Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

13: Dress code

Sebelum mulai membaca, alangkah baiknya untuk
Vote kalau perlu comment
Sebagai dukungan kecil untuk author

Jung Hyunri

Jeno mendesis dengan suara yang gemetar di ujung panggilan. Dia sangat takut, khawatir dan kondisinya sekarang sedang tidak baik-baik saja. Aku lihat unitnya pun gelap, sudah 3 hari dia tidak membuka kordennya.

"Apa yang harus kujelaskan pada orang tuanya. Aku orang terakhir yang di temuinya sebelum menghilang."

Aku mendesah kasar. "Kamu ini bodoh sekali, kenapa harus bertanya padaku? Kamu jelaskan sedetail mungkin."

"Aku tidak mampu. Pikiranku melayang memikirkan hal yang aneh, bagaimana kalau dia—"

"Jeno! Berpikirlah hal yang positif!" Bentakku memotong perkataan Jeno. Kemudian terdengar suara isak tangisnya, membuatku merasa tidak enak karena sudah membentaknya tadi. "Maaf, Jeno."

Panggilan pun terputus setelah aku mengatakan maaf pada Jeno. Tubuhku mendadak lemas, mungkin karena aku belum makan dari pagi.

Tadi pagi Jaemin memberiku makanan, kenapa aku tidak memakan makanannya? Bodoh sekali. Aku memanaskan daging sekitar dua menit di microwave sebelum kumakan.

Satu suap, dua suap dan sampai entah suapan ke berapa, aku baru menyadari ada dua helai rambut panjang bergelombang yang bercampur dengan makanan. Tadinya aku berpikir ini rambut Jaemin yang rontok lalu jatuh ke dalam masakan, tetapi rambutnya tidak sepanjang ini.

Terserah, aku tidak mau banyak berpikir. Itu membuatku menjadi mudah lelah. Wajar saja kalau sedikit tidak bersih, ya karena Jaemin seorang laki-laki.

"Hyunri."
Haechan merentangkan tangannya sambil melayang mendekatiku, niatnya ingin berpelukan tetapi dia malah menembus tubuhku. "Dalaman mu berwarna hitam."

Aku memutar bola mata malas, kemudian mendekati dapur. "Tebakan mu kali ini benar," balasku.

"Memang benar, aku 'kan pintar," kata Haechan sombong.

"Itu karena kamu mengintip kakak saat sedang memakai baju," tambah Goeun yang tiba-tiba muncul di sampingku. Wajah Haechan berkerut tidak suka, hal ini membuatku curiga terhadapnya.

Kutatap Haechan lebih dalam dengan ekspresi sedatar mungkin. "Benar itu, Lee Haechan?"

"Ti-tidak, itu tidak benar. Goeun yang menyuruhku," jawab Haechan terbata-bata. Lalu aku melirik ke arah Goeun. "Goeun?"

"Aku hanya mengatakan bahwa kak Hyunri sedang memakai baju dan tidak untuk menyuruhnya mengintip. Memang pada dasarnya dia sangat bodoh," jelas Goeun.

Tadinya Haechan ingin menghampiri Goeun yang sudah bersembunyi di balik tubuhku, tapi aku tahan dia dengan tatapan tajam. "Dasar laki-laki mesum, kenapa kamu tidak—"

Aku memberhentikan perkataanku saat di rasa mual. Tidak, seperti ada yang menggelitik isi perutku, perut dan punggungku sangat sakit seperti terhimpit dari kedua sisi.

Tidak lama kemudian muncul hantu wanita yang tempo hari meminta bantuanku, hantu wanita dengan wajah yang hancur dan dada yang berlubang. "Kenapa kamu memakan aku, Hyunri?" tanya dia dengan nada sedih.

"Tolong muntahkan, Hyunri. Aku mohon,"

Aku menatap Haechan maupun Goeun, tetapi mereka berdua hanya mengangkat bahu tidak tahu.

Tiba-tiba masakan daging yang di berikan Jaemin untukku terjatuh di lantai, lantaiku jadi kotor karena bumbu daging yang menyebar. "Muntahkan sekarang juga, aku mohon."

Seperti biasa, hantu wanita tersebut menghilang setelah menyuruhku untuk memuntahkan isi perutku. Merepotkan sekali, datang dengan maksud yang misterius dan pergi meninggalkan bekas. Iya bekas, lantai kotor ini karena ulahnya.

Dan ini saatnya mereka mendapatkan pekerjaan. "Anu Haechan, Goeun. Aduh aku mendadak tidak enak badan. Bisa bersihkan ini untukku?" Bukannya menjawab, mereka malah menghilang.

"Kakak harus pakai ini agar terlihat natural," saran Goeun sambil menunjuk bedak tabur. "Orang itu tidak suka ini," tambahnya melarangku memakai foundation.

Sedari tadi Goeun terus berbicara untuk menyuruhku memakai ini itu sesuai arahannya. Kenapa ia sangat tahu yang Jaemin suka dan tidak suka. "Kamu tahu dari mana?"

"Karena orang itu hanya menyukai perempuan cantik natural," jawabnya sombong.

Setelah selesai merias wajah, lebih tepatnya hanya memakai bedak tabur dan lip balm saja, aku langsung memilih sepatu. Tetapi lagi-lagi Goeun berteriak sambil mencoba membuka lemari.

"Itu tidak cocok, dia tidak suka."

Aku memiringkan kepala, lalu membuka lemari. "Harus pakai yang mana?"

Goeun menunjuk dress putih motif bunga sepanjang betis, kalau kupakai untuk date ini terlihat kuno. "Tapi aku lebih suka casual. Jeans longgar dan kemeja gantung."

"Pakai ini, pakai ini. Percayalah padaku," Goeun memohon.

Tidak ada pilihan lagi selain menuruti apa kata Goeun. Aku mengganti pakaian sementara Goeun memilih sepatu yang harus kupakai.

"Sepatu lamamu," Goeun menjinjing flat shoes warna coklat susu. Itu adalah sepatu lamaku, aku masih ingat sepatu ini yang di berikan Haechan saat ulang tahunku.

Padahal aku telah berusaha untuk melupakan sepatu itu, karena jika aku melihat atau mengingat sepatu tersebut aku menjadi sedih.

Haechan. Lirihku dalam hati menyebut nama laki-laki yang kucintai sejak dulu.

"Ya ya ya, itu pemberianku karena kamu meminta aku untuk mengganti sepatumu yang rusak karenaku," kata Haechan sombong.

Suasana hatiku yang tadinya sedih mendadak menjadi kesal. Apa tidak bisa hantu ini memiliki perasaan yang sama?

Langsung saja aku pakai sepatu tersebut, lalu pergi keluar karena Jaemin sudah menunggu di depan pintu.

Aku menatap kagum pria jangkung ini. Selera pakaiannya persis seperti model dan juga tubuh tinggi kekar atletis sangat mendukung.

Dia tersenyum sambil mengambil tanganku untuk di genggam. "Cantik sekali," kata Jaemin lembut.

Kalau boleh jujur, dia juga memiliki pesona yang tidak dimiliki oleh pria lainnya. Entah apa itu, yang pasti setiap wanita yang melihatnya akan terkagum-kagum.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro