Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Episode 4

"Jadi, siapa yang membunuhnya?" Tanya Neuvilette kemudian. Ia memandangiku dalam.

Aku berpikir. Hasil deduksiku cukup beralasan, tapi aku benar-benar buntu untuk memperkirakan pembunuhnya. Saat itulah tiba-tiba aku mengingat sesuatu, tanggal kematiannya.

"Monsieur Neuvilette, bagaimana kasus ini bisa diangkat kembali?" tanyaku.

"Apa kau kenal Teddie Basten?" Ia bertanya, sembari memberikanku sebuah lembaran kertas yang kuterima. "Adik Baron Deryl Basten. Dia menuntut harta waris milik korban sebagai miliknya."

"Tapi kenapa baru sebulan setelah kematian korban?"

"Dia baru mendengar kabar kematian korban belum lama ini lalu datang dan menuntut harta waris milik korban. Istrinya yang menghasut Teddie untuk melakukan ini dan satu-satunya catatan tentang Teddie adalah dia yang suka mabuk-mabukan, berjudi dan memiliki banyak hutang."

Aku benar-benar terkesima dengan informasi detail yang Neuvilette dapatkan bersama Marechaussee Phantom—pasukan intel khusus yang dipimpin sendiri olehnya.

"Kalau begitu, apa mungkin dia?"

Neuvilette menggeleng. "Sebulan yang lalu, dia tidak ada di Ibu Kota dan tidak ada catatan jika dia pernah menghubungi Baron Deryl bahkan mengenal pelayan yang ada di sana. Alibinya cukup bagus walaupun dia memiliki motif."

Benar. Jika itu adalah Teddie, dia memiliki motif untuk membunuh korban dan menunjuk tersangka sebagai pembunuhnya agar dia bisa mendapatkan semua harta korban. Sayangnya waktu dan tempatnya tidak pas, ia bahkan tidak memiliki koneksi apa pun untuk menyentuh korban.

Karena Neuvilette yang berkata begitu, pasti semuanya sudah ia periksa dan pastikan sendiri dengan tim elite miliknya.

"Jadi, bagaimana racun itu bisa didapatkan dan menghilang?" Kataku bergumam.

"Tempat tinggal Baron bersih, tidak ada indikasi racun dimana pun."

Ah, aku lupa kalau pendengarannya sangat tajam—"ah!"

"Ah ...?"

"Maafkan saya, saya kelepasan karena terpikirkan sesuatu setelah Anda mengatakan itu."

"Begitu, ya? Jadi apa pendapatmu?"

"Monsieur, bagaimana jika sejak awal racun itu memang tidak ada?"

"Alasannya?"

"Ini."

—oOo—

Pada akhirnya aku terjebak pada kata-kataku sendiri.

Setelah mendengar alasan panjangku tentang "racun yang tidak pernah ada", Neuvilette memintaku untuk melakukan investigasi ulang.

Jadi, di sinilah aku sekarang. Berdiri seorang diri sembari menunggu orang lain untuk datang menemaniku. Dia bilang dia akan mengirimkan siapa pun dari Maison Gardiennage khusus untuk berjaga-jaga.

Beberapa detik kemudian, sebuah suara tertangkap telingaku, "harusnya di sini, 'kan?"

Aku menoleh ke arah belakang dan mendapati seorang pria jangkung berdiri di sana. Rambut hitam dengan aksen kelabu, mata ungu keabu-abuan dengan bekas luka sepanjang bawah matanya, ditambah dada bidang dan tangannya yang besar penuh luka. Penampilan yang seperti dalam gamenya.

"Wriothesley...."

"Hah?"

Sial! Aku keceplosan. Aku berdehem dan menyunggingkan senyuman seraya menunduk sedikit padanya, "maafkan ketidaksopanan saya, Tuan Duke Wriothesley. Saya [Name], Hakim Pendamping yang akan melakukan investigasi ulang hari ini."

"[Name]?"

"Ya?" Aku mengadah.

"Jadi kau yang harus kutemani?"

"... maaf?"

"Ya, kebetulan aku datang untuk memberikan laporan investigasi dan karena semua pasukan elite sedang sibuk jadi aku menggantikan mereka."

"Ah, begitu ya...."

Itu menjelaskan semuanya kenapa dia yang datang. Berhubung Neuvilette sebelumnya bilang dia akan mengirim siapa pun, jadi dia tidak akan masalah dengan ini.

"Kalau begitu, mohon bantuannya, Tuan Duke," sapaku kembali.

"Sudahi basa basinya, kau ingin pergi kekediaman Baron Deryl, 'kan?"

"Bukan."

"Lalu?"

"Aku ingin menemui seorang dokter."

—oOo—

Awalnya Wriothesley tercengang dengan kata-kataku, ia tidak percaya kalau tujuan utamaku adalah mencari seorang dokter. Namun yang membuatnya lebih tidak habis pikir adalah aku bukan mencari dokter biasa, melainkan dokter yang ingin membedah mayat.

Dia awalnya menolak mengantarku karena sudah dipastikan tidak ada seorang dokter pun yang ingin menerima permintaanku, karena aku keras kepala ia pun tetap melakukannya.

Tetapi hasilnya nihil.

Seperti katanya, tidak ada seorang dokter pun yang mengindahkan permintaanku bahkan untuk mempertimbangkannya sekali pun.

Aku menghela napas pasrah, meletakkan dahiku di atas meja dan berkata, "benar-benar tidak ada? Satu pun?"

"Aku sudah mengatakannya padamu sebelumnya."

"Anda yakin kita sudah mendatangi semua rumah dokter terbaik yang ada di Fontaine?"

"Memangnya harus dokter?"

"Tentu saja!" Aku menaikkan kepalaku akhirnya, menatapnya dengan tatapan keras. Sembari mengaduk gelas es-ku dengan sedotan, aku berkata, "dia harus memiliki kemampuan sebagai seorang dokter, memahami biokimia dengan baik, tidak takut dengan apapun dan yang lebih penting dia yang paling bisa menghormati pasiennya lebih dari siapa pun."

"... oh!"

"... ?" Aku menatapnya dengan tatapan bertanya-tanya.

"Ada satu orang seperti itu."

"Benarkah!?" Aku berdiri tiba-tiba dan mendekatkan wajahku ke wajahnya. Wriothesley yang terkejut menarik dirinya ke belakang dan meletakkan gelasnya. "Kenapa tidak kau katakan dari tadi?"

"Karena dia tidak bisa menjadi dokter lagi."

"Ya?" Tubuhku sedikit turun, aku menarik diriku kembali dan duduk di hadapannya.

"Satu tahun yang lalu dia mengalami kecelakaan yang membuat tangannya tidak bisa bergerak seluwes sebelum kecelakaan," Wriothesley mulai bercerita. "Karena itulah ia berhenti menjadi dokter, ia bahkan sampai menolak tawaran menjadi pengajar juga."

"Ah...."

Orang yang mendedikasikan hidupnya pada satu pekerjaan saat ia kehilangan pekerjaan itu rasanya seperti kehilangan sebagian dari hidupnya, aku tahu perasaan itu. Seperti sebuah belahan jiwa.

Pasti dia dokter yang benar-benar baik hingga membuat dirinya depresi sampai seperti ini. Namun keahliannya benar-benar ia buang sia-sia.

"Kalau begitu, itu bukan masalah!" Aku bertekad.

"Kau mendengarku—"

"—aku mendengarmu, karena itulah sebaiknya cepat kita temui dokter itu!"

"Tiba-tiba kau bisa bicara informal padaku, ya?"

"...."

—oOo—

Rudolf Carl Virchow.

Seorang dokter yang memiliki 70% keberhasilan dalam operasi dan juga sangat berkontribusi terhadap pendidikan kedokteran dan pengembangan kedokteran modern di Fontaine.

Seorang ahli bedah brilian dengan karir yang sangat bagus—itu sebelum dia mengalami kecelakaan yang membuat dirinya tidak bisa menggerakkan tangannya sebaik sebelum kecelakaan.

Dari cerita Wriothesley, Dokter Virchow menjadi lebih sensitif sejak ia tidak bisa menggenggam pisau bedah lagi, ditambah tempramennya kian memburuk dari ia memutuskan untuk berhenti dari rumah sakit.

Ia bahkan mengusir orang-orang yang datang ke rumahnya yang ingin menawarinya menjadi pengajar dengan kasar, ia bahkan mengira kalau orang-orang itu menyebutnya tidak berguna lagi jadi dia dibuang begitu saja.

"Kau yakin ingin menemui orang itu?" Tanya Wriothesley kembali.

"Kalau belum dicoba, kita tidak akan tahu."

"Bagaimana kalau dia menolaknya?"

"Dan membiarkan tersangka tak bersalah dihukum begitu saja? Tidak hanya suaminya, ia bahkan bisa kehilangan anak-anaknya juga."

"...."

Wriothesley terdiam. Memang terdengar kasar, tapi itu yang akan terjadi jika aku tidak bisa meyakinkan Dokter Virchow untuk membantuku mengumpulkan data forensik, atau paling tidak menemukan dokter lain yang  bersedia melakukannya.

Tak lama kemudian, aku sampai di kediaman Dokter Virchow. Walaupun katanya ia depresi, tapi keadaan rumahnya lebih baik daripada dirinya. Semuanya rapih, tamannya tertata dengan baik, tidak ada yang berserakan seakan itu dirawat dengan sehati-hati mungkin.

Aku mengetuk pintu. "Selamat siang, saya Hakim Pendamping dari Pengadilan Tinggi Fontaine ingin bertemu dengan Dokter Rudolf Carl Virchow."

Tak butuh waktu lama, seorang pria paruh baya berusia sekitar akhir 40-an keluar dari dalam. Ia terlihat sedikit lesuh.

"Ada apa seorang hakim mencariku?"

"Saya ingin Anda—"

"Apa Anda ingin memaksa saya menerima posisi pengajar itu? Aku tidak akan menerimanya."

"Bukan itu, saya ingin Anda mengoperasi seorang."

"Seseorang?"

"Mayat."

"Enyahlah!"

"Tunggu—!" Astaga, aku benar-benar terkejut saat ia langsung menutup pintunya begitu saja.

Kendati demikian, aku tidak menyerah dan terus mengetuk pintunya dengan keras sembari berkata, "tolong dengarkan penjelasanku dulu! Aku mohon, Dokter Virchow!"

"Pergilah! Kau sudah gila!"

Aku berhenti mengetuk dan tertusuk dengan kata-katanya. Walaupun dia tidak salah, tetapi aku tidak terima dengan ucapannya. Benar, aku sudah gila karena berada di sini.

Aku menghela napas pelan, menurunkan bahuku dengan pasrah lalu membalas, "saya akan datang lagi besok."

Aku menarik diri dan berbalik pergi. Hal yang paling membuatku kesal adalah fakta ia merusak dirinya sendiri secara perlahan. Aku memang baru mengenal dirinya hari ini, tetapi rasa kesal ini benar-benar menggangguku.

Aku ingin memberikan kesempatan kedua padanya.

Namun saat itu, kata-kata Wriothesley seperti menyiram air dingin kepadaku, "menyerahlah."

Aku berhenti melangkah, menatapnya dengan kesal. "Apa maksud Anda?"

"Aku tidak tahu apa yang ingin kau lakukan dengan memintanya membedah seorang mayat, tapi menyerahlah."

"... aku akan datang lagi besok."

Aku tidak bisa berhenti begitu saja. Aku sudah memutuskan untuk mengambil kasus ini dan mempertimbangkan keputusanya lagi. Bukan hanya orang tak bersalah yang akan dihukum, tetapi akibatnya berdampak pada orang disekitarnya.

"Lagi pula, apa harus meyakinkan dia? Kau sampai bilang akan datang lagi besok."

"... itu karena Anda bilang dia paling sesuai dengan kriteria yang kusebutkan."

"... hah?"

"Apa Anda ingat kriteria terakhir yang saya katakan?"

"Apa '... dia yang paling bisa menghormati pasiennya lebih dari siapa pun' itu?"

Aku mengangguk. "Aku tidak butuh dokter yang bisa menyelamatkan nyawa manusia tetapi tidak bisa memanusiakan manusia itu sendiri. Sama seperti mayat, walaupun mereka tidak bernyawa mereka tetap manusia bukan hanya seonggok daging saja."

"...!"

"Pokoknya saya akan datang lagi besok, Tuan Duke tidak perlu menemani saya."

"Tidak, aku akan menemanimu."

"Ya?"

"Aku ingin melihatnya sampai akhir."

"Anda... tidak menganggap ini permainan, 'kan?"

"Tentu tidak."

"...."

—oOo—

Pada akhirnya aku tetap bersikeras kembali dan ingin membujuknya. Bagaimana pun dia yang paling ahli dalam bidang ini dan situasinya sendiri memungkinkanku untuk memintanya secara darurat.

Tetapi ada hal yang sedikit menggangguku.

"Anda benar-benar datang, Tuan Duke?"

"Tentu saja, sudah kukatakan, 'kan?"

Padahal pasti menjaga para tahanan di Benteng Meropide sudah sangat menyibukannya, tapi dia tetap datang dengan alasan sudah terlanjut mengurusi masalah ini.

Ya, pokoknya aku harus selesaikan hari ini dan kembali.

Aku menghelakan napas pelan dan mengetuk pintu, "selamat siang, Dokter Virchow. Saya Hakim Pendamping dari Pengadilan Tinggi ingin berbicara dengan Anda, apa Anda ada waktu sebentar?"

"Keluarlah! Aku tidak ingin berurusan dengan apa pun yang akan kau katakan."

"Saya mohon, dengarkan permintaan saya dulu."

"Pergilah!"

Saat aku hendak membuka mulut, kulihat Wriothesley sedang mengencangkan sarung tangannya. Melihatnya melakukan itu membuat perasaanku tidak enak.

Aku pun bertanya akhirnya, "apa yang ingin Anda lakukan, Tuan Duke?"

"Um? Membuka pintu?"

Kenapa dia yang bertanya? Eh, tunggu— "Anda ingin meng—!?"

DUAAAR!!!

Tanpa memberikan aba-aba apa pun, Wriothesley memukul pintu itu sekuat tenaga dengan tinjunya. Saat pintu itu hancur, ia hanya membersihkan sedikit debu di kepalan tangan dan melonggarkan sedikit dasinya.

Aku mematung. Orang ini benar-benar gila sampai aku tidak sanggup berkata apa-apa lagi.

"Apa yang kau lakukan!? Kau sudah gila?" Dokter Virchow berseru dengan tubuhnya yang terjerembab karena terkejut.

"Oh, akhirnya kau mau bicara."

"Apa—!?" Pria berambut hitam kelabu itu menarik kerah pria paruh baya di depannya.

"Dari kemarin aku sudah menahan diri karena ada Nona ini, tapi kau benar-benar tidak bisa diajak bicara, ya?" Kata Wriothesley kasar. Berbanding terbalik dengan wajahnya yang sedang tersenyum senang. "Apa aku harus membawamu sampai di Benteng Meropide baru kau ingin berbicara?"

"... m-maafkan aku! Aku akan dengarkan!"

"Bagus." Wriothesley melepas cengkramannya, ia berbalik dan berkata, "sepertinya orang ini sudah bisa diajak berbicara, Nona."

Tolong, ampuni aku....

—oOo—

Aku menjelaskan permasalahan yang ada tentang bagaimana kejadian itu terjadi sampai alasanku meminta Dokter Virchow untuk membedah mayat Baron Deryl.

Aku tidak ahli dalam hal ini, tetapi aku punya dugaan. Bagaimana pun di kehidupanku sebelumnya, kasus seperti ini sering terjadi—dan sering kutangani—tetapi tanpa bukti dan saksi dari ahlinya, aku tidak bisa menjadikan ini sebagai bukti.

"Dengan bantuan analisis Anda, saya bisa mendapatkan bukti ketidakbersalahan tersangka dalam kasus ini."

"...."

"Saya tidak akan memaksa Anda lagi karena Anda sudah mendengar semua alasan saya, tapi tolong pertimbangkan dengan baik."

Masalah utama dalam kasus ini bukanlah tentang harta warisan melainkan ketiga anak tersangka.

Dalam introgasinya dengan tersangka, ia selalu menanyakan kabar anak-anaknya dan mengkhawatirkan mereka lebih dari apa pun padahal kondisinya lebih buruk daripada anak-anaknya.

Selain itu saat mendengar ada kemungkinan dia tidak diperbolehkan bertemu sekali pun dengan anak-anaknya, Baroness Ancel memohon keringanan setidaknya untuk bisa menemui ketiga anaknya dan memilih dipenjara di Benteng Meropide.

Hak asuh anak-anaknya akan dipegang oleh adik korban, Teddie Basen, dan saat mengetahui hal itu tersangka berkata, "siapa pun selain pria pembuat masalah itu".

"Nona Hakim, saya yakin Anda sudah mendengar kondisi saya. Apa Anda akan tetap meminta hal itu pada saya?" tanya Dokter Virchow, kilatan matanya seperti mengharapkan sesuatu dariku.

Tanpa ragu, aku pun menjawab, "walaupun tangan Anda tidak bisa digunakan sekali pun, Anda masih memiliki kedua kaki dan tubuh Anda dan yang saya butuhkan bukan tangan Anda, tapi keahlian Anda sebagai seorang dokter."

"Apa menurutmu dokter tidak bekerja dengan tangannya?"

"Apa pelajaran yang Anda dapatkan sebagai dokter adalah untuk menggerakkan tangan Anda saja?"

"... kau tidak ada bedanya dengan orang-orang itu."




























—oOo—

Halo para Reader Mikajeh tecinta, terkasih dan tersayang! 🥹💕 akhirnya besok udah update lagi, jadi aku bisa ngumpulin bahan buat cerita lanjutannya mwehehehehe~

BTW guys, karena sesungguhnya aku bingung sendiri kudu tetep update hari Kamis minggu ini apa gak akhirnya aku memutuskan...

Baru minggu depan Mikajeh double update 😞🙏🏻 soalnya aku mau speedrun dlu buat explore, event dsb awokawokawoka maap kan ya 🤣 husbando saya lebih prioritas— //plak... tapi boong 🥸 tapi bener kok kalo double update baru mingdep, aku mw ngumpulin lore2 lainnya dulu eak br lanjut krn outline bwt chp yg bkl aku tulis mulai stuck, jd aku butuh bahan hehehe~

Yaudah itu aje dulu, kurang lebihnya diterima aja—//gak dimaapkan, yg ingin bertanya yok boleh yokkkk see ya!


xoxo,

Mikajeh

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro