Episode 43
Hari ini pun tiba.
Hari dimana [Name] keluar dari Benteng Meropide seperti yang diminta Neuvillette sebelumnya. Walaupun harus melewati banyak hal, tapi akhirnya dia bisa melihat mentari lagi.
Selama di dalam Benteng, Neuvillette secara rutin mengirimkan laporan terbaru tentang hasil penyelidikannya sementara [Name] memberikan balasan berupa kecurigaannya dan permintaan investigasi lainnya.
Ditambah berkat investigasi dari Wriothesley, [Name] juga mendapatkan beberapa petunjuk lainnya. Jadi selain hari ini dia harus turun ke TKP seperti permintaan Neuvillette, [Name] juga meminta kepada pria itu untuk dipanggilkan beberapa orang yang berkaitan dengan kasus ini.
"Selamat pagi, Nona [Name]," Neuvillette menyapanya. "Akhirnya kau datang."
"Selamat pagi, Monsieur Neuvillette." [Name] menunduk hormat padanya.
"Kau cocok mengenakannya."
[Name] melemparkan senyuman riangan kepada pria bertelinga runcing itu. Barang yang Neuvillette kirimkan tidak lain adalah seragam anggota Marechaussee Phantom berwarna biru. Dia tahu seharusnya dia tidak mengenakan itu karena bagaimana pun dia bukan anggota Marechaussee Phantom, tapi [Name] sudah terlanjur menyanggupi permintaan Neuvillette tempo hari.
"Lagipula di sini tidak terlalu dingin, jadi kau tidak memerlukan pakaian yang tebal," kata Neuvillette menambahkan.
"Oh... begitu rupanya." Perempatan di dahi Wriothesley muncul.
Lagi-lagi mereka ini....
[Name] menghelakan napas lelah dalam benaknya. Bagaimana pun dia paling tahu kalau keduanya adalah orang yang saling menghormati satu sama lain, jadi melihatnya seperti ini ia merasa sangat aneh.
Kenapa tiba-tiba jadi berbeda?
Tetiba [Name] teringat pada seseorang. "Nona Furina?" tanyanya penasaran.
"Aku katakan padanya kalau mungkin kita akan menemukan jasad lainnya, jadi dia mengurungkan diri untuk ikut."
Entah kenapa rasanya apa yang dikatakan Neuvillette sedikit berbeda dengan maksudnya, tapi saat itu [Name] hanya mengabaikannya saja. Kini ia harus fokus pada yang ia lakukan.
Saat hendak ingin melangkah pergi, tiba-tiba Neuvillette dan Wriothesley mengulurkan tangannya bersamaan pada wanita itu. Mereka saling beradu pandang sekali lagi.
Mengawal seorang wanita untuk keluar dan masuk ruangan, membantunya untuk naik dan turun dari kereta kuda, dan sebagainya adalah etiket dasar yang diberikan kepada seorang Nona muda dari para pria jika mereka berjalan berdampingan.
Namun tidak ketika keadaannya tidak seperti itu. Seorang pria hanya menawarkan tangannya untuk wanita raih ketika keduanya memiliki suatu hubungan. Dan wanita yang menolak tawaran itu sama dengan mempermalukan orang yang memberikan penawaran itu, [Name] tidak bisa menolak keduanya begitu saja tanpa alasan.
Namun saat itu [Name] membukuk hormat kepada keduanya dan berkata, "terima kasih atas tawaran Anda sekalian. Saya hanya akan mengikuti Anda berdua dari belakang mengingat posisi saya yang rendah ini."
"Jangan bicara seperti itu, [Name] ...!"
"Kau bukanlah wanita rendahan. Jangan sampai itu mempengaruhimu, Nona [Name] ...!"
[Name] mengembangkan senyumannya. "Terima kasih banyak. Kalau begitu saya serahkan hari ini pada kalian."
Keduanya tidak memaksa, mereka pun melangkah di samping [Name]. Walaupun tidak seperti permintaan wanita itu, tapi [Name] tidak bisa mengajukan keberatan lagi walaupun ingin.
Ya, ini lebih baik daripada terpaksa menggandeng salah satunya padahal aku tidak punya hubungan yang istimewa....
—oOo—
Ketiga orang itu akhirnya sampai di kediaman Michel Fourniret. Setelah memastikan identitasnya masing-maisng—termasuk dirinya sebagai seorang narapidana—[Name] memasuki ruangan dimana Michel Fourniret dibunuh.
Semuanya tidak banyak berubah, semua tampak seperti saat ia datang untuk konsultasi hukum dengan Wriothesley kala itu. Tentu selain kamarnya yang sangat berantakan seperti saat pelaku pembunuhan itu datang.
[Name] kembali mengulas kasusnya kembali di dalam kepalanya.
Korban adalah Michel Fourniret, pemilik toko perhiasan sekaligus pengerajin yang ada di Court of Fontaine. Berdasarkan hasil penyelidikan pertama, korban mengonsumsi obat jenis halusinogen dalam jumlah banyak yang ditemukan pada tubuh pun gelas yang pecah dan dibunuh dengan cara dicekik sampai kehabisan napas.
Pelakunya adalah seorang wanita dengan rambut merah yang sedang bermalam dengan korban di hari yang sama. Mengingat tidak adanya indikasi perlawanan dari korban, ada kemungkinan pelaku adalah orang yang sudah dikenal baik dengan korban.
"Ada tiga hal yang mengganjal dari hasil penyelidikan tim forensik kedua kalinya," kata [Name].
Pertama, jejak yang ditemukan.
Hanya ada satu jenis sepatu di kamar ini dan itu bukan milik [Name]. Jika wanita itu benar pelakunya, seharusnya tidak ada jejak seperti itu di kamar ini. Ditambah jejak itu sedikit berlumpur dan dapat ditemui hampir diseluruh kediaman korban. Benar, itu adalah jejak dari sepatu pelayan yang bekerja di sini.
Kedua, kenapa harus obat jenis halusinogen?
Jika memang sejak awal ingin membunuhnya, pelaku pasti akan memberikan obat tidur yang cukup kuat lalu membunuhnya atau memberinya racun yang mematikan. Dengan kata lain pelaku tahu kalau korban adalah orang yang sangat berhati-hati dan sulit didekati—melihat bagaimana peralatan minum tehnya dilapisi dengan perak, tidak heran lagi jika pelaku pasti menyadari itu.
"Setelah kau katakan begitu, memang jadi terdengar aneh," ujar Wriothesley.
[Name] mengangguk. "Tapi bagaimana jika yang mendekatinya adalah orang yang diinginkannya—dalam hal ini yang korban sukai?"
"Jangan bilang—"
[Name] keluar dari kamar Michel Fourniret dan mendekati sebuah meja besar dimana semua sampel yang diambil oleh tim forensik dijejerkan di atasnya. Wanita itu mengambil salah satu kantong berisi gelas pecah yang ditemukan di TKP yang digunakan untuk mencampurkan obat.
"Wriothesley, apa kau ingat dengan gelas ini?" tanya [Name] kemudian.
Pria itu menaikan sebelah alisnya. "Bukankah ini... gelas yang kita gunakan saat berkunjung?"
[Name] mengangguk lagi. "Benar. Sidik jariku yang ditemukan di TKP ada di gelas yang pecah ini. Benar begitu, Dokter Virchow?"
"Seperti kata Nona. Kami menemukan sidik jari Nona pada gelas yang pecah dan hanya menemukan sidik jari korban pada gelas satunya."
Jika [Name] sungguh pelakunya, tidak mungkin dia meninggalkan sidik jarinya hanya pada salah satu gelas sementara yang lainnya tidak. Dia tidak mungkin menyeduhkan teh dengan melepas pasang sarung tangan yang dikenakannya.
"Dengan kata lain, pelaku menyimpan gelas yang kupakai dan dia gunakan untuk meninggalkan jejak."
"Tapi kenapa harus kau dan bukan yang lain?" Tanya Neuvillette.
"Ini berkaitan dengan inveatigasi yang Anda lakukan, Monsieur Neuvillette."
Sebulan yang lalu, korban membuka wawancara untuk mencari pekerja wanita dengan kriteria rambut merah dan mata violet, persis seperti karakteristik yang dimiliki [Name]. Mungkin terlihat seperti kebetulan, tapi sesungguhnya tidak seperti itu dan keyakinan itu didasari dari foto-foto yang diberikan Wriothesley padanya dari Paparazinya. Jelas kalau korban sudah mengincarnya.
"Apa dia ingin memanfaatkanmu untuk mendekati Michel Fourniret?" tanya Wriothesley.
"Lebih tepatnya adalah keberadaanku," kata [Name]. "Itulah kenapa pelaku memberinya halusinogen dan bisa mendekati korban karena yang dilihatnya malam itu adalah aku dan bukan pelaku."
"Bagaimana dengan fotonya?" Neuvillette menimpali. "Foto yang memberatkanmu di pengadilan."
"Ah, kalau itu...."
"Itu bukan Nona [Name], Monsieur Neuvillette," Dokter Virchow menjawab. "Benar itu wanita berambut merah, tetapi bukan Nona. Selain itu rambutnya juga bukan merah."
Setelah dilakukan investigasi ulang TKP, Dokter Virchow menemukan sehelai rambut berwarna merah tertinggal di kasur korban. Begitu diteliti, rambut itu bukanlah rambut dengan warna yang alami merah melainkan karena diberi pewarna.
Malam itu penjaga melihat pelaku dengan tudung tanpa melihat wajahnya, tetapi ia yakin kalau itu adalah [Name] dan membiarkannya masuk. Metode yang sama juga digunakan untuk memancing korban untuk sampai ke kamarnya.
"Tapi hasil penyelidikan tidak menemukan apa pun selain yang ada di sini," ujar Neuvillette. "Apa pelaku membawanya?"
"Lalu apa yang digunakan pelaku?" timpal Wriothesley.
"Surat."
Jika itu surat dari [Name], korban tidak akan menolaknya. Pelaku jelas mengetahui obsesi dan keinginannya pada wanita itu, jadi dia memanfaatkannya.
Tidak sulit untuk menemukan tulisan [Name] di arsip tempatnya belajar dulu dan dari surat balasan yang ia kirimkan untuk konfirmasi kedatangannya saat konsultasi, dengan kata lain mudah saja bagi pelaku untuk membuat surat palsu atas namanya dan dikirimkan kepada korban. Sementara pelaku memasuki kediaman korban dengan surat balasan dari korban kepada [Name].
Namun [Name] tidak pernah menerima surat apa pun dari korban, dengan kata lain pelaku adalah orang dalam kediaman korban sendiri.
Saat keheningan melanda, suara tepuk tangan dari arah pintu masuk terdengar. "Deduksi yang luar biasa, Nona [Name]."
"Akhirnya kau datang juga, Nona Arlecchino."
Wanita itu tersenyum penuh makna. "Tentu saja. Aku tidak akan melewati pertunjukan menegangkan seperti ini."
"Kenapa kau ada di sini, The Knave?" Wriothesley memberikan balasan dingin dan menatapnya ganas.
"Tenanglah, Wriothesley," ujar [Name]. "Aku yang mengundangnya untuk datang karena kasus ini berkaitan dengan permintaannya."
"Permintaan?"
"Nona Arlecchino, kenapa kau berbohong?" tanya [Name] dengan tatapan serius.
Wanita di depannya mengulum senyuman tipis. "Tentang apa?"
"Kau memintaku untuk menemukan dua anak House of The Hearth, tapi sebenarnya kau tahu dimana mereka, 'kan?"
"Benar," jawabnya santai. "Aku tahu tapi aku tidak menemukan mereka. Terlebih aku tidak bisa sembarangan menyentuh Michel Fourniret."
Keluarga bangsawan yang Arlecchino habisi adalah keluarga yang sudah melakukan berbagai kejahatan tetapi selalu bebas dari hukum di Fontaine. Dia hanya bertindak berdasarkan keadilannya sendiri sebagai seorang Algojo.
Sejak awal wanita itu mengirimkan kedua anak pantinya dengan tujuan untuk mencari kejahatan mendiang Michel Fournirer, tetapi hal tak terduga terjadi saat kedua anaknya juga turut menjadi korban. Karena itulah ia memutuskan untuk mencari tahunya sendiri. Walaupun ia tahu pelakunya adalah Michel Fourniret, tapi ia tidak menemukan bukti kejahatannya sama sekali sehingga ia tidak bisa mengeksekusinya seorang diri dan meminta [Name] untuk mencaritahunya.
[Name] menghelakan napasnya pasrah. "Bukan hanya itu, kau bahkan membuatku menjadi Narapidana."
"Apa? The Knave yang melakukannya!?" pekik Wriothesley terkejut.
Tentu, itu sangat jelas. Lain kali aku harus berhati-hati mengingat betapa lihainya wanita ini dalam berbicara.
Fotografer yang memotret [Name] saat berada di Hotel Bouffes d'ete dan disambut oleh Lyney, Lynette, dan Freminet tidak mungkin menyerahkan foto itu ke Pengadilan begitu saja.
Foto yang diambilnya itu seperti pedang bermata dua. Jika dia tidak menyerahkannya pada Palais Mermonia, dia akan dianggap menyembunyikan bukti pendukung dan menghambat proses pengadilan sementara jika ia menyerahkannya, entah apa yang akan dilakukan The Knave padanya. Bagaimana pun informasi kalau Hakim Pendamping dari Palais Mermonia bekerja sama dengan House of The Hearth adalah informasi yang besar.
Dengan kata lain yang menyerahkan foto itu tidak lain adalah The Knave sendiri.
"Apa aku salah?"
Arlecchino sekali lagi tertawa ringan. "Kau hebat sekali, Nona [Name]. Aku penasaran, bagaimana kau mengetahuinya?"
Karena itu adalah dirimu, Arlecchino.
Dia adalah wanita yang rela memanfaatkan apa pun yang ada di depannya bahkan jika membunuh dewa yang ia layani dapat menguntungkannya, dia akan melakukannya. Tidak ada terkecuali.
"Aku lebih penasaran kenapa kau melakukan itu padahal kau sendiri memintaku," kata [Name] lagi.
"Ah, itu karena aku hanya ingin mengujimu," ujarnya. "Aku penasaran apa yang akan kau lakukan saat kau tidak bisa melihatnya langsung."
Perempatan di dahi [Name] muncul. Jika [Name] bisa melawannya, dia ingin sekali melawan wanita ini. Tapi jelas [Name] tahu kalau itu tidak mungkin kecuali dia ingin mendapatkan tiket VIP menuju alam baka.
Akan tetapi yang jelas, [Name] juga merasa sepertinya Arlecchino menyembunyikan hal lainnya. Ya, lagi pula dia tidak ingin menebaknya jadi [Name] memilih untuk mengabaikannya.
"Aku mengerti. Itu artinya pelaku adalah orang yang ada di kediaman ini," ujar Neuvillette.
[Name] mengangguk. Dia mengetahui kebiasaan dan apa yang diinginkan korban, memiliki kesempatan untuk menyimpan gelas yang digunakan [Name] dan mengambil surat balasan korban untuknya, pun orang yang meninggalkan jejak berlumpur di dalam kamar korban.
"Benar. Pelakunya adalah salah satu pelayan yang bekerja di sini. Aku akan memeriksanya sekarang," jawab [Name]. "Pelayan yang mengenakan sepatu berukuran 7 inci, harap maju ke depan."
Dua orang pelayan maju dengan ragu. Wajahnya memucat dan tubuhnya bergetar, itu adalah ekspresi yang umum diberikan setiap orang ketika ia melakukan investigasi.
"Baiklah. Tolong buka penutup rambut kalian," pinta [Name].
"Penutup... rambut ...?" Kedua pelayan itu saling melirik.
"Bukalah," Wriothesley mendesak.
Salah seorang pelayan membuka kain yang menutupi rambutnya. Detik berikutnya, rambut coklat pendeknya tergerai hingga bahunya. Sementara pelayan yang satunya hanya diam membatu, dia menundukkan kepalanya.
"Buka penutup rambutmu," Wriothesley kembali menegaskan, wajahnya terlihat serius.
Pelayan wanita itu perlahan membuka penutup rambutnya dengan ragu hingga membuat rambut panjangnya terurai.
Bingo!
Semua orang yang melihatnya menahan suaranya di kerongkongan. Pelayan wanita dengan tinggi dan rambut yang sama dengan [Name].
"Rosemary Brichet. Kaulah pelakunya."
"Itu tidak benar! Aku tidak membunuhnya!" Ia bersikeras mengelak. "Saya bahkan baru mewarnainya belum lama setelah kematian majikan saya! Anda bisa bertanya pada salon yang ada di dekat sini!"
Jelas sekali kalau wanita ini berusaha melarikan diri, [Name] tahu itu. Ada kemungkinan dia mewarnai rambutnya sekali lagi sebelum pergi ke salon yang ia maksud untuk mengurangi warna merah sebelumnya.
Dan kalau pun [Name] menemukan surat yang ia gunakan untuk memancing korban, dia hanya akan berdalih jika dia menemukannya di tumpukan sampah.
Tapi itu percuma.
[Name] mendekati pelayan itu dan berkata, "aneh sekali. Kalau begitu, bagaimana kau menjelaskan luka cakaran yang ada di lehermu?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro