Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 16

Gila—sesungguhnya bukan kata yang tepat untuk menjelaskan bagaimana perasaannya ketika ia mendengar Zhongli menolak permintaan untuk melupakan ciuman itu. Namun bagaimana pun dipikirkan, [Name] merasa itu sangatlah gila... aneh... tidak masuk akal!

Zhongli tidak menyukainya, apalagi mencintainya. Jadi untuk apa? Apa hanya karena hasrat yang muncul saat ciuman itu terjadi? Oh, astaga! Itu terdengar semakin gila. Apakah [Name] hanya dijadikan objek tanpa makna baginya?

Wajah [Name] seketika memucat. Ia kecewa menyadari bahwa, pada akhirnya, Zhongli tampaknya sama saja dengan pria lainnya. Padahal, selama ini dia menilai Zhongli sebagai pria yang santun dan berwibawa. Ketika mereka tertawa bersama untuk hal-hal sederhana, ia merasakan kehangatan dan kedekatan yang tak seperti hubungan kaku antara pimpinan dan karyawan.

Bahkan saat ia menciumnya, ia merasakan simfoni lembut yang mengalun di telinganya, menggetarkan hatinya. Namun, apakah semua itu hanya berarti bagi dirinya saja? Apakah momen itu hanya sekadar hal remeh yang Zhongli tidak pedulikan?

[Name] menggigit bibirnya, berusaha melupakan perasaan itu. Ia sendiri yang memilih mengakhiri percakapannya dengan Zhongli ketika pria itu memberikan jawaban singkat yang dingin. Tapi kini, ia tidak tahu bagaimana harus bersikap jika benar-benar bertemu dengannya. Ada pekerjaan yang harus ia selesaikan hari ini, jadi bersembunyi bukanlah pilihan, bukan?

[Name] menggeleng, sudah saatnya melupakan itu toh dia sendiri yang tempo hari mengakhiri percakapannya dengan Zhongli begitu mendengar jawaban singkat dari pria itu.

Namun sungguh, dia tidak tahu apa yang akan ia lakukan jika benar-benar melihat pria itu sekarang. Dia tidak mungkin terus menunduk dan bersembunyi mengingat ada pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini, bukan begitu?

"Ngomong-ngomong, mengenai Zhongli," kata Hu Tao tiba-tiba, tubuh [Name] menegang seketika kala mendengar nama pria itu disebut tanpa konteks. "Kau akan pergi dengannya untuk melihat makamnya, 'kan?"

Apa yang sedang Hu Tao bicarakan tidak lain tentang kunjungan ke makan Wujiang untuk memastikan sesuatu. "Tentu saja, itu benar," jawab [Name] sedikit canggung.

 "Kalau begitu aku akan menunggu laporannya di sini."

✦•┈✦•┈⋆⋅☆⋅⋆┈•✦┈•✦

Pagi itu, mereka berdua berjalan dengan langkah tenang di sepanjang jalan yang menuju makam Wujiang. Kabut tipis menari di sekitar batu-batu nisan, menciptakan suasana yang seakan merayap masuk ke hati [Name] seperti angin dingin yang menusuk. Dia mencuri pandang ke arah Zhongli yang berjalan di sampingnya, sosoknya tegap dan tenang, seolah kehadirannya mampu mengusir segala keresahan yang membayangi mereka.

Namun, keheningan yang nyaman itu menyisakan perasaan ragu di hati [Name]. Kenangan ciuman itu terus membayangi, hangat dan penuh kerumitan yang sulit ia uraikan. Setiap kali terlintas, ia ingin membuang pikiran itu; tapi semakin dihindari, bayangannya justru semakin lekat. Perasaan cinta yang tumbuh begitu tiba-tiba membuatnya gamang.

Di tengah keheningan itu, [Name] akhirnya memberanikan diri mengutarakan pikirannya. "Aku ingin bicara soal... mimpi itu," suaranya rendah, hampir tertelan udara pagi yang dingin.

Zhongli menoleh, sorot matanya meneliti wajah [Name] dengan cermat, penuh perhatian seperti biasanya. "Mimpi tentang kematian Wujiang, maksudmu?"

[Name] mengangguk. "Aku merasa... itu bukan hanya sekadar mimpi biasa. Seolah-olah Wujiang ingin memberitahuku sesuatu." Ia menahan napas, lalu melanjutkan dengan ragu, "aku mendengar suara dalam mimpi itu, suara yang sama seperti yang kudengar saat di Wuwang Hill. Sepertinya Wujiang dibunuh oleh dua orang pria... tapi aku merasa mereka hanya orang suruhan. Ada sosok lain di balik itu semua, seseorang yang lebih berpengaruh."

Zhongli terdiam, merenungkan setiap kata yang diucapkan [Name]. Udara terasa semakin dingin di sekitar mereka, angin menyapu dedaunan, menambahkan aura mistis di tempat itu.

"Jika memang benar demikian," katanya perlahan, suaranya dalam dan berwibawa, "maka ini bukanlah kasus kematian biasa karena kecelakaan saat bekerja, tetapi pembunuhan dan kemungkinan direncanakan."

[Name] mengangguk lagi. "Seperti yang Xiānshēng katakan, dan sejujurnya... aku lebih memilih jika kita menyerahkan masalah ini kepada para Millelith dan Liyue Qixing."

"Aku juga sependapat, tapi sayangnya kita tidak bisa melakukan itu."

"Kenapa tidak bisa? Bukankah sudah jelas—" [Name] berhenti berbicara seakan baru teringat pada sesuatu. Otot wajahnya sedikit turun. "Tuan Tartaglia?"

Zhongli menyembunyikan sebelah tangannya di punggung. Ekspresinya tidak berubah. "sudah pasti ini akan jadi masalah diplomatik."

Jika informan itu terbukti bersekongkol dengan dua orang yang membunuhnya atau dialah orangnya, sudah pasti Liyue Qixing akan melempar surat tuntutan kepada para Fatui; dan walaupun pihak Fatui memiliki kecurigaan terhadap obat-obatan yang mereka impor dari Liyue memiliki efek samping yang buruk hingga pada titik menyebabkan kematian, itu hanyalah hipotesis tanpa bukti.

Mereka berhenti di depan makam Wujiang, nisan itu berdiri megah namun sepi, dihiasi dengan ukiran tradisional yang menunjukkan nama mendiang. Di sana, di hadapan makam yang sunyi, [Name] merasa ada sesuatu yang tidak biasa, seolah roh Wujiang benar-benar hadir di sana, mendengarkan percakapan mereka.

"Aneh, bukan?" Gumamnya pelan, menatap batu nisan itu. "Aku tidak pernah mengenalnya dengan baik, tetapi mimpi itu terasa sangat jelas, seakan-akan aku ada di sana saat kejadian itu berlangsung."

Zhongli mengangguk, seolah memahami perasaan yang sulit dijelaskan itu. "[Name], terkadang roh yang tidak tenang dapat menemukan caranya sendiri untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang bersedia mendengar. Kau mungkin menjadi perantaranya tanpa disadari."

[Name] menggigit bibirnya, merasakan perasaan tak tenang bercampur kagum saat mendengarkan kata-kata Zhongli. Di balik sikap tenang dan wibawanya, pria itu tampak begitu memahami tentang kematian, dunia roh, dan makna keberadaan mereka di bumi. Ada kenyamanan dalam kehadirannya yang sulit ia gambarkan—sebuah kenyamanan yang membuatnya merasa hangat, bahkan saat membicarakan hal-hal yang menakutkan.

Lebih dari itu—[Name] melirikkan ekor matanya, mendapati Zhongli berjalan dengan pandangan tetap lurus ke depan—oh, Archon Geo dengan segala kekayaannya! Bukankah mereka belum lama ini berciuman? Tapi bagaimana bisa Zhongli bersikap begitu biasa kepadanya setelah berkata tidak akan melupakan ciuman malam itu?

[Name] tidak menganggap Zhongli adalah pria yang brengsek, dan ia tahu kalau itu mungkin hanyalah sekadar ciuman biasa untuk menenangkannya. Lagi pula tidak ada seorang pun yang melihat mereka ketika itu, tentu saja dia bisa mengannggap bahwa ciuman itu tak pernah terjadi.

Tak ada konsekuensi.

Tapi kenapa hanya [Name] yang terlihat sangat terganggu sekarang? Bukankah akan menyenangkan jika ia melihat Zhongli yang biasanya bersikap kaku dan tenang itu tampak sedikit gusar? Dia sudah mencium [Name] dan kejadian itu sangat mengguncang—bukankah itu alasan Zhongli berkata tidak ingin melupakannya?

Sampai di depan makam Wujiang, [Name] berusaha mengalihkan pikiran dari kekalutan perasaannya. Ia menghela napas panjang, berfokus pada nisan yang berdiri megah dan dingin itu. Sisa kabut pagi yang bergelayut menambah kesan mistis, membungkus makam itu dalam aura yang berat.

[Name] berdeham canggung, lantas mengeluarkan beberapa lembar foto dari dalam tasnya; dan di waktu yang bersamaan, roh gelap tanpa wajah berdiri di dekat makam seolah tengah menunggunya.

"Xiānshēng, kau masih ingat dengan kondisi mayatnya, bukan?"

"Iya." Zhongli melirik sekilas ke arahnya, lalu ia menambahkan, "Dia jelas tidak terlihat seperti Tuan Wujiang. Warna kulitnya lebih pucat dan tinggi badannya tidak sesuai."

Sekitar sebulan yang lalu, dua pejalan kaki yang bekerja sebagai pemetik tanaman herbal menemukan tangan seorang mayat yang mencuat keluar dari tanah.

Hasil autopsi dari pihak Millelith menemukan adanya luka tikaman di dada korban dan penghancuran tengkorak di wajahnya sehingga korban tidak dapat dikenali, selain itu barang berharga korban juga tidak dapat ditemukan dimana pun, karena itulah kasusnya dianggap sebagai kasus perampokan yang menyebabkan kematian. Namun meski beberapa hari telah berlalu sejak ditemukannya mayat itu, dengan tanpa adanya kartu identitas, sosoknya bisa langsung diidentifikasi.

Namanya Wong Wujiang, 35 tahun. Dia adalah pekerja kontrak di perusahaan industri obat-obatan besar di Liyue.

Wujiang dilaporkan telah menghilang dua minggu sebelum mayatnya ditemukan. Bersamaan dengan itu, rekan pekerja korban dilaporkan menghilang seminggu sebelumnya yang memperkuat bahwa korban dibunuh oleh rekan kerjanya sebelum dia kabur untuk bersembunyi. 

Ada tujuh orang yang dijadikan saksi dalam kasus ini, mereka semua adalah rekan kerja korban yang bekerja dalam kelompok yang sama. 

Orang pertama adalah seorang pria, dia yang memimpin kelompok pekerja ini; Dua orang lain yang sering terlihat bersama dengan pimpinan pekerjanya adalah para peneliti obat; sementara dua orang pria lainnya adalah para pekerja yang bertugas untuk membeli bahan pokok untuk penelitian dan obat-obatannya; Kemudian ada sepasang apoteker yang bertugas menguji obat-obatnya. 

Masing-masing dari ketujuh orang itu memiliki alibi yang sempurna, tidak ada alasan yang bisa membuat mereka menjadi pelaku dari tragedi pembunuhan ini, kecuali—

"Ada persekongkolan di sini," kata [Name] setelah cukup lama memandangi foto di tangannya. "Para peneliti bersaksi bahwa mereka ada di lab saat kejadian, sementara dua orang lainnya tidak tahu menahu tentang kedua korban, seolah mereka dipaksa untuk bungkam," jelasnya. [Name] menggulirkan matanya ke arah makam di depannya. "Sementara sepasang apoteker itu adalah teman masa kecil, mereka ada di rumah keluarga besar si wanita ketika kejadian."

"Selain itu pimpinannya berada di rumah ketua yayasan yang memberikan sokongan untuk penelitian ini," Zhongli menambahkan. "Alibinya juga sudah dipastikan dan persis seperti kesaksiannya." 

"Tapi kita tahu kalau ada saksi lain saat kejadian itu."

Tepat setelah [Name] berkata demikian, seorang wanita datang sambil membawakan buket bunga dalam kertas di tangannya. Dia bersimpuh di hadapan makan itu dan berdoa untuk ketenangannya, sementara di belakangnya adalah seorang pria yang bekerja dalam posisi yang sama sekaligus teman masa kecil sang wanita.

"Nona Jiuyi, hari ini kau datang lagi," sapa seorang pria yang baru muncul di sana. "Aku tahu kau sedih, tapi berlarut dalam kesedihan tidak baik untuk kesehatanmu."

"Aku tahu!" balas wanita itu setengah berteriak. "Aku tahu itu, Ketua Erming. Tapi aku tidak bisa—kenapa Tuan Wujiang harus mati?" Wanita itu terdengar mulai terisak, ia menyeka pelupuk matanya. "Aku pasti akan menemukan pelakunya ...!"

"Ayo, kita pergi sekarang," sambil bilang begitu, pria yang sejak tadi mengikutinya di belakang menarik bahunya dengan lembut.

Tepat ketika kedua orang itu melewati [Name] dan Zhongli, mereka tersenyum. [Name] membalas senyuman mereka dan sedikit menundukkan kepalanya. Sementara pria yang dipanggil Ketua Erming tadi hanya pergi begitu saja, dia bahkan sempat melihat ke arah [Name] dengan tajam.

Begitu keheningan di area pemakaman kembali seperti sebelumnya, [Name] berkata, "ada saksi yang tidak hidup saat kejadian pembunuhan itu terjadi."

"Pelaku penikaman korban adalah salah seorang peneliti," Zhongli menyambungkan, ekspresinya masih teduh seperti sebelumnya. "Sementara yang menguburkan korban adalah para pekerja bahan pokok. Meskipun secara harfiah, mereka adalah pembunuhnya karena korban saat itu masih hidup."

"Aku datang seperti yang kalian minta." Orang yang tiba-tiba muncul dan bergabung dalam percakapan tidak lain adalah Tartaglia. "Tampaknya kalian sudah memulai deduksinya."

"Kau terlambat," cetus [Name]. "Ngomong-ngomong, apa kau sudah menyelesaikan permintaannku?"

"Tentu saja." Tartaglia menyilangkan tangannya di dada dan berekspresi lesu. "Aku terkejut saat kau memintaku mencari satu mayat lagi, kau tahu?"

"Karena hanya kau yang bisa menemukannya." [name] menggelengkan kepalanya beberapa kali dan berkata, "lupakan. Kau ingin mendengar hasilnya, 'kan?"

"Iya."

Apa yang [Name] minta kepada Tartaglia adalah tugas untuk menyelidiki adanya satu mayat lagi di sekitar Wuwang Hill—tidak, lebih tepatnya mayatnya baru ditemukan; dan mayat itu tidak lain adalah Wujiang.

Wujiang memang dibunuh, tetapi bukan informan itu pelakunya melainkan orang yang sama dengan orang yang membunuh informan itu. Wajah korban sejak awal sudah hancur sebelum benar-benar dihancurkan menggunakan sekop saat ia hendak dikuburkan untuk menggantikan tubuh Wujiang yang mereka buang ke tempat lain, karena itulah postur dan tinggi korban tidak sesuai dan terdapat kalung milik sang informan di sana, dengan kata lain, roh yang selama ini mencoba berkomunikasi dengan [Name] tidak lain—

"Ivan Snezhevich," kata [Name] akhirnya, dia mendongakkan kepalanya dan melihat ke arah roh itu. "Itu benar kau... bukan, begitu?"

Wajah roh itu perlahan meluruh, menampakkan wajah aslinya ketika ia masih hidup. Roh orang yang mati akan muncul dengan wajah ketika ia mati saat untuk menakut-nakuti yang hidup atau ada kesalahan dalam pemakamannya—dalam konteks kali ini adalah identitas. 

"Organ tubuh mayat yang kutemukan ada yang hilang," kata Tartaglia, dia tidak mengalihkan pandangannya dari makam di depannya. "Dilihat dari bekas potongan di tubuhnya yang sangat rapih, aku yakin kalau pelakunya setidaknya adalah seorang dokter atau yang memiliki keahlian dalam pembedahan."

Zhongli menatapnya, menyeberangi embusan kabut yang semakin tebal. "Keterlibatan seseorang dengan pengetahuan medis yang cukup untuk membedah tubuh secara presisi memang mencurigakan, apalagi dalam industri sebesar ini. Sepertinya kasus ini telah menyentuh lapisan yang lebih dalam dari sekadar persaingan kerja."

"Lalu, jika organ-organnya hilang...." Suara Tartaglia terdengar sedikit lebih rendah. "Apakah mungkin... tubuhnya telah dijadikan bahan eksperimen?"

"Mungkin saja," jawab [Name] ringan. "Mayat seseorang itu bisa dijadikan sebuah obat, kau tahu. Selain itu...." Sambil bilang begitu, [Name] mengembalikan foto-foto di tangannya ke dalam tas dan berbalik pergi. "Ini hanya perkiraanku, tapi jika ini ada hubungannya dengan obat 'demam' yang beredar di Snezhnaya, aku rasa itu bukan obat 'demam' biasa."

"Dokter kami juga mengatakan hal yang sama," kata Tartaglia, dia berjalan di belakang [Name]. "Aku tidak mengerti dengan semua bahasa merepotkan yang dikatakannya, tapi aku yakin begitu."

[Name] berhenti melangkah dan mendesah pendek. "Itu obat untuk antibodi, Tuan Tartaglia. Mereka pasti kehabisan bahan eksperimen dan menjualnya sebagai obat demam."

"Anti—apa?" Tartaglia menelengkan kepalanya bingung.

"Antibodi," ulang Zhongli mempertegas. "Itu yang dijelaskan Dokter Baizhu pada kami, karena itulah dia melarang penggunaannya di Liyue karena dosisnya yang tinggi." 

"Obatnya memicu penurunan antibodi dalam tubuh, seperti melemahkannya," kata [Name] melanjutkan. "Bayangkan saja saat tubuhmu berusaha keras memasang perisai yang kuat tapi kau dengan kesadaran penuh malah sengaja menurunkan kualitas perisainya. Alhasil, semua patogen penyakit yang kau derita bisa lebih leluasa menyerangmu yang melemah dari dalam." 

"Oh! Aku lebih mengerti saat kau mengumpamakannya seperti itu ...!"

Obat antibodi yang dijual sesungguhnya adalah obat yang digunakan untuk operasi. Jika mempertimbangan organ tubuh Wujiang yang menghilang dan dipotong dengan presisi yang sempurna, sudah pasti orang itu menggunakan organnya sebagai bahan cangkok untuk orang lain.

Ketika dua antibodi yang berbeda bertemu, mereka pasti akan saling menolak dan menghancurkan satu sama lain. Oleh karena itulah, obat itu dibutuhkan—itu yang dijelaskan Dokter Baizhu kepadanya.

Pria itu juga memperingatinya tentang praktik ini. Dari catatan kedokteran yang dia miliki, tidak ada satu praktik pun yang berhasil. Sekali pun ada, mereka hanya bertahan selama dua minggu setelah pencangkokan. Karena alasan inilah praktiknya diberhentikan. Namun tentu tidak mungkin praktiknya berhenti begitu saja, pasti ada satu dua orang yang diam-diam masih melakukannya.

"Xiānshēng, sepertinya sebentar lagi Master Hu akan kedatangan klien yang dinanti-nantikannya," sembur [Name].

"Kau jadi terdengar seperti Master Hu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro