Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 33

Ruangan arsip Liyue Qixing dipenuhi aroma kertas tua dan kayu pinus yang menenangkan. Cahaya mentari sore menembus jendela besar di dinding, menciptakan pola terang-gelap di lantai yang dipoles rapi. Deretan rak tinggi berisi dokumen dan gulungan surat tampak menjulang. Di tengah ruangan, meja kayu panjang dipenuhi tumpukan kertas bersegel resmi, dengan lilin yang sudah hampir habis meleleh di dekatnya.

[Name] melangkah masuk perlahan, matanya menyusuri ruang itu seolah mencari sesuatu yang tak terlihat. Saat suara pintu menutup lembut di belakangnya, dua sosok perempuan yang akrab baginya muncul di sudut ruangan—Keqing yang berdiri tegak di dekat meja, sementara Ganyu yang tengah meninjau dokumen dengan ekspresi serius.

"Oh, [Name]. Jarang melihatmu di sini," sapa Keqing seraya menyisikan selembar dokumen di tangannya. "Kali ini apa yang membawamu ke sini?"

[Name] tersenyum tipis dan melangkah lebih dekat. "Hanya ingin melihat-lihat, tidak ada yang penting," jawabnya setengah gugup, mencoba menyembunyikan keraguan.

Keqing mendengus kecil. "Melihat-lihat, ya? Mengingat posisimu di Wangsheng Funeral Parlor, kupikir kau mencari sesuatu yang lebih spesifik."

Di sisi lain meja, Ganyu mengangkat pandangannya. "Jika kau membutuhkan bantuan untuk menemukan sesuatu, kami di sini untuk membantu," katanya, ramah seperti biasa.

"Ah... tidak, aku hanya... penasaran, sebenarnya," kata [Name] pelan, jemarinya tanpa sadar saling bertaut dengan gugup, mencoba memutuskan apakah ia harus mengatakan sesuatu atau tidak. Setelah jeda singkat, ia akhirnya bertanya, "Apa kalian tahu tentang seorang Adeptus yang mungkin dekat dengan Rex Lapis, tapi tidak banyak disebut?"

Pertanyaan itu langsung menarik perhatian Keqing yang meletakkan dokumen di tangannya dan menatap [Name] dengan kening berkerut. "Adeptus yang jarang disebut?" ulangnya. "Kau pasti tahu nama-nama seperti Cloud Retainer, Mountain Shaper, dan Moon Carver, bukan? Mereka adalah yang paling dikenal dan paling sering terlibat dengan Liyue."

[Name] mengangguk perlahan. "Tentu, tentu saja aku tahu mereka. Tapi... ada yang lain, mungkin seseorang yang tidak sering berinteraksi secara langsung atau lebih memilih tidak dikenal oleh manusia. Apa kalian tahu sesuatu tentangnya?"

Keqing menyipitkan mata, terlihat berpikir; sementara Ganyu terdiam, matanya melirik ke bawah, seolah sesuatu dalam pikirannya telah tergerak.

"Mengapa tiba-tiba kau bertanya tentang hal ini?" tanya Keqing tiba-tiba, nada suaranya mencurigai. "Apa ada alasan khusus?"

[Name] tergagap sesaat. "Tidak ada alasan besar. Aku hanya merasa... sepertinya aku tidak sengaja berkontak dengan seorang Adeptus," ujarnya, memilih kata-kata dengan hati-hati. Ia sama sekali tidak berniat untuk menyebut nama Zhongli, tapi rasa penasarannya mulai merembes dalam nada suaranya.

Keqing mengangkat satu alis. "Jika kau benar-benar ingin tahu, mungkin kau bisa bertanya langsung kepada salah satu Adeptus yang dekat dengan Rex Lapis. Cloud Retainer, misalnya. Dia terkenal karena kebijaksanaannya, meskipun agak... suka bertele-tele."

Nama itu membuat [Name] bergumam pelan. "Ah, kalau dia... aku ragu dia akan memberitahuku...."

Sejujurnya [Name] sangat ingin menanyakan hal itu pada Xianyun mengingat wanita itulah yang lebih dulu menyinggungnya. Tetapi tampaknya Xianyun tidak berniat untuk mengatakannya pada [Name], jadi dia tahu kalau bertanya pada wanita itu hanya akan sia-sia.

Keqing hendak bertanya lebih lanjut ketika seorang ajudan tiba-tiba muncul di ambang pintu, membungkuk dan berkata dengan nada terburu-buru, "Yuheng Keqing, Tianquan Ningguang memintamu segera menemuinya. Ini penting."

Keqing menghela napas. "Tentu saja." Ia lalu menatap [Name]. "Kalau kau benar-benar ingin tahu, jangan ragu untuk menanyakannya pada mereka," katamya, dan dengan itu, dia pergi meninggalkan [Name] dan Ganyu di dalam ruangan.

Kesunyian merayap masuk sesaat. Menyadari ekspresi hening Ganyu, [Name] menatapnya dengan rasa penasaran. "Ganyu," ia memanggil hati-hati. "Ada apa? Apa ada sesuatu yang terjadi? Dari tadi kau diam saja...."

Ganyu tersentak kecil. "Ah, tidak... tidak ada apa-apa. Aku hanya memikirkan sesuatu."

Namun, mata [Name] menyipit. "Tentang apa?"

Ganyu menggeleng lembut. "Sungguh, aku tidak tahu banyak...." Tetapi nada suaranya menyiratkan keraguan, seperti ada sesuatu yang mengganjal tetapi takut untuk mengatakannya.

"Kau tahu tentang seseorang yang sedang kubicarakan ini?" Desak [Name].

"Itu... ah, aku tidak yakin...." Ganyu mengalihkan pandangannya sejenak, tubuhnya menggeliat tidak nyaman.

"Entah kenapa, tapi aku merasa kau seperti mengetahui soal ini," ucap [Name] lagi, dia mendesaknya, "tolong beritahu aku, Ganyu." Lalu ia mulai menjelaskan, "seseorang bermata emas. Cara berbicara yang sangat sopan seperti seseorang yang sudah hidup sangat lama. Sikap tenang, kadang terlalu tenang."

Ganyu tampak membeku sesaat. Matanya melebar, tetapi ia dengan cepat memalingkan wajah. "Itu...." Suaranya terdengar ragu, sebelum ia akhirnya melanjutkan, "aku tidak yakin apa aku boleh mengatakan ini, tapi Cloud Retainer memang sering berbicara dengan orang seperti itu selama beberapa hari ini."

[Name] mencondongkan tubuh. "Di mana kau melihatnya? Apa yang sedang dia lakukan?"

Setelah hening sejenak, Ganyu menjawab pelan, "aku tidak tahu, tapi tampaknya tentang barang koleksi antik. Pembicaraan mereka sangat serius... seperti sesuatu yang sangat penting."

[Name] memperhatikan ekspresi Ganyu, mencoba menakar kebenaran di balik kata-katanya. Jika [Name] ingat kembali, belakangan ini Zhongli memang cukup sering pergi keluar. Tidak yakin apa yang pemuda itu lakukan karena [Name] mengira dia hanya melakukan apa yang biasa dilakukannya di waktu senggang—menikmati teh atau mendengarkan Pinghua, terkadang menonton pertunjukkan opera Yunjin—dan tak pernah bertanya kemana ia pergi.

Mulut [Name] terbuka sedikit lalu menutup kembali. Dia pun mulai berpikir—apa yang kuketahui tentangnya?

Tidak ada. 

"Maaf, aku baru ingat ada tugas yang harus kuselesaikan. Permisi," kata Ganyu tiba-tiba. [Name] pun hanya mengangguk dan membiarkan wanita itu pergi dari sana. 

✦•┈✦•┈⋆⋅☆⋅⋆┈•✦┈•✦

"Selamat siang para pegawai Wangsheng Funeral Parlor yang terhormat dan kusayangi," kata Hu Tao menyapa dengan gembira seperti biasa.

Ujung alis [Name] berdenyut, lalu dia mulai membatin—entah kenapa aku merasa sebentar lagi ada sesuatu yang akan terjadi....

"Jadi begini," Hu Tao memulai sambil melambaikan tangannya dengan gaya dramatis. "Mempelai pria yang seharusnya melakukan tugas ini, merasa mempelai wanitanya... agak, yah, bagaimana ya, belakangan ini terlihat kurang 'stabil.' Dia sering melihat sesuatu yang sebenarnya tak ada di sana, menjerit, bahkan menangis seperti kerasukan. Anehnya, dia menolak berkonsultasi denganku."

[Name] dan Zhongli saling melirik dengan bingung, lantas gadis itu mengangguk dan membalas, "aku mengerti. Lalu?"

"Kita mendapatkan permintaan," kata Hu Tao tiba-tiba. "Klien kita ingin agar kita membantunya untuk mempersiapkan seserahan pada hari pertunangannya."

"Bukankah seharusnya keluarga mempelai prianya yang menyiapkan itu, Direktur?" Tanya [Name] memastikan. "Ini tidak ada hubungannya dengan Wangsheng Funeral Parlor, bukan?"

"Benar sekali," Hu Tao menjawab sambil berkacak pinggang. "Tapi seperti yang kukatakan, mempelai wanitanya tampak sedikit bermasalah dan ini adalah permintaan langsung dari mempelai prianya."

"Mungkinkah mempelai wanitanya hanya takut akan mendapatkan stigma yang buruk karena datang ke Wangsheng Funeral Parlor?" Zhongli menyimpulkan sambil bertopang dagu dengan ekspresi serius.

Hu Tao mengangguk. "Aku juga sempat memikirkan hal yang sama, tetapi sepertinya mempelai wanitanya benar-benar menghindariku?"

"Menghindarimu?" [Name] mengulang.

"Benar sekali!" Hu Tao memberi ekspresi sedih yang dibuat-buat, ia lalu berkata, "karena itulah aku ingin meminta bantuan kalian berdua!"

"Jangan bilang...." Alis [Name] sekali lagi berdenyut.

"Oh? Tampaknya Nona [Name] memikirkan hal yang sama denganku," kata Hu Tao seraya tersenyum lebar dan melirik ke arah [Name] dengan jahil.

Oh, tentu saja. Sudah pasti Hu Tao akan meminta [Name] untuk membuntuti pasangan itu, lalu berbicara dengan keduanya saat waktunya sudah tepat dan mulai membicarakan masalahnya seraya menyelesaikannya.

Atau mungkin Hu Tao ingin membuat skenario seolah [Name] dan Zhongli secara tidak sengaja berpapasan dan berbicara dengan mereka di salah satu tempat makan sambil membicarakan masalah—

"Aku ingin kalian berpura-pura menjadi sepasang kekasih yang sedang merencanakan pernikahan," kata Hu Tao.

—dan keheningan pun terjadi.

Apa aku salah mendengarnya? [Name] membatin, matanya sedikit membola ketika ia melihat Hu Tao yang masih mempertahankan senyuman di wajahnya.

"Maaf, direktur. Apa kau baru saja—"

"Ya, berpura-puralah kalau kalian sedang merencanakan pernikahan," sembur Hu Tao.

"Direktur...." [Name] mendesah lelah. Jelas gadis itu sedang berusaha menahan diri untuk tidak berteriak pada Hu Tao. "Tolong berhentilah membuat lelucon seperti ini. Jika Anda berencana untuk menjebakku dengan alasan pekerjaan, aku menolaknya."

"Aiya!" Hu Tao tertawa kecil, meletakkan tangannya di pinggul sembari memiringkan kepala. "Tentu tidak~ Aku hanya berpikir kalian berdua adalah kandidat terbaik untuk tugas ini. Siapa lagi yang bisa memainkan peran itu dengan meyakinkan?"

"Itu bukan alasan yang cukup...." [Name] memprotes, meskipun ia tahu dirinya tidak punya pilihan. Ia memijit pelipisnya, mencoba menenangkan pikirannya yang mulai berdenyut nyeri.

Seharusnya dia segera menyadari ada sesuatu yang janggal ketika tiba-tiba Hu Tao membicarakan pernikahan dengannya, tapi ia tidak duga akan jadi seperti ini.

Lebih dari itu, bukankah seharusnya mereka mengonsultasikan masalah pra-pernikahan kepada seseorang yang memang ahli dalam bidang ini? Jika benar kalau mempelai wanita terindikasi sering mengalami kerasukan, bukankah seharusnya mereka datang ke Tianheng Thaumaturges untuk melakukan pengusiran?

Zhongli yang sejak tadi hanya mendengarkan dengan tenang, akhirnya membuka suara, "kalau begitu... aku bersedia."

[Name] menatap Zhongli dengan mulut setengah terbuka, hampir tidak percaya. "Tunggu... kau setuju?!"

"Tentu saja," Zhongli menjawab, suaranya tenang seperti biasa. "Ini permintaan yang menarik, kurasa kita harus menerimanya."

"Kau tidak bisa menerima pekerjaan hanya karena itu menarik, Xiānshēng." [Name] memandangnya dengan sorot mata lelah. "Lagi pula, kita ini pekerja Wangsheng Funeral Parlor, bukan konsultan pernikahan."

"Secara harfiah, aku ini konsultan secara umum dan aku pernah menangani masalah seperti ini," katanya. "Oh, aku juga pernah memberikan hadiah pernikahan kepada seorang kawan lamaku dan tampaknya barang itu masih sangat bagus sampai sekarang."

"... kau ini benar-benar bisa segalanya ya, Xiānshēng...."

"Tidak ada salahnya untuk menerima ini," Zhongli menambahkan dengan senyum samar. Matanya yang keemasan memandangnya dengan lembut, namun tak bisa disangkal ada ketegasan di dalamnya.

Hu Tao menyambung dengan nada usil, "karena tampaknya konsultan kita yang handal tidak keberatan sama sekali, apa aku bisa menganggap kalau kalian berdua sepakat menerima ini?"

"Aku tidak—"

"Oh, ayolah, [Name]!" Potong Hu Tao, dia jelas tahu kalau [Name] masih kukuh untuk menolaknya. Jadi dia berkata, "Kalian akan menjadi pasangan sempurna untuk peran ini. Kalian pasti bisa menyelesaikannya dengan baik!"

[Name] mendesah panjang, berusaha mengatur napasnya. Dia menoleh ke arah Hu Tao dengan tatapan yang bisa membunuh—atau setidaknya memperingatkan bahwa ia sudah di ambang batas kesabarannya. "Kau harus bertanggungjawab nanti, Direktur Hu."

"Tentu saja! Kalian ini pegawaiku, tentu aku akan bertanggungjawab umtuk kalian!"

✦•┈✦•┈⋆⋅☆⋅⋆┈•✦┈•✦

Begitulah bagaimana akhirnya [Name] menerima permintaan tidak masuk akal yang datang ke Wangsheng Funeral Parlor.

[Name] mendesah dengan suara keras begitu ia keluar dari ruang kerja Hu Tao. Siapa pun yang melihat wajahnya sekarang akan langsung tahu kalau gadis itu tengah begitu jengkel sekarang.

"Kenapa kau malah setuju begitu saja, Xiānshēng? Apa ini bagian dari kontrak kerjamu juga?" Tanya [Name] tiba-tiba.

"Hanya sebatas konsultan, tidak secara spesifik," kata Zhongli. "Lagi pula, aku selalu menerima permintaan untuk menilai barang-barang antik, jadi kurasa ini bukan sesuatu yang salah."

"Begitu...."

Zhongli benar. Pemuda ini sudah lama menerima permintaan yang tidak ada hubungannya dengan ritual pemakaman dan sejenisnya, itu bukanlah hal yang aneh jika ada seseorang yang datang untuk berkonsultasi padanya—tapi pernikahan? Dan lagi, Zhongli berkata kalau dia pernah mengurus masalah seperti ini?

"Baiklah, aku paham kalau kau punya pengalaman di bidang ini. Tapi menyetujui tugas ini? Kau tahu kita membohongi seseorang, 'kan?" gerutunya. Dia menoleh cepat, matanya memicing memandang pria itu.

Zhongli yang tenang seperti biasa, melanjutkan langkahnya sambil mengamati sekeliling dengan tangan di belakang punggung, sementara [Name] mengikuti di sampingnya.

"Membohongi? Kurasa itu terlalu kasar untuk disebut demikian," jawabnya, suaranya terdengar lembut. "Direktur Hu punya alasan kuat, dan aku merasa kita mungkin dapat membantu pasangan itu tanpa membuat mereka menyadari bahwa kita 'berpura-pura'."

[Name] mengernyit, membuka mulut ingin menyanggah, tapi dia menggigit bibir dan menggeleng pelan. Entah kenapa ia tidak menemukan alasan kuat untuk membantahnya, meskipun amarah kecil masih bersarang di dalam dadanya.

"Ini bukan sesuatu yang bisa dijadikan permainan, apalagi kebohongan," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri.

Zhongli mendadak memperlambat langkah, menunduk sedikit sambil melirik ke arah [Name]. "Mungkin," katanya dengan nada rendah yang hampir tak terdengar, "ini bisa menjadi... sebuah kesempatan untukku."

Langkah [Name] terhenti seketika, matanya berkedip beberapa kali sebelum beralih menatap Zhongli dengan tatapan bingung. "Kesempatan? Untuk apa?" tanyanya curiga.

Zhongli menggeleng. "Tidak ada."

[Name] masih terdiam beberapa saat sebelum mendesah panjang. "Baiklah. Tapi kalau begini, kita harus siap menghadapi kemungkinan terburuk," katanya, memulai kembali langkahnya sambil menatap Zhongli dengan alis terangkat.

Zhongli mengangguk pelan. "Kemungkinan terburuk seperti apa yang kau maksud?"

[Name] menghentikan langkah lagi, berbalik menghadapi Zhongli dengan tangan di pinggul, gestur yang menunjukkan bahwa ia serius. "Seperti... orang-orang yang akan mengira kalau kita benar-benar akan menikah. Apalagi kalau ada kenalan yang melihat kita 'berbelanja seserahan'."

Sejenak Zhongli terdiam. Angin sore menyapu jubah panjangnya, dan ekspresinya berubah tipis—kesan serius yang membuat [Name] segera menyadari perubahan kecil dalam suasana hatinya. "Kau tidak menginginkannya," katanya, lebih sebagai pernyataan daripada pertanyaan.

Nada suara Zhongli yang rendah dan halus itu membuat [Name] sedikit mengerutkan dahi, meskipun ia tetap mengangguk. "Ya, tentu saja tidak," jawabnya tegas tanpa sedikit pun keraguan.

Bagaimana pun ini adalah persiapan pernikahan, seperti yang [Name] katakan sebelumnya ditambah tidak ada seorang pun di Liyue yang tidak mengenal konsultan muda yang tahu segalanya dari Wangsheng Funeral Parlor ini. Sudah bisa dipastikan pasti akan menjadi gosip di seluruh Liyue.

Belum lagi jika Ayah dan kakeknya mendengar gosip itu, kedua orang itu sudah pasti akan sangat terkejut begitu mendengarnya. Ia bahkan belum mengatakan apa pun tentang hubungannya dengan Zhongli.

Zhongli memiringkan kepala sedikit, menatap [Name] dengan tatapan dalam yang memancarkan pertanyaan tersembunyi. "Aku bertanya-tanya," gumamnya, suaranya sedikit lebih tajam dari biasanya, "apa pernikahan itu begitu buruk untukmu?"

Pertanyaan itu menusuk [Name] seakan ia telah diserang oleh serpihan kata-kata yang tiba-tiba begitu tajam. "A-apa?" Dia tergagap, tidak mengira pertanyaan itu akan muncul.

"Pernikahan. Kau bilang kau tidak menginginkan itu."

Meski [Name] mengatakan itu, sungguh sebenarnya tidak persis seperti itu. Ini jauh lebih rumit. Dia tahu apa yang harus dikatakannya dan apa yang hendak dijelaskannya, tetapi entah kenapa ia merasa sedikit sulit untuk mengatakannya seakan tidak ada kata yang cocok untuk menjelaskan hal itu.

Dan meskipun [Name] menyadari ekspresi mendung di wajah Zhongli, dia tetap menjawab, "ya, itu sangat buruk untukku."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro