Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11: Friend

Sebelum mulai membaca, alangkah baiknya untuk
Vote kalau perlu comment
Sebagai dukungan kecil untuk author.

Jung Hyunri

Haechan menatap secara intens arwah wanita di depanku yang tidak di ketahui identitasnya. Matanya menyipit dengan kepala yang maju kedepan. "Aku tidak kenal," kata Haechan di sertai desahan kasar.

"Aku lupa siapa diriku," ujar arwah wanita.

Kalaupun wajahnya tidak hancur, aku pasti bisa mengenalinya. Mungkin. "Lalu kenapa datang padaku?" Dia tiba-tiba menghilang sebelum menjawab pertanyaanku.

Aku langsung pergi kekamar mandi untuk memuntahkan isi lambungku, sungguh perutku sangat mual. Melihat wajah dan dadanya yang hancur beserta bau amis darah.

"Hyunri tidak apa-apa?" tanya Haechan. Satu tangannya merangkul sambil mengusap rambutku. Aku langsung menepis tangan Haechan. "Modus," ketusku pada Haechan.

Dia hanya mengangkat bahunya malas sambil berlalu keluar dari kamar mandi.

"Haechan, apa kamu tidak berkeliaran selain unitku?"

Haechan menggelengkan kepalanya, "aku tidak bisa menembus sembarangan, itu bisa memakan banyak energi. Kalau begitu aku bisa menghilang dengan sendirinya."

"Tetapi kenapa arwah kamu tidak tenang?"

"Mungkin aku masih punya urusan di dunia ini yang belum aku tuntaskan, tapi aku lupa apa itu."

"Dasar hantu pikunan," cetusku sambil menghela napas panjang. Aku sudah lelah berurusan dengan makhluk astral, cukup sudah aku memiliki Haechan saja. Kalaupun aku harus berteman dengan wanita tadi, dia harus berubah menjadi lebih layak di pandang.

Tiba-tiba handphoneku berdering. Aku melihat Haechan ingin mengambilnya, tetapi tidak jadi setelah aku pelototi dia. "Padahal aku ingin membantu mengambilkan handphone untukmu."

Aku memutar bola mataku malas. "Kamu ingat, handphoneku retak karena ulahmu," balasku.

"Itu tidak sengaja, aku lupa."

"Terserah kamu."

Kemudian handphone berhenti berdering, berganti dengan pesan masuk yang berturut-turut.

Lee Jeno
Aku sangat khawatir, Rinyoung tidak ada kabar sama sekali semenjak putus denganku

Lee Jeno
Orang tuanya terus menghubungiku, aku tidak tahu harus bilang apa. Mereka juga tidak kalah khawatirnya. Apa kamu melihat dia?

"Jeno kenapa?"

"Akhh," teriakku terkejut karena Haechan tiba-tiba bertanya kepadaku. Sekali aku memukul dia, tanganku malah menembus badannya.

Haechan tertawa melihatku yang sedang kesal di buatnya. Aku membalikan badan supaya membelakangi Haechan, tetapi hantu menyebalkan ini malah menembusku. Dapat di rasakan seperti ada kumpulan asap yang melintas.

"Kamu kalau lagi marah sangat jelek. Seperti nenek yang ada di film putri salju," ejek Haechan di iringi kekehan garing. Aku menatap malas Haechan, "terserah kamu."

"Hyunri marah, Hyun. Aku becanda," sesal Haechan sambil menekan-tekan pipiku.

Ini benar-benar tidak adil. Kenapa Haechan bisa menyentuh, sedangkan aku tidak? "Diamlah Haechan, aku sedang membalas pesan Jeno."

Bukan Haechan namanya kalau bisa berhenti menggangguku, dia terus menerus menyentuhku dengan jari telunjuknya itu.

Batas kesabaranku mulai memuncak, aku mematikan handphone lalu mengenakan cardigan mocca dan flatshoes. Daripada di dalam unit bersama Haechan, lebih baik aku pergi keluar menghirup udara segar.

Tadinya aku ingin mengunjungi unit Jeno, tetapi aku ingat kalau dia akan pergi ke kantor polisi untuk melapor bahwa Rinyoung hilang.

Kududuk di bangku kayu sebelah air pancur yang terletak di sisi depan apartemen dan bersebelahan dengan taman bermain anak-anak. Hari ini sangat ramai, banyak yang menemaniku di sini. Iya, mereka semua yang berbeda alam denganku tiba-tiba menampakan dirinya. Dan jujur saja hantu anak perempuan yang kira-kira berusia 15 tahun terus mengikutiku, aku bertemu dengannya sewaktu di lift. Gaunnya sangat lusuh, lingkar matanya menghitam dan banyak bekas luka tusukan di tubuhnya. Meskipun begitu, aku tahu dia anak yang cantik.

Aku mengusap tengkukku yang merinding. "Um, kamu tidak bermain dengan yang lain?" tanyaku hati-hati. Setelah aku bertanya seperti itu, anak ini malah menatapku tajam sambil menunjuk kebalkon rumah di sebelahku. Tepatnya balkon rumah Jaemin.

"Dia bermain denganku, dulu sebelum benda itu membunuhku," jawab anak tersebut di iringi senyuman yang lebar nan horor. "Semua 6 orang, di hari yang sama menjadi sepertiku."

Aku tersenyum kaku menanggapi gadis kecil ini. Perkataannya membuatku merinding saja. "Omong-omong siapa namamu?" tanyaku spontan. Tidak salah bukan kalau aku menanyakan hal ini?

"Tidak tahu," jawabnya.

"Bagaimana tidak tahu?"

"Aku tidak punya ingatan sewaktu hidup, aku bergentayangan tanpa tujuan," raut wajahnya mendadak murung lalu menoleh ke arah taman anak-anak di sebelah air pancur. "Aku ingin main di sana, tetapi sendirian sangat tidak mengasikan."

Refleks aku menjentikan jari. "Bagaimana kalau kita berteman?" mungkin ide bodoh ini berhasil membuat dia senang, dan arwahnya yang bergentayangan mempunyai tujuan.

"Aku tidak tahu namaku," balasnya masih terlihat murung.

"Aku Hyunri. Boleh kupanggil Goeun?"
Dia menatapku sayu, namun tajam menusuk. "Silakan," jawab Goeun sambil menunduk, berikutnya ia tersenyum ramah memamerkan eyes smilenya. "Terima kasih, kak."

"Teman baru, ya?" tanya Haechan sambil menekuk wajahnya.

Aku baru pulang langsung di sambut dengan wajahnya yang jelek seperti ini, terlebih untuk Goeun yang baru berkunjung. Ia bersembunyi di balik tubuhku, tangannya meremas cardiganku sambil mengintip Haechan yang sedang duduk santai dengan kaki di letakan pada meja.

"Bisa sopan tidak memperlakukan gadis manis ini, hah?"

Bukannya menjawab Haechan malah mengikuti perkataanku tadi. Saat aku ingin berteriak, hantu Haechan sudah menghilang. "Aku cemburu kamu berteman dengan yang lain," kata Haechan.

"Nampakan dirimu di hadapanku!" aku membentak. Tetapi sudah tidak ada balasan lagi dari Haechan. Yang ada hanya tawa cekikikan dari Goeun.

Kutinggalkan dia di ruang tamu, sementara aku ke dapur untuk menaruh makanan ringan yang sengaja kubeli tadi.

"Aakkhh sakit sakit sakit, kak Hyunri tolong aku!" Teriak Goeun dari ruang tamu. Ternyata ini ulah Haechan.

Haechan menarik rambut Goeun yang di kepang dua, lalu di mainkan seperti layaknya mengendarai kuda. "Haechan, hentikan!"

"Aahhh Hyunri, aku minta maaf," kata Haechan sambil pergi menembus tembok.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro