yang mungkin tidak banyak diketahui orang lain. Lalu dia bertanya, "bagaimana kau bisa tahu? Siapa yang sedang kau bicarakan?"

Namun Zhongli hanya tersenyum misterius kepadanya, dan melangkah maju ke arahnya sambil berkata, "bagaimana? Apa kau bisa menerima tugas ini, [Name]?"

[Name] masih terdiam di tempatnya, memandang Zhongli dengan mata yang penuh kebingungan dan kekhawatiran. Cerita tentang Rex Lapis yang memperbolehkan seorang Adeptus untuk menikahi manusia fana menggugah pikirannya, meskipun itu tidak sepenuhnya menghilangkan rasa takut yang menguasai dirinya.

"Tapi, kenapa aku?" tanya [Name] akhirnya, suaranya sedikit melemah. "Kenapa kau tidak melakukannya sendiri? Kau yang jelas lebih mengenal Rex Lapis dan tata cara upacara ini."

Zhongli tersenyum samar, kali ini sorot matanya tampak sedikit lebih lembut. "Karena aku percaya bahwa kau adalah orang yang tepat untuk ini. Aku mungkin mengenal Rex Lapis dengan baik, tapi upacara ini bukan hanya tentang ritual dan aturan. Ini juga tentang bagaimana kita menghormati kenangan dan warisan-Nya dengan cara yang tulus, dan kau memiliki hati yang tulus itu."

[Name] terdiam lagi, menimbang kata-kata Zhongli. Dia ingin percaya, tapi keraguan masih menghantuinya.

Zhongli mendekatkan buku-buku yang masih dipegangnya ke arah [Name], memberi isyarat agar dia menerimanya. "Ambillah, [Name]. Aku akan bersamamu. Kita akan melakukan ini bersama-sama."

Dengan tangan yang sedikit gemetar, [Name] akhirnya mengambil buku-buku tersebut. Meski masih ada keraguan yang tersisa, dia tidak bisa menyangkal bahwa ada sesuatu dengan cara Zhongli berbicara yang memberinya ketenangan. Mungkin—hanya mungkin—dia bisa melakukannya.

"Baiklah…." [Name] menghela napas pelan, sedikit mengangkat bahunya yang tegang. "Aku akan melakukannya. Tapi jika terjadi sesuatu yang buruk, kau yang harus menanggungnya bersamaku, Xiānshēng."

Zhongli tertawa kecil. "Tentu saja. Aku akan bertanggung jawab penuh. Lagipula, aku sudah mempercayakan ini kepadamu."

[Name] menatapnya sekali lagi sebelum mengalihkan pandangannya ke buku-buku di tangannya. Ada banyak yang harus dipelajari, dan dia tahu waktu tidak berpihak padanya. Tapi setidaknya, dia tidak sendiri.

Mungkin, dengan Zhongli di sisinya, segalanya tidak akan seburuk yang ia bayangkan.

Benar begitu, bukan?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro