Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16: Rinyoung's Coming

Sebelum mulai membaca, alangkah baiknya untuk
Vote kalau perlu comment
Sebagai dukungan kecil untuk author

Jung Hyunri

"Ga-gadis? Aku tidak tahu."

Pria bernama Jeno yang berada di hadapanku mematikan handphonenya dan melihatku secara intens. Ia mengerutkan alisnya yang tegas sambil menopang kepala dengan sebelah tangan.

Aku berusaha bersikap senormal mungkin agar aku tidak ketahuan bahwa dapat melihat Goeun. Tangan Jeno perlahan-lahan menyentuh pipiku. "Aku rindu melihat wajahmu yang manis."

PRANNGG!!!

Kutatap wajah Jeno yang juga sama terkejutnya sepertiku, kami berdua langsung mengarahkan pandangan pada dapur yang berantakan karena semua benda yang ada di atas meja dapur jatuh ke lantai.

Apa? Siapa yang telah melakukan hal tersebut? Bahkan Haechan yang paling usil tidak akan melakukannya sampai seperti ini, dan lagi dia tidak sedang berada di sekitar sini.

Jeno mendesah kasar sambil berjalan menuju dapur. "Akan aku bereskan kekacauan ini."

"Tapi Jeno— ya sudah. Terima kasih sudah membantu."

Jeno mengangguk.

Aku melihat punggungnya yang di hiasi bahu lebar yang sedang memunguti pecahan gelas kaca. Saat Jeno merubah posisi, mataku menangkap sesuatu.

Iya itu hantu tanpa nama yang hilang tiba-tiba dan membuat Goeun maupun Haechan lupa ingatan tentang hantu tersebut.

Hantu itu sedang berjongkok dengan wajah senang melihat Jeno dari dekat. Dia terlihat cantik tanpa luka maupun noda darah di tambah lagi dengan senyumannya yang tulus terlontar untuk Jeno.

Kenapa aku merasa mengenali hantu itu. Batinku.

Goeun mengenggol lenganku. "Kau harus segera pergi bukan." Katanya mengingatkanku.

Aku bergegas menuju kamar untuk mengganti pakaian, dan ya aku tidak perlu mandi. Hahaha.

Setelah beberapa menit berganti pakaian di kamar, aku langsung keluar kamar untuk menghampiri rak berisikan make up sederhana. Berdandan sedikit tidak apa-apa bukan.

Saat Jeno masuk kembali ke dalam apartemen, di situlah aku telah selesai memakai make up. Jeno mendekat, "Kamu mau kemana?" tanya Jeno bingung. Dia tersenyum kecil sambil mengusap ujung bibirku dengan ibu jari miliknya. "Lipstiknya berantakan, jadi aku hapus sedikit." tambahnya.

"Ah maaf," aku menunduk malu.

Jeno tersenyum dan mengangguk, kemudian menawari tumpangan. "Mau aku antar?"

Tentu saja aku tidak akan menolak jika itu gratis.

Kami berdua berjalan keluar dari unit apartemen menuju basement dimana Jeno memarkirkan mobilnya. Sewaktu Jeno sudah masuk ke dalam mobil, tidak sengaja aku berpapasan dengan Jaemin.

Dia mendekat sambil membawa satu kantung plastik hitam, senyumannya lebar mengarah padaku. Aku refleks menutup hidung dan sedikit mundur saat Jaemin mendekat.

"Hai," sapa Jaemin duluan.

Aku menjauhkan tanganku yang menutup hidung, karena kurasa ini sangat tidak sopan. "Hai, habis berbelanja?" tanyaku.

Jaemin menggeleng, "Tidak. Aku habis buang sampah."

Benar-benar maniak pembuang sampah pagi-pagi.

Tatapanku tertuju dengan kantung plastik yang di bawa Jaemin. Ini sangat mengganggu indera penciumanku. Bau anyir darah menusuk ke hidung.

Tiba-tiba Jaemin mengangkat suara. "Aku menemukan anjing yang sudah mati, jadi aku bawa saja."

"Untuk apa?"

"Aku bosan, tidak ada yang bisa aku ajak main. Hahaha sampai jumpa lagi, Hyunri." Jaemin pergi bersamaan dengan Jeno yang mengklakson mobil.

"Iya, sampai jumpa."

"Aku tidak menyangka akan di permalukan seperti itu oleh orang kantor." Kata Hyunri yang sudah mabuk sambil menenggelamkan wajahnya di meja bar. "Tapi tidak apa-apa selagi bos-ku tampan." tambahnya.

Satu tangan Hyunri yang memegang gelas terangkat di depan wajah Jeno. "Lagi, satu gelas lagi."

Jeno langsung mengambil gelas tersebut, lalu membayar minuman alkohol yang di minum Hyunri. "Kamu membuatku repot, Hyunri." cetus Jeno sambil menggendong tubuh Hyunri yang ringan.

Kepala Hyunri bersandar di pundak Jeno, membuat jantung pria ini berdetak tidak karuan.

"Rasanya aku ingin muntah." kata Hyunri.

"Jangan di saat seperti ini." balas Jeno.

Hyunri malah tertawa, memukul bahu lebar Jeno. "Aku bercanda." Terakhir kalinya Hyunri bersuara sebelum dia tertidur pulas.

Jeno menurunkan Hyunri perlahan-lahan pada jok mobil di sebelah bangku kemudi, lalu memasangkan seatbelt dan sedikit menurunkan sandaran jok supaya Hyunri tidak terbentur dashboard saat Jeno rem mendadak atau semacamnya.

Ia menutup pintu mobil setelah masuk kedalamnya dan melihat wajah Hyunri dengan pipi memerah. Laki-laki mana yang tidak terpesona oleh kecantikan alami yang di miliki perempuan ini.

Jeno mendekatkan bibirnya ke bibir Hyunri, sedetik lagi pasti kedua bibir mereka bersentuhan. Tapi tidak, karena kunci mobil yang tersangkut pada lubang kunci berputar dengan sendirinya menyalakan mesin mobil.

Cih, ada-ada saja. Gumam Jeno frustasi.

"Je—no."

Jeno menutup matanya sebentar sambil membuang napas dengan keras. "Kau mau apa? Mengganggu waktu kami berdua seperti di apartemen tadi?" tanya Jeno.

Sesosok hantu perempuan cantik yang sama di lihat Hyunri saat di apartemen menampakan dirinya yang sedang duduk manis di bangku tengah mobil.

"Je—no."

"Jeno, lihat a—ku."

Jeno berdecak, kemudian melihat ke arah hantu di belakangnya lewat kaca spion tengah. "Apa maumu, Rinyoung?" tanya Jeno.

"Jeno, maaf."

"Maaf."

"Aku minta maaf."

Suara tersebut perlahan menghilang, begitu juga dengan hantu yang bernama Rinyoung. Jeno menyandarkan tubuhnya, lalu memukul setir mobil dengan emosi.

"Kalau saja aku mempunyai wewenang yang lebih tinggi, pasti sudah aku laporkan si brengsek Jaemin." monolognya sebelum menancap gas.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro