Chapter 34
"Kau ingat apa yang harus kita lakukan di sini bukan, Xiānshēng?"
"Tentu saja," jawab Zhongli ringan seperti biasa. Dia tetap berdiri diam sejenak ketika [Name] menggamit lengannya. "Ngomong-ngomong, kurasa akan sangat mencurigakan kalau kau tetap memanggilku seperti itu."
"... kau tidak berpikir untuk menggunakan nama palsu, bukan?"
"Tentu saja tidak. Tolong panggil dengan namaku seperti biasa."
"... akan kuusahakan."
Toko pakaian itu terletak di salah satu sudut sibuk Pelabuhan Liyue, bangunannya dikelilingi dengan rak-rak kayu berisi kain-kain bermotif rumit khas Liyue. Tirai sutra warna merah tua terikat rapi di depan pintu, dan suara pelan gong kecil berbunyi ketika [Name] dan Zhongli melangkah masuk.
Di dalam, aroma khas cendana berpadu dengan wangi kain baru. Lampion kertas berwarna hangat menggantung di langit-langit, menciptakan suasana yang nyaman namun tetap elegan. Pelayan toko menyambut mereka dengan senyum sopan, namun [Name] hanya menanggapi dengan anggukan singkat. Fokusnya terarah pada sepasang calon mempelai di dekat sudut ruangan. Pria itu tampak sedang berbicara dengan seorang pelayan toko sambil sesekali melirik pada wanita di sebelahnya yang terlihat mencoba beberapa pilihan kain untuk pakaian pernikahan.
Zhongli yang berdiri di sampingnya melirik ke arah pasangan itu dengan tenang, lalu menoleh kembali ke [Name]. "Apakah mereka orangnya?" tanyanya pelan.
[Name] mengangguk hampir tak terlihat, menyibakkan beberapa helai rambut yang jatuh ke wajahnya. "Ya, mereka," jawabnya dengan nada lirih, meskipun rasa tegang mulai memenuhi dadanya.
Zhongli meluruskan postur tubuhnya, lalu memberikan anggukan kecil yang hanya dimengerti oleh [Name]. Itu adalah sinyal; skenario mereka dimulai sekarang. Dengan anggun, dia melangkah lebih jauh ke dalam toko, pandangannya bergeser ke arah rak-rak pakaian pria.
"Kurasa kita mulai dari sini," katanya lembut, suaranya cukup keras agar didengar oleh pelayan toko, dan cukup rendah untuk menciptakan suasana intim. [Name] segera mengikuti, menyadari betapa alami cara Zhongli membawa dirinya, seolah-olah semua ini bukan pura-pura.
[Name] mengangguk cepat, meskipun kata-katanya sedikit tersendat. "Tentu saja," katanya, nadanya goyah saat mencoba terlihat meyakinkan. Dia melirik sekilas ke arah calon mempelai pria, memastikan mereka memperhatikan kehadiran dirinya dan Zhongli.
Pelayan toko mendekat. "Apakah Tuan dan Nona mencari sesuatu untuk acara istimewa?" tanyanya ramah, sembari merapikan beberapa kain yang menggantung.
Zhongli memandang pelayan itu, matanya menatap lurus tetapi tetap mempertahankan senyum yang cukup ramah. "Benar," jawabnya. "Kami tengah mempersiapkan acara pertunangan. Wanita ini," dia menoleh pada [Name], nadanya lembut tetapi tegas, "adalah calon istriku."
Suaranya begitu mantap, begitu yakin, hingga tubuh [Name] refleks menegang. Darah berdesir di wajahnya, tetapi dia menekan diri untuk tetap tenang dan tersenyum tipis, berusaha terlihat seperti mempelai wanita yang bahagia.
"Oh, tentu, tentu! Izinkan saya menunjukkan beberapa pilihan gaun tradisional untuk calon istri Anda," pelayan itu berkata penuh antusias. Dia segera memandu mereka ke bagian pakaian wanita di sisi lain toko, dekat dengan pasangan yang menjadi target mata-mata mereka. [Name] mengikuti dengan langkah sedikit canggung, jantungnya berdegup cepat di dadanya.
Zhongli berjalan di sisinya, dengan postur tegap dan gerakan percaya diri yang tampaknya begitu alami baginya. Sesekali, matanya beralih ke [Name], memberikan tatapan penuh pengertian yang membuatnya sedikit lebih tenang. Ketika mereka mencapai rak yang dipenuhi pakaian tradisional berwarna cerah, pelayan itu mulai memaparkan satu per satu pilihan gaun, sementara [Name] berusaha fokus meskipun kepalanya berdenyut dengan kegugupan.
"Pilihannya sangat banyak," kata Zhongli, menyentuh lembut sepotong kain sutra merah dengan bordir emas yang menggambarkan bunga peony. "Apa pendapatmu, [Name]?" tanyanya sambil meliriknya penuh perhatian.
"Aku... aku pikir ini terlalu berlebihan," jawab [Name] pelan. Ia menyadari pandangan calon mempelai pria dari ujung ruangan tertuju pada mereka dan merasa senyumnya harus terlihat lebih meyakinkan. "Mungkin sesuatu yang lebih sederhana?"
"Sederhana namun tetap anggun," sahut Zhongli setuju, lalu menambahkan dengan nada lembut, "benar. itu sangat mencerminkan kepribadianmu. Kau pasti cocok dengan pakaian seperti itu."
Komentarnya membuat wajah [Name] terasa memanas. Dia tidak yakin itu bagian dari akting atau perkataan sebenarnya, tetapi jelas ada sesuatu di sana yang tidak terduga. Gadis itu mengangguk samar sambil meraih satu pakaian lagi, berpura-pura memeriksa dengan teliti.
Pasangan target mereka mulai berbisik-bisik di sudut ruangan, sesekali melirik ke arah mereka. Zhongli menangkap tatapan itu dan tersenyum samar. Dia mendekat ke arah [Name], lalu dengan lembut mengarahkan tangannya ke pakaian yang lain, memberikan kesan pasangan yang saling berdiskusi. "[Name]," bisiknya cukup rendah, "mereka memperhatikan. Pertahankan peranmu."
"A-aku tahu itu ...!" Jawab [Name] setengah tertekan. Walaupun begitu, ia tetap berusaha mempertahankan senyumnya. Jari mereka sempat bersentuhan saat mengambil kain, dan walau hanya sedetik, rasanya cukup untuk meningkatkan detak jantungnya lebih dari yang diperlukan disaat situasinya jadi seperti ini.
✦•┈✦•┈⋆⋅☆⋅⋆┈•✦┈•✦
Ini... membuatku lelah....
Tidak, justru sangat melelahkan. Padahal [Name] tahu kalau ini hanyalah drama yang dibuat Hu Tao untuknya agar bisa mendekati kedua kliennya saat ini, tetapi sejujurnya ini sangat menguras energinya.
[Name] melirik ke arah pasangan yang tengah memilih pakaian di sisi pakaian untuk wanita—tidak ada yang aneh, tapi entah kenapa [Name] bisa melihat raut mempelai wanita itu yang sama tertekannya seperti dirinya seolah ia tengah memaksakan diri. Lebih dari itu, dia tidak terlihat tertarik sama sekali tetapi tetap tersenyum dan menjawab ketika ditanya.
Selain itu, tidak ada tanda-tanda adanya roh yang menempel atau mengikutinya, hanya wanita dan pria itu saja di sana. Jelas sesuatu ada yang terasa salah dan hal itu menimbulkan keraguan di benak [Name]—apakah dia benar-benar ingin berada di sini?
Dia menarik napas panjang dan memutuskan untuk memfokuskan diri. Zhongli tengah berdiri tak jauh darinya, berbicara tenang dengan seorang pelayan sambil memegang katalog pakaian wanita. Posturnya seperti biasa, santun dan berwibawa, membuat siapapun yang melihatnya berpikir bahwa dia adalah pria terhormat yang memiliki segalanya dalam kendali. Kontras yang nyata dengan [Name], yang berdiri sedikit canggung di sisi lain ruangan, mengalihkan pandangannya dari satu kain ke kain lain hanya agar terlihat sibuk.
Seorang pelayan wanita mendekatinya, memberi senyuman sopan sebelum berbicara, "permisi, Nona. Apakah ada yang bisa saya bantu?"
"Oh, tidak," jawab [Name] cepat, menggeleng. "Aku hanya sedang... menunggu."
Pelayan itu tampak sedikit bingung, tetapi tidak memaksa. Beberapa saat berlalu dalam keheningan sebelum [Name] merasa perlu untuk berkata sesuatu lagi, meskipun dia tahu ini mungkin tidak pantas. "Maaf kalau ini sedikit tidak sopan, tapi... wanita itu," gumamnya, melirik ke arah pasangan tadi. "... apakah dia baik-baik saja?"
Pelayan itu melirik ke arah yang sama, ekspresi wajahnya sedikit berubah, seolah tengah menimbang kata-kata yang tepat. "Ah, Nona muda itu. Ini adalah kedatangan mereka yang ketiga kalinya," katanya pelan. "Setiap kali mereka datang, tidak ada satu pun pakaian yang mereka pilih, meskipun kami sudah mengepas ukuran mereka beberapa kali. Saya juga sempat khawatir... Nona itu tampak tidak sehat. Beberapa kali saya menawarkan tempat untuknya beristirahat, tapi dia hanya tersenyum dan menolak sebelum pergi ke toilet untuk waktu yang cukup lama."
"Begitu rupanya...." [Name] mengangguk pelan, mencerna informasi itu. Ada sesuatu yang aneh tentang seluruh situasi ini. Namun, dia memutuskan untuk tidak menunjukkan pikirannya terlalu jelas. "Terima kasih sudah memberitahu," ujarnya singkat.
"Terima kasih kembali, Nona."
Dia menarik napas dan mencoba untuk fokus pada perannya lagi. Berpura-pura tertarik, [Name] memandang ke rak yang memamerkan pakaian pria dengan desain mewah, lalu berkata pada pelayan itu, "Kalau begitu, bolehkah saya melihat set pakaian pria di sini?"
"Tentu saja, Nona," jawab pelayan itu, dengan cepat memandunya ke barisan pakaian khusus di ujung ruangan. "Silakan ke sebelah sini."
"Baiklah."
Kemudian pelayan itu menunjukkan salah satu hanfu berwarna coklat dan menjelaskan, "desain ini terinspirasi dari pakaian Rex Lapis yang dijahit oleh seorang desainer untuknya. Oleh karena itu, Anda akan menemukan banyak pola dan sisik naga yang disulam dengan benang emas."
[Name] mengangguk, diam-diam mengagumi keindahan detail bordir emas yang menyatu dengan sempurna di atas kain hitam dan coklat tua di tangannya. "Cantik sekali," gumamnya sambil tanpa sadar membayangkan bagaimana tampaknya pakaian-pakaian ini jika dikenakan oleh Zhongli. Gagasan itu menghangatkan pipinya tanpa permisi.
Itu bukanlah kebohongan belaka. Daripada mengenakan pakaian formal yang sudah terlalu dimodernisasi, Zhongli lebih cocok mengenakan pakaian tradisional yang bisa menutupi seluruh kakinya. Dia punya torso yang dinggi dan kaki yang panjang, belum lagi dengan wajah itu—[Name] tidak akan menyangkal kalau pemuda itu sesungguhnya benar-benar tampan.
"Tapi kenapa dia...."
"Apakah semuanya baik-baik saja?" Tanya Zhongli tepat ketika [Name] tengah bergumul dalam pikirannya.
Gadis itu tersentak dan segera menoleh ke belakang. "Zhongli!?" [Name] tertawa kaku dan tersenyum canggung. Dia tergagap, merasa seperti tertangkap basah meskipun tidak ada yang salah. "A-aku baik-baik saja."
"Ini...." Zhongli menggulirkan pandangannya, menatap sepotong sampel pakaian yang tergantung di depannya.
"Ah... itu... aku sedang melihat-lihat sampel dari katalog untuk pakaian prianya," kata [Name] mencoba membuat alasan. "Kupikir mungkin ini akan cocok untukmu."
Zhongli tampak sedikit tertegun sejenak, lalu ia mengukir senyuman samar di kedua sudut bibirnya. "Untukku?"
[Name] mengangguk dengan cepat. "Iya. Kudengar ini desain yang sama seperti yang diberikan oleh seorang desainer untuk Rex Lapis."
"Ah, jadi nostalgia," ucap Zhongli dengan suaranya yang dalam. "Ini memang persis seperti karya milik Menogias, salah satu Yaksha yang menjaga Liyue ratusan tahun lalu. Dia memiliki bakat luar biasa dalam seni dan desain, termasuk mode. Banyak dari pakaian yang dulu dikenakan Rex Lapis adalah hasil karyanya. Cloud Retainer sangat suka berdebat tentang mode dengannya."
[Name] tertegun mendengar nama itu. "Ini pertama kalinya aku mendengar hal seperti ini."
"Memang tidak banyak orang yang tahu, hanya ada sedikit catatan dari orang-orang yang memang tertarik di bidang ini," jelas pemuda itu seraya meletakan sebelah tangannya di belakang dan menurunkan sedikit pandangannya. "Jadi, bagaimana menurutmu?"
"Eh? Apa?" [Name] berkedip beberapa kali dengan bingung, lalu ia segera menyadari sesuatu. "Oh, iya. Benar. Kau punya bahu yang lebar dan kaki yang panjang, jadi pasti akan sangat cocok denganmu. Selain itu aku menyukai pinggangmu yang ramping, pakaian ini pasti bisa membuat bentuk tubuhmu jadi lebih terlihat."
Ucapan [Name] menggantung di udara seperti alunan senar yang putus. Wajahnya memucat sejenak, lalu berubah merah merona begitu ia menyadari betapa gamblangnya perkataannya barusan. Keheningan yang terjadi setelahnya membuat semua pelayan toko tiba-tiba menemukan perhatian baru di antara jemari mereka, dan beberapa bahkan tampak menahan tawa kecil.
Zhongli tetap diam sejenak, namun senyuman lembut mulai terukir di wajahnya. "Begitu menurutmu? Terima kasih banyak," ujarnya dengan suara rendah dan nada yang hampir terdengar seperti candaan kecil. "Aku akan mempertimbangkan ini setiap kali pergi untuk membeli pakaianku."
Pernyataan itu hanya membuat wajah [Name] semakin merah. Dia melambaikan tangan di depan wajahnya seperti mencoba mengusir awan panas yang tak kasat mata. "Aku... maksudku bukan seperti itu!" ujarnya tergagap, mencari cara untuk meralat kata-katanya. "Aku hanya berpikir pakaian ini akan... uh... pas untuk—yah, kau tahu? Secara objektif saja! Tapi kau memang punya tubuh yang bagus!"
Namun setiap kali ia mencoba menjelaskan, kata-katanya semakin terdengar konyol, membuat suasana semakin lucu di mata Zhongli. Ia hanya menatap gadis itu tanpa suara, senyum simpul masih bermain di bibirnya. Matanya yang keemasan memancarkan rasa kasih sayang yang diam-diam dan tenang, nyaris seperti menggoda tetapi tetap lembut.
Sialan! Ini justru membuatku terdengar seperti seorang wanita yang mesum! Pikir [Name] frustasi, dia hampir saja ingin melepas kepalanya sendiri dari tempatnya.
"Tentu! Coba saja nanti!" seru [Name] buru-buru, terlalu gugup untuk menyadari nada geli dalam tanggapan Zhongli. Dia memutar tubuhnya, tampak canggung memandang sekitar, dan akhirnya menemukan pelarian yang sempurna. "A-Ah, ngomong-ngomong soal itu, aku pikir aku perlu ke... toilet! Aku akan pergi sebentar, mengerti?"
Zhongli hanya menundukkan kepalanya dengan anggukan kecil. "Aku mengerti. Jangan terlalu lama, aku menunggumu di sini."
[Name] tidak memerlukan lebih dari itu. Dia segera berbalik, hampir tersandung saat melangkah menuju arah yang ditunjukkan pelayan tadi. Kemejanya sedikit tersingkap saat ia bergerak terburu-buru, membuat keraguan dan kegugupannya hampir terlihat seperti pemandangan yang menggemaskan.
Saat ia menghilang di sudut ruangan, senyuman Zhongli perlahan memudar menjadi ekspresi tenang yang biasa. Ia mendekati pakaian yang tadi disebutkan, jari-jarinya mengusap lembut kainnya, seolah sedang menimbang sesuatu.
"Dia... masih canggung seperti dulu," gumam Zhongli pelan, hampir tak terdengar. Matanya memandangi sudut tempat [Name] tadi berlari, sebelum kembali menatap kain di tangannya. "Mungkin aku sudah bisa memberitahukan itu padanya."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro