Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Extra Story : Chapter 3

Apa tadi itu?

Wriothesley terus menanyakan hal itu sejak ia saling bertatapan dengan sepasang bola mata besar yang bercahaya di pintu masuk bawah laut Benteng Meropide. Dia bahkan mempertanyakan kewarasannya pula saat itu juga apa ia mulai berdelusi atau tidak.

Tidak, mereka sungguh nyata.

Setelah akhirnya ia memutuskan untuk mencaritahu tentang mereka, Wriothesley mengumpulkan apa pun yang berhubungan dengan monster dan makhluk laut di kolom berita surat kabar Court of Fontaine.

Di ruang kerjanya yang gelap dan dingin, Wriothesley meniti setiap artikel yang dapat ia temukan. Berita-berita itu sebagian besar berfokus pada penampakan hewan laut besar dan peristiwa aneh di perairan Fontaine. Beberapa artikel menyebutkan "makhluk raksasa dengan mata bercahaya," namun deskripsinya terlalu samar untuk memberikan informasi detail.

"Mungkin aku harus mulai dari sini," gumam Wriothesley, membolak-balik halaman surat kabar di depannya.

Laporan-laporan tersebut memberikan sedikit petunjuk, tetapi tidak ada yang menjelaskan sepenuhnya apa yang ia lihat. Dia memutar-mutar pena di tangannya, mencoba menghubungkan titik-titik yang tersebar dalam berbagai cerita. Semakin ia membaca, semakin jelas baginya bahwa makhluk-makhluk itu bukanlah fenomena alam biasa.

Ia menelusuri lebih dalam, mencari jurnal-jurnal ilmiah dan laporan-laporan lama yang mungkin memberikan petunjuk tambahan. Namun pikirannya terus melayang ke pertemuan kala itu. Tatapan bola mata besar itu masih jelas teringat di benaknya. Ada sesuatu yang tidak asing dari cara kedua makhluk itu melihatnya, menatapnya, seakan mereka mengenali dirinya.

Dia mengingat satu nama—Neuvillette. Sebagai Iudex yang terhormat, Neuvillette memiliki akses ke banyak informasi rahasia dan mungkin tahu lebih banyak tentang fenomena aneh ini. Dan meski Neuvillette tak berniat menyembunyikannya, dia tidak pernah mengatakan apa pun seperti ketika ia menyelesaikan masalah air Lautan Purba beberapa tahun lalu.

Namun, sulit baginya untuk menemui Neuvillette. Hubungan mereka tidak rumit, sungguh; hanya saja Wriothesley merasa canggung kepadanya, dan walaupun [Name] tidak mengatakan apa pun pada Neuvillette, ini semakin membuatnya menjadi rumit. Ditambah, sebetulnya dia sangat ingin menghindari—

"…."

Dan tiba-tiba, dua pasang bola mata violet kebiruan memandanginya dari arah bawah meja, mereka menyembulkan sedikit wajahnya. Wriothesley mendesah lelah.

Kurasa aku sudah mulai gila.

"Apa sekarang Benteng Meropide menjadi tempat bermain anak-anak?" Gumamnya lebih kepada diri sendiri selagi dua pasang mata itu masih menatapnya, mereka saling melirik sejenak dan kembali padanya.

"…."

Wriothesley mendesah pendek. "Bagaimana kalian bisa sampai di Benteng Meropide?"

"Tinggal memasukinya," jawab anak laki-laki itu singkat.

Oh, tentu. Tinggal memasukinya. Meski tidak salah entah kenapa terdengar sangat menjengkelkan. Seingatnya, dia sudah meminta siapa pun yang menjaga pintu masuk Benteng Meropide untuk tidak sembarangan mengizinkan siapa pun memasuki benteng tanpa izin. Namun bagaimana cara anak-anak ini memasukinya?

"Orang yang cerdas akan memberikan jawaban yang cerdas juga," tukas Wriothesley. "Jadi katakan padaku, bagaimana kalian bisa masuk ke sini?"

"Kami mendapatkan izin masuknya," jawab anak laki-laki di depan Wriothesley polos. "Menggunakan ini."

Mata Wriothesley menyipit, ia mengenal dengan baik pin yang ditunjukan anak laki-laki itu padanya. Tentu saja, bagaimana pun hanya ada satu pin seperti itu dan hanya ada satu orang yang ia beri—[Name].

"Kalian tahu bukan kalau pencurian itu adalah bentuk tindak kriminal?" Tanya Wriothesley tajam.

Kedua anak itu tertegun, mereka saling membuang pandangan dengan canggung. Lalu anak laki-laki itu berkata lagi, "kami… meminjamnya… dari Mama."

"Meminjamnya tanpa izin?"

"…."

Wriothesley menghela napas panjang, mencoba meredam kekesalannya. "Dan kenapa kalian memutuskan untuk datang ke sini?" tanyanya, suaranya mulai melunak meski tetap terdengar tegas.

Anak perempuan yang berdiri di sebelah anak laki-laki itu akhirnya angkat bicara, suaranya lembut dan sedikit gemetar. "Penasaran? Papa sering berbicara tentang Benteng Meropide dan kami ingin bertemu Nona Sigewinne."

"…."

Wriothesley tidak mungkin tidak mengenali kedua anak ini, bagaimana pun kelahiran kedua anak ini sangat menggemparkan Fontaine. Neuvillette—yang entah sudah berapa lama dia hidup—akhirnya memiliki anak, terlebih mereka sangat mirip dengannya secara fisik meskipun wajah putrinya mirip dengan [Name].

Namun dia tidak pernah bertemu dengan anak-anak ini secara langsung, hanya mendengarnya berdasarkan cerita dari Sigewinne. Dan Wriothesley harus akui kalau kedua anak ini menawan, sangat menawan. Ditambah—kenapa aku merasa tidak asing dengan cara mereka menatapku?

"Baiklah," katanya sambil mengusap wajahnya, berusaha mengumpulkan kesabarannya. "Kalian berdua tahu, ini bukan tempat untuk anak-anak bermain."

Anak laki-laki itu mengangguk pelan. "Kami tidak bermaksud membuat masalah. Kami hanya ingin melihat seperti apa di dalamnya."

Wriothesley menatap kedua anak itu dengan cermat. Mereka tampak jujur, tetapi dia tidak bisa begitu saja mengabaikan fakta bahwa mereka telah masuk ke Benteng Meropide dengan cara yang tidak lazim.

"Baiklah," akhirnya dia berkata dengan nada tegas namun lebih lembut. "Aku akan mengizinkan kalian berada di sini sebentar, tetapi hanya jika kalian berjanji untuk tidak menyebabkan keributan dan selalu berada di bawah pengawasanku. Mengerti?"

"Ya, kami mengerti. Terima kasih, Tuan Wriothesley."

—oOo—

"Tuan Wriothesley," panggil anak laki-laki itu. "Kenapa Papa selalu waspada pada Yang Mulia?"

Wriothesley menoleh dengan alis yang naik sebelah. "Waspada? Apa maksudmu?"

"Papa itu kuat."

Aku tahu….

Tidak ada yang meragukan kemampuan Neuvillette. Dia sudah hidup lebih dari mungkin 500 tahun, dan selama 500 tahun itu dia selalu memimpin seluruh persidangan di Fontaine, dan menyelesaikan masalah Air Lautan Purba seorang diri. Seakan masalah apa pun akan selesai di tangannya.

Kecuali beberapa hal yang berkaitan dengan hubungan antar manusia.

Namun itu tidak akan jadi masalah setelah dia menikah dengan [Name]. Harus ia akui bahwa mereka begitu sempurna, sangat sempurna hingga membuat dia yang melihatnya merasa jengkel. Sang Duke tahu kalau [Name] bisa bersikap fleksibel pada setiap orang sehingga membuatnya tampak cocok dengan siapa pun termasuk mungkin—

"Tapi Papa selalu terlihat waspada terhadapmu," kata Louise melanjutkan. Bola mata besarnya melihat ke arah sang Duke dengan sorot polos. "Terutama ketika hal itu menyangkut tentang Mama. Apa Tuan Duke tahu kenapa Papa seperti itu?"

"…."

"Oh, Nona Sigewinne!" Louise berlari ke arah gadis Melusine itu dengan riang menyambutnya.

"Kau sudah tambah besar, ya."

Bukan pemandangan yang aneh mengingat Sigewinne yang membantu kelahiran kedua anak ini, ditambah dia pula yang akan merawat mereka ketika mereka baru belajar berjalan dan ketika mereka mengidap penyakit yang tidak diketahui dokter pada umumnya di Court of Fontaine.

Membicarakan Neuvillette, ini terasa sangat aneh karena Wriothesley bahkan hampir tidak pernah bertemu [Name] kecuali ketika wanita itu bersama dengan Neuvillette. Singkatnya, dia selalu terlihat bersama Neuvillette hingga membuat orang-orang sangat iri padanya. Selalu tampak bergandengan, sangat dekat, bahkan tak jarang mereka terlihat begitu mesra dimana-mana.

Tidak ada alasan bagi Neuvillette untuk merasa waspada kepadanya, apalagi mereka sudah menikah dan [Name] memilihnya. Kecuali itu jika Neuvillette—

"Yang Mulia, apa mungkin kau masih menyukai Mama?"

Wriothesley tertegun sejenak oleh pertanyaan Lorraine yang tiba-tiba. Bola mata besar gadis kecil itu menatapnya dengan polos namun tajam, seolah menuntut jawaban yang jujur.

Sigewinne yang baru datang juga terdiam, seakan merasa suasana menjadi sedikit canggung. Wriothesley menghela napas, menatap anak itu dengan tatapan yang lebih lembut.

"Itu pertanyaan yang sulit, ya… tapi aku akan jujur padamu," kata Wriothesley sambil berjongkok, mensejajarkan dirinya dengan Lorraine. "Mungkin aku—"

"Yang Mulia!" Seorang penjaga berteriak, berlari ke arah sang Duke dengan tergesa-gesa. Dia berhenti dan berkata dengan intonasi panik, "terjadi kebocoran di Zona Produksi Terbengkalai!"

"Situasinya?" Duke lantas berdiri, ekspresinya berubah serius.

"Untuk saat ini, pintu airnya masih cukup untuk menahan tekanan yang masuk, tapi mungkin tidak akan lama lagi."

Wriothesley segera mengalihkan perhatian penuh ke penjaga itu, menyadari bahwa situasinya mungkin lebih serius dari yang awalnya terdengar. Dia menoleh ke Sigewinne dan berkata, "Sigewinne, tolong bawa anak-anak ini ke tempat yang aman. Pastikan mereka tidak keluar dari ruangan sampai situasi terkendali."

Sigewinne mengangguk. "Ayo, anak-anak. Ikuti aku," katanya sambil mengarahkan Louise dan Lorraine untuk menjauh.

Meskipun kedua anak itu tampak sedikit bingung dan khawatir, mereka mengikuti Sigewinne dengan patuh. Wriothesley melihat mereka pergi sejenak sebelum kembali fokus pada penjaga yang masih menunggu instruksinya.

"Kumpulkan tim perbaikan dan pastikan semua langkah darurat diambil. Aku akan segera ke sana."

"Baik, Yang Mulia!"

—oOo—

"Bagaimana?"

"Untuk saat ini, kami berhasil menahan tekanannya," jelas seorang penjaga pada sang Duke. "Tapi mungkin tidak akan bertahan lama."

"Periksa semua penyangga dan pastikan tidak ada retakan tambahan. Siapkan pompa tambahan untuk mengurangi tekanan," perintahnya dengan suara tegas.

Teknisi-teknisi itu bergerak cepat, mematuhi instruksi Wriothesley. Dia sendiri tidak tinggal diam, membantu memeriksa kondisi struktural pintu air dan memastikan semua berjalan sesuai rencana.

Saat sang Duke mengira kebocorannya sudah berhasil ditangani dengan baik, salah satu sudut baut di pintu airnya terlepas hingga membuat baut-bautnya yang lain berhamburan.

Sebelum Wriothesley pergi dari sana dengan para penjaganya yang lain, pintu air itu hancur dan menghantam sang Duke dari arah depan.

"Aku yakin Yang Mulia bisa menghentikan air bah seperti ini, tapi kenapa Tuan Duke begitu terkejut?"

"Kalian—!?"

Sepersekian detik kemudian, luapan air dihadapannya membeku seketika. Suhu disekitarnya segera turun, mendingin hingga rasanya begitu menusuk kulitnya. Dia menoleh ke arah sumber kekuatan itu dan melihat dua anak kecil dengan tangan terulur, menunjukkan kekuatan yang luar biasa.

"Louise? Lorraine?" seru Wriothesley, masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Dihadapannya, Lorraine mengulurkan tangannya yang memancarkan kekuatan electro dengan tegap, sementara Louise berdiri dengan santai di belakangnya seolah hal itu bukan apa-apa untuk mereka.

"Yang Mulia," panggil Louise. "Sebaiknya kita keluar dari tempat ini sebelum Lorraine membekukan ruangan ini."

"Membekukan?"

"Absolute Zero," sambung Sigewinne yang muncul dari arah belakangnya. "Seperti yang Tuan Muda katakan, tempat ini akan sangat berbahaya."

Wriothesley merasa suhu dingin semakin menusuk kulitnya, melihat Lorraine yang bersiap untuk menggunakan kekuatannya lebih lanjut. Dia menyadari bahwa mereka harus segera keluar dari sana.

"Baiklah, kita harus bergerak cepat," katanya dengan tegas. "Semua orang, keluar sekarang!"

Para teknisi dan penjaga bergerak dengan cepat, meninggalkan area itu sementara Lorraine bersiap untuk meluncurkan kekuatan cryo-nya sepenuhnya. Wriothesley memastikan semua orang aman sebelum dia sendiri mulai bergerak keluar.

"Lorraine, kau yakin bisa menahan ini?" tanya Wriothesley, berbalik sebentar untuk melihat gadis kecil itu.

Lorraine mengangguk dengan percaya diri. "Ya, Yang Mulia. Aku bisa mengendalikan ini. Dan Louise, sebaiknya kau panggil Papa sebelum aku membekukan seluruh Benteng Meropide."

"Aku tahu."

Lorraine menutup matanya sejenak, merasakan kekuatan cryo mengalir melalui tubuhnya. Dengan gerakan cepat, dia meluncurkan gelombang energi cryo yang membekukan air yang masih tersisa dan memperkuat struktur sementara yang telah mereka buat.

Lorong disekitar Lorraine langsung membeku, suhu udara turun drastis hingga mencapai titik beku mutlak. Es tebal segera melapisi setiap permukaan, menghentikan aliran air yang meluap-luap disekitarnya.

"Sekarang kita harus memastikan tempat ini tetap stabil," kata Wriothesley, mengalihkan pandangannya kepada Sigewinne. "Siapkan tim untuk memantau situasi dan lakukan perbaikan permanen secepat mungkin."

"Segera dilaksanakan, Yang Mulia!"

—oOo—

Papa, pintu air di Benteng Meropide bocor, apa Papa bisa datang ke sini sekarang? Lorraine sedang menahannya dengan membekukan air yang melewati lorong

Neuvillette yang mendapatkan telepati seperti itu dari putranya segera menghentikan gerakan di jari-jarinya. [Name] yang segera menyadari ada sesuatu dengannya bertanya, "ada apa?"

"…." Neuvillette terdiam sejenak dan mendongak sebelum menjawab, "sepertinya anak-anak bermain di Benteng Meropide."

"… tolong jangan bicara seperti itu, Iudex."

"Dan sepertinya terjadi sesuatu di sana," kata Neuvillette lagi. "Louise memanggilku, aku akan pergi ke sana. Bagaimana denganmu?"

[Name] memyunggingkan senyuman kecil dan menggeleng. "Pergilah. Aku akan di sini menggantikanmu sebentar."

Dan setelah satu kecupan singkat di bibir [Name], Neuvillette segera melesat dari sana menuju Benteng Meropide dengan cepat.

Begitu ia sampai, semuanya tampak begitu normal dan tak ada masalah apa pun, dan pada saat yang sama, Wriothesley menjelaskan semua permasalahannya secara mendetail termasuk bagaimana Lorraine menyelesaikan permasalahannya di sini.

Neuvillette menatap Lorraine dengan alis berkerut samar, sementara putrinya hanya menunduk darinya, seakan sedang menghindari pandangannya.

"Lorraine," panggil Neuvillette, dia berjongkok untuk mensejajarkan dirinya. "Terima kasih karena sudah melindungi Benteng Meropide, apa kau baik-baik saja?"

"Iya." Gadis itu mengangguk.

"Apa ada yang terluka?"

"Tidak." Dia menggeleng.

"Kau yakin? Apa kau sudah memastikannya? Apa kau merasa kedinginan?"

"Aku baik-baik saja." Jawaban singkat.

"…."

Pada detik itu Neuvillette segera sadar bahwa ia benar-benar sulit untuk berbicara dengan putrinya.

Lorraine tidak pernah seperti ini sebelumunya, dia selalu bertindak seperti anak-anak pada umumnya yang bermanja dengan orang tua mereka. Namun entah sejak kapan, Lorraine tampak selalu menghindarinya seperti ini. Berbicara seadanya sampai hampir tidak pernah berbicara padanya, tidak jarang putrinya menghindari pandangan darinya. Tapi apa alasannya?

"Wriothesley." Neuvillette bangkit dari posisinya, menoleh kepada sang Duke. "Aku akan pergi dengan anak-anakku sekarang. Terima kasih karena sudah menjaga mereka."

"Tentu saja."

"Maaf merepotkan. Anggap saja aku berutang padamu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro