Chapter 20
"Tapi... kenapa tiba-tiba sekali ...?"
Langit biru membentang tanpa awan di atas Mt. Aocang, diselimuti sinar matahari siang yang hangat. Puncak gunung tersebut selalu menjadi tempat yang sunyi, jauh dari hiruk-pikuk Liyue. Suara gemericik air terjun yang mengalir deras dari ketinggian, disertai kicauan burung yang terbang melintasi lembah, memberikan suasana damai dan menenangkan.
Namun, di dalam hati [Name], ada gelisah yang tak dapat ia hilangkan. Ia melirik sekilas pada Ganyu yang berjalan di sampingnya, wajah lembut wanita setengah qilin itu tampak serius, tatapannya lurus ke depan. Shenhe berjalan sedikit di belakang mereka, sosoknya yang dingin dan tegas membuatnya terlihat seperti pengawal yang waspada. Bayangan awan tipis melintasi wajahnya, namun ekspresinya tetap tak terbaca.
"[Name], apakah kau baik-baik saja?" Ganyu bertanya pelan, memecah kesunyian. Suaranya selalu tenang, seperti embun pagi yang jatuh perlahan ke atas daun. Namun, kali ini ada nada kekhawatiran di sana.
[Name] mengangguk, meski gerakannya agak canggung. "Aku... tidak tahu harus merasa bagaimana. Nona Xianyun meminta untuk menemuiku secara langsung, tapi aku tidak yakin apa alasannya," ia mengaku dengan suara gemetar.
Shenhe yang selama ini hanya mendengarkan, menoleh dan menatap [Name] dengan tatapan tajamnya. "Cloud Retainer jarang memanggil seseorang kecuali ada alasan yang penting," ujarnya singkat. "Kau tidak perlu khawatir, selama kau tidak melakukan sesuatu yang menyinggungnya."
"Melakukan sesuatu yang menyinggungnya ...?" [Name] mengulang dengan nada panik. "Apa mungkin aku melakukan sesuatu tanpa sadar yang membuatnya marah? Aku bahkan tidak pernah membicarakannya lagi sejak terakhir kali kita bertemu!"
Ganyu tersenyum tipis, berusaha menenangkan [Name]. "Jangan terlalu khawatir, [Name]. Cloud Retainer mungkin terlihat sulit ditebak, tetapi dia bukan tipe yang mudah tersinggung."
"Tetap saja...." [Name] menghela napas panjang, mengangkat tangan untuk merapikan rambutnya yang berantakan karena angin gunung yang berembus kencang. "Mungkin aku memang sudah melakukan sesuatu yang salah...."
Langkah mereka tiba di dataran tinggi yang dipenuhi bunga-bunga liar, harum wanginya terbawa angin. Di kejauhan, danau biru memantulkan bayangan pohon Cuihua yang berguguran, kelopak-kelopaknya melayang perlahan seperti salju yang jatuh. Di tengah pemandangan indah itu, berdiri sosok Adeptus yang megah di hadapannya, Cloud Retainer—Xianyun.
Bentuknya menyerupai burung bangau besar dengan bulu putih yang memancarkan cahaya lembut. Matanya yang tajam, penuh kebijaksanaan, menatap mereka bertiga dari kejauhan. Saat mereka semakin mendekat, Cloud Retainer mengeluarkan suara tawa yang bergema di lembah. "Hoho, tampaknya kalian akhirnya tiba. Cukup lama juga, ya."
"Salam siang, Cloud Retainer," Shenhe membungkuk hormat, suaranya dingin namun penuh rasa hormat.
"Maafkan keterlambatan kami," tambah Ganyu dengan sopan. "Kami datang sesegera mungkin setelah menerima pesanmu."
[Name] berdiri dengan sedikit gemetar, mencoba meniru cara Shenhe dan Ganyu memberikan hormat, meski hatinya masih berdebar kencang. "Apa ada yang bisa kulakukan untuk Anda, Nona Cloud Retainer?"
Cloud Retainer menatapnya, mata tajamnya menyelidik dari balik kacamata berbingkai merahnya. "Hm, tidak perlu gelisah seperti itu, anak manusia. Aku tidak memanggilmu untuk menghakimi atau menghukummu."
"Maaf?" [Name] menghela napas lega, meskipun sedikit. "Lalu... apa yang...." [Name] segera menyadari sesuatu, dia berkata, "ah, apa ini soal jimat itu?"
Cloud Retainer mengubah rupanya menjadi "Xianyun" dan melangkah maju, [Name] bisa melihat senyuman wanita itu yang merekah di sana selagi angin gunung berhembus, membawa serta aroma wangi tumbuhan liar di pegunungan. "benar sekali. Sebenarnya diriku sudah lama menyelesaikannya tapi karena ada yang harus kulakukan, jadi diri ini menundanya untuk memberikannya pada dirimu."
"Ah...." [Name] menundukkan kepalanya dalam-dalam kepada Xianyun. "Terima kasih banyak, Nona Xianyun."
"Bukan apa-apa." Xianyun dengan anggun mengulurkan tangan. Jemari putih panjangnya yang halus memegang sebuah tasel merah—hiasan yang terbuat dari benang sutra lembut, dengan simpul emas yang rumit di bagian atasnya. Pada ujungnya, terdapat manik-manik batu giok hijau yang berkilau samar, memantulkan cahaya matahari pagi. Ia mengayunkan tasel itu di depan wajah [Name] dengan senyum lembut. "Tasel ini telah kuberi mantra pengusir roh, jadi kau tidak perlu khawatir para roh berkeliaran mendekatimu saat Lantern Rite nanti."
[Name] menatap tasel tersebut dengan takjub, perasaan haru melingkupi hatinya. Hiasan itu bukan hanya sekadar jimat pengusir roh, tetapi juga hadiah yang penuh perhatian dari seorang Adeptus. Bagaimanapun, Xianyun dikenal sebagai sosok yang jarang memberikan sesuatu tanpa alasan kuat. "Terima kasih banyak, Nona Xianyun," [Name] mengucapkan dengan suara bergetar, menyelipkan tasel itu ke pergelangan tangannya dengan hati-hati. Xianyun tersenyum puas melihat ekspresi senang pada wajah [Name].
"Jika aku harus mengatakan sesuatu, sebenarnya kau ini kasus istimewa, [Name]," kata Xianyun menjelaskan. "Seseorang yang bisa melihat para roh setelah sebuah kecelakaan biasanya tidak selalu menarik untuk mereka. Tapi faktanya, mereka sangat tertarik pada dirimu."
"Ah...." [Name] tersenyum lemah. "Mungkin sebenarnya saya hanya dikutuk."
Bukan tanpa alasan [Name] mengatakan itu. Ini adalah permainan roh itu, roh yang menahannya selama seminggu untuk mempermainkannya. Ini hanyalah salah satu bentuk kejahilannya berkedok hadiah ketika [Name] berhasil menyelesaikan permainan yang jelas hanya menguntungkannya—dia masih ada di dalam permainan roh itu dan dia sama sekali tidak tahu bagaimana mengakhirinya.
Bulan pertama ketika [Name] menyadari bahwa visinya telah berubah begitu berat, begitu sulit. Dia sangat terkejut dan takut dengan segalanya. Bulan-bulan berikutnya, dia berusaha setengah mati untuk berpura-pura mengabaikan semuanya bahkan membuat teman-temannya mengira gadis itu mulai menjauhkan mereka.
Lalu ketika ia mengira kalau dirinya sudah mulai terbiasa dengan hal itu, mereka mulai mengejar dan mengundangnya untuk berbicara. Bahkan tidak sedikit yang mengundangnya untuk bermain dengan mereka; dan ketika [Name] tidak memenuhi permintaan mereka, mereka akan mulai mengacak-ngacak pekerjaannya dan berbuat kejahilan lainnya. Oleh karena itulah gadis ini dipindahtugaskan ke Wangsheng Funeral Parlor setelah dia menolak rekrutan yang dilakukan ditekturnya saat ini.
Melihat [Name] tengah bergumul dalam pikirannya, Xianyun tiba-tiba berkata, "atau mungkin... itu memang karena dirimu."
Kala itulah, [Name] bisa melihat sorot lembut Xianyun yang mengarah kepadanya. "...."
"Ada banyak orang yang tidak bisa melihat mereka tetapi memiliki energi spiritual yang tinggi dan mampu menarik mereka," katanya. [Name] bisa melihat wanita itu tersenyum lebih padanya. "Dengan kata lain, kau sudah memilikinya sejak awal."
Tatapan [Name] melembut, meresapi kata-kata Xianyun yang diucapkan dengan kehangatan yang jarang terlihat. Angin gunung bertiup lembut, membawa harum bunga-bunga liar yang tumbuh di sekitar mereka. Tasel merah di pergelangan tangannya berayun pelan, sinar matahari memantulkan kilauan giok hijau yang menghiasi simpulnya.
[Name] menghela napas dalam, seakan mencoba mengusir perasaan pahit yang tersisa di dalam hatinya. "Jadi, maksud Anda... saya tidak sepenuhnya sial?" ia bertanya, nadanya setengah ragu namun dipenuhi harapan.
Xianyun tertawa kecil. "Tentu saja tidak. Keberadaan dirimu membawa keseimbangan yang menarik antara dunia manusia dan dunia roh. Dirimu mungkin merasa seperti beban sekarang, tetapi juga jembatan yang diperlukan antara dua dunia yang sering kali terpisah."
Ganyu yang berdiri di samping [Name] mengangguk pelan. "Aku setuju dengan Nona Xianyun. Memang ada alasan kenapa Hu Tao merekrutmu ke Wangsheng Funeral Parlor. Meski dia dikenal sebagai seseorang yang suka berbuat iseng, tapi pilihannya tidak pernah salah."
"Benar sekali," Shenhe menimpali, suaranya terdengar datar namun mengandung keyakinan. "Kau memiliki kekuatan yang tidak dimiliki orang lain. Kau hanya perlu belajar mengendalikannya."
[Name] mengalihkan pandangannya ke tasel di pergelangan tangannya, jemarinya menyentuh lembut benang-benang merah yang halus itu. "Saya... tidak tahu apakah saya bisa melakukan itu," gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri. "Terkadang rasanya seperti... ini adalah kutukan yang tidak akan pernah hilang."
Xianyun tersenyum, kali ini lebih lembut. Ia melangkah mendekat dan meletakkan tangannya di atas kepala [Name], seperti seorang ibu yang menghibur anaknya. "Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Perjalananmu masih panjang, dan waktu akan mengajarkan banyak hal yang belum dirimu ketahui."
[Name] tertegun sejenak, merasakan sentuhan lembut dan hangat dari Xianyun. Sesuatu di dalam hatinya mencair, perasaan hangat yang lama tidak ia rasakan. Ia menundukkan kepala, menyembunyikan mata yang mulai berkaca-kaca. "Terima kasih... Nona Xianyun. Saya sangat menghargai ini."
Xianyun mengangguk, menarik kembali tangannya dengan anggun. "Dan sekarang, aku rasa kita perlu membicarakan persiapan untuk Lantern Rite. Apakah dirimu sudah memiliki rencana, [Name]? Dengan siapa kau akan pergi?"
Perasaan hangat di hati [Name] perlahan-lahan menghilang, digantikan dengan rasa gugup yang tak terduga. Ia belum sempat memikirkan acara Lantern Rite lebih jauh, mengingat kesibukannya selama beberapa hari terakhir di Wangsheng Funeral Parlor. Namun, mendengar pertanyaan Xianyun, ia teringat akan tawaran yang diberikan Zhongli beberapa hari yang lalu—suatu undangan untuk menikmati Lantern Rite bersama.
"Ah... Saya...." [Name] membuka mulutnya, sedikit tertegun dengan perubahan topik yang tiba-tiba. Pipinya bersemu merah, dan ia melirik sekilas ke arah Ganyu dan Shenhe yang kini menatapnya dengan ekspresi penasaran.
"Oh? Jangan malu-malu seperti itu," Xianyun tersenyum licik, matanya menatap penuh arti. Ia dengan anggun berbalik, melangkah ke sisi Ganyu dan Shenhe sambil berkata, "diri ini hanya penasaran, apakah dirimu akan pergi dengan... hm, seseorang yang istimewa?"
"Eh?" [Name] terdiam sesaat, lalu cepat-cepat menggelengkan kepalanya. "Tidak, bukan seperti itu!" Namun, ia bisa merasakan wajahnya memanas, pipinya terbakar seperti bara api. "Zhongli—Maksudku, Xiānshēng... memang menawarkan diri untuk menemani saya. Itu hanya... sebagai rekan kerja. Iya, rekan kerja."
"Oh, jadi Tuan Zhongli akhirnya mengundangmu? Aku sudah menduga itu." Xianyun tersenyum, tatapannya semakin tajam. "Jika dipikirkan baik-baik, bukankah itu terdengar seperti sebuah... kencan?"
"Ke-Kencan?!" seru [Name] dengan suara tercekik, suaranya hampir hilang ditelan gemuruh air terjun di belakang mereka. Wajahnya kini benar-benar memerah, dan ia melambai-lambaikan tangan, mencoba menyangkal. "Bukan, bukan kencan! Xiānshēng hanya—ya, dia hanya ingin memastikan saya tidak diganggu oleh roh selama festival."
Ganyu menahan tawa kecil di balik tangannya, sementara Shenhe menatap [Name] dengan tatapan bingung yang khas. "Kencan atau tidak, sepertinya Tuan Zhongli sangat perhatian padamu," ujar Shenhe tanpa basa-basi, suaranya datar namun jujur.
Ganyu mengangguk, senyum lembut menghiasi wajahnya. "Memang benar. Tuan Zhongli jarang sekali mengundang seseorang untuk menemaninya, apalagi saat Lantern Rite. Ini adalah momen yang sangat istimewa di Liyue."
[Name] mengelus tengkuknya dengan gugup, tak tahu harus berkata apa. Jantungnya berdegup kencang, pikirannya berputar-putar dengan cepat, mencoba mengingat bagaimana ekspresi Zhongli saat ia mengajukan tawaran tersebut. Apakah itu benar-benar hanya sebuah ajakan biasa? Atau mungkin... ada sesuatu yang lebih?
Xianyun terkekeh pelan, melihat kebingungan yang jelas terlihat di wajah [Name]. Ia mendekatkan wajahnya ke arah [Name], membisikkan sesuatu dengan nada menggoda, "Tidak perlu khawatir, [Name]. Jika itu memang kencan, maka kau tidak perlu menyangkalnya. Nikmati saja malam itu, dan mungkin kau akan menemukan sesuatu yang lebih berharga daripada sekadar memandangi lentera."
"N-Nona Xianyun!"
✦•┈✦•┈⋆⋅☆⋅⋆┈•✦┈•✦
Saat [Name] keluar dari kediaman Cloud Retainer, langit sudah berubah menjadi jingga, menandakan waktu yang ia habiskan untuk bertemu dengan Adeptus itu cukup lama—ah, tentu saja. Itu tidak akan terjadi kalau Cloud Retainer hanya akan memberinya jimat untuknya seperti yang ditawarkan bukan dengan hanfu yang tiba-tiba diberikan untuknya dikenakan saat Lantern Rite nanti.
Awalnya [Name] sudah menolaknya, dia tidak mungkin bisa menerima pakaian mewah itu begitu saja setelah apa yang diberikan sang Adeptus padanya. Namun Cloud Retainer terus mendesaknya, membuatnya tidak bisa menolaknya lagi. Oleh karena itulah setelah mencobanya, Cloud Retainer mengepaskan hanfu itu di tubuhnya sementara gadis itu tetap menunggu di sana.
"Memberi masakan sebagai tanda terima kasih mungkin tidak cukup... apa mungkin aku bisa memberikan sesuatu yang lebih?" gumam [Name] sembari mendesah lelah. "Ah... kenapa aku jadi merepotkan beliau seperti ini...."
Saat ia merenung, tiba-tiba suara langkah kaki yang lembut terdengar mendekat dari arah depan. [Name] mengangkat wajahnya, sedikit terkejut melihat sosok yang dikenalnya dengan baik—Zhongli.
Dia berdiri di sana, sedikit lebih jauh di ujung jalan, dengan senyum tenang yang khas. Mata emasnya menyipit lembut, seolah menikmati pemandangan sore di Mt. Aocang. Mantelnya yang panjang bergoyang pelan ditiup angin sore, memberikan kesan megah dan bersahaja. Tangan kanannya masih memegang cangkir teh porselen putih, tampaknya baru saja selesai menikmati waktu santainya di kediaman Adeptus.
"Oh? [Name]," ucap Zhongli dengan nada terkejut yang hangat, senyum tipis terlukis di bibirnya. "Aku tidak menyangka bertemu denganmu di sini. Apa yang membawamu sampai ke Mt. Aocang pada waktu seperti ini?"
[Name] menelan ludah, dadanya berdegup kencang mendapati sosok pria itu berdiri di hadapannya. "Xiānshēng... aku... eh, hanya datang untuk mengambil sesuatu dari Nona Xianyun," jawabnya terbata, berusaha menenangkan dirinya yang tiba-tiba merasa gugup. Dia tidak menyangka akan berpapasan dengannya di sini.
Zhongli mengangguk pelan, menatapnya dengan mata yang penuh rasa ingin tahu. Dia melirikkan ekor matanya ke arah kantung kertas di tangannya. "Hanfu itu pasti akan sangat cantik dikenakan olehmu, [Name]. Sangat cocok denganmu," pujinya tanpa ragu, suaranya lembut namun tegas.
Wajah [Name] memerah seketika, ia menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan rona merah di pipinya. "Ah...." [Name] terkekeh dan tersenyum saar. "Terima kasih, Xiānshēng."
"Ingin pergi sekarang? Atau apa ada tempat yang ingin kau datangi sebelum kembali?"
[Name] menggeleng, ekspresinya tidak berubah. "Tidak, aku ignin langsung kembali saja."
"Baiklah."
Kemudian keduanya pun berjalan bersama, pergi dari Mt. Aocang menuju Pelabuhan Liyue; dan pada saat itulah [Name] bertanya-tanya dalam benaknya—Apa aku tadi bilang kalau ini hanfu sebelumnya?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro