Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Episode 39

Begitulah akhirnya bagaimana Wriothesley turun ke Ring Pankration. Memang pada dasarnya dia biasa turun ke tempat ini sekadar menuruti permintaan bertarung para peserta, tapi kali ini dia turun karena permintaan seseorang untuk membelanya sebagai perwakilan.

Dan [Name] tidak perlu meragukan kemampuan sang Duke. Pria itu benar-benar pilihan terbaik dari semua orang yang ada di sini dan yang [Name] kenal di sini.

Lalu karena kabar Wriothesley akan bertarung lagi sudah tersebar, Ring Pankration menjadi penuh sesak lantaran banyak orang yang ingin melihatnya dan berkat itu pula Collin mendapatka banyak pemasukan. [Name] bisa melihat wajahnya yang berseri-seri itu, dia bahkan menyambut [Name] dengan sangat bahagia.

"Jika Anda sudah siap, silakan ke tempat ini, Nona. Saya sudah menyiapkan tempat khusus untuk Anda," ujar Collin.

Bukan hanya orang-orang saja yang penasaran, Sigewinne bahkan ikut datang juga. Ia berkata, "kalau Yang Mulia bertarung, pasti ada orang yang terluka. Aku datang untuk berjaga-jaga."

"Terima kasih sudah datang, Suster Kepala," kata Wriothesley sembari melepas jaket yang tersampir di bahunya. Ia melemparkannya begitu saja ke arah [Name] dan langsung wanita itu terima. "Karena Nona adalah pendukungku, jadi tolong bawa itu untukku."

Ya, lagi pula aku tidak bisa menolaknya, pikir [Name]. Dia menghelakan napasnya dan berkata, "Duke, Anda ingat permintaan saya, 'kan?"

"Iya."

"Saya lupa mengatakannya, tapi tolong jangan gunakan sarung tinju Anda juga."

"Kenapa?"

"Saya meminta Anda mengalahkannya bukan membunuhnya, Anda mengerti?"

"Oh. Tenang saja."

[Name] sedikit khawatir, tepatnya bukan kepada Wriothesley melainkan lawannya saat ini. Duke tidak akan segan dan mengalah, dia pun tahu kalau pria itu akan menepati kata-katanya dan tidak akan menggunakan sarung tinjunya, tapi dia benar-benar khawatir. Disamping itu Wriothesley juga tahu kalau wanita ini pasti akan mengkhawatirkan lawannya. Saat itu ia hanya bisa tersenyum bangga.

Bagaimana bisa aku tidak menyukainya? pikir Wriothesley saat itu.

Ia bahkan sudah berpikir tentang teh apa yang akan dia minum hari ini. Bergamot, Assam Black Tea, atau Darjeelings? Semuanya cocok dengan suasana hatinya yang sangat bagus hari ini. Ia bahkan berencana untuk mengundang [Name] untuk minum.

Ini akan jadi kemajuan yang cukup bagus, aku sudah tidak sabar lagi.

Selama Wriothesley bersiap di tengah arena, [Name] menaiki undakan anak tangga yang berada di belakang posisi sang Duke saat ini diikuti Astel, Yeva, dan Slava bahkan Sigewinne dan Damien ikut melihatnya dari tempat yang sama dengan [Name].

"Walaupun sudah jelas siapa yang menang, apa kita tidak akan menyemangati Yang Mulia?" ujar Yeva.

"Dia tidak memerlukannya," Slava menjawab.

"Tapi tidak pernah ada orang yang menyemangati Yang Mulia," Sigewinne menimpali. "Biasanya orang hanya menantikan seperti apa lawannya akan kalah."

Perkataan Sigewinne tidak salah. Tidak ada yang meragukan Wriothesley dan kemenangan selalu ia dapatkan, orang-orang pasti akan berpikir, "sudah pasti Yang Mulia akan menang" lalu mengalihkan eksistensi mereka pada lawannya dan menantikan kekalahan mereka yang dianggap sangat terhormat.

Bahkan mungkin saat Wriothesley masih menjalani masa hukumannya di Benteng Meropide, orang-orang tidak menyorakinya untuk menyemangatinya dalam artian yang positif. Mereka mungkin hanya menantikan bagaimana akhir dari seorang petarung kecil ini di atas ring.

Di tengah keramaian itu, Yeva berujar, "kalau begitu, bagaimana kalau Nona [Name] yang menyemangatinya?"

"...." [Name] menoleh dengan tatapan tak percaya.

"Oh, itu boleh juga!" Sigewinne menyambung. Ia memberikan tatapan berharap pada gadis itu dan melanjutkan, "bagaimana, Nona [Name]? Kau akan melakukannya, 'kan?"

Melihat Sigewinne begitu kalut padanya, setelah satu helaan napas berat ia berkata, "baiklah, akan kulakukan. Tapi sekali saja, rasanya ini memalukan."

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa!" Yeva terlihat bersemangat.

"Kalau begitu, tolong katakan ini...." [Name] sedikit menundukkan kepalanya dan Sigewinne pun berbisik kepadanya. Tubuh [Name] sempat tersentak setelah mendengarnya.

"Apa ini tidak apa-apa? Bagaimana kalau dia marah dan melemparku ke sel hukuman?" [Name] bertanya dengan hati-hati sekaligus cemas.

Sigewinne tertawa kecil. "Tidak, Nona tenang saja. Yang Mulia bukan orang yang seperti itu. Tolong lakukan ya, Nona [Name]."

Ya, karena dia sudah bilang begitu... pokoknya nanti akan kujelaskan semuanya pada Duke, pikir [Name] dengan khawatir.

Disisi lain, Wriothesley masih mempersiapkan dirinya di atas Ring Pankration. Dia mengikat sarung tangannya dengan lebih kuat dan melonggarkan dasi yang mengikat lehernya. Saat itulah pria yang menjadi lawan bertarungnya menyapa, "ini sebuah kehormatan bisa bertarung dengan Anda di atas Ring ini, Yang Mulia."

"Tentu saja. Berikan aku perlawanan terbaikmu, aku menantikannya." Wriothesley tersenyum miring.

Wriothesley mengambil posisi untuk bersiap dengan kedua tangan terkepal di depan dada. Saat wasit ikut menaiki ring, dia menolehkan pandangan kepadanya dan mengangguk memberikan isyarat. Menandakan dirinya sudah siap begitu pula dengan pria yang menjadi lawannya.

Lalu di tengah-tengah itu, sebuah suara yang sangat tak asing ditelinganya terdengar.

"Wriothesley!"

Sang empunya nama terperanjat, tidak mempercayai pendengarannya itu. Dengan mata yang membola ia menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya.

Saat itulah keheningan seperti melandanya. Saat ini kedua bola matanya hanya terfokus pada satu eksistensi yang ada di belakangnya. Untuk pertama kalinya wanita itu memanggilnya tanpa embel dan gelar kehormatannya layaknya orang yang sangat dekat.

"Tolong berhati-hatilah ...!"

—dan jika kau menang....

"... dan jika kau menang...."

—aku akan...."

"... aku akan...."

—memberikanmu ciuman!

"... memberikanmu—!?"

[Name] segera berbalik dan menarik kerah Yeva. Dia benar-benar tahu candaan seperti apa dalam situasi seperti ini.

Wanita itu bersyukur karena langsung tersadar sepersekian detik kemudian, entah apa yang akan Wriothesley lakukan padanya jika dia benar-benar mengatakan itu.

Mungkin Duke akan membunuhku detik ini juga!

"Ma-maafkan aku, No-Nona [Name] ...! Le-leherku—!?"

Setelah melepaskan Yeva, [Name] mengalihkan eksistensinya kembali ke arah tengah arena Ring Pankration. Orang-orang ramai berbisik, beberapa diantaranya mengagumi keberanian [Name] karena memanggil nama sang Duke tanpa gelar.

Dia tahu hal ini akan terjadi dan dia tidak akan melakukannya kalau bukan karena Sigewinne yang memintanya. Lagi pula semua orang—termasuk Wriothesley sendiri—sudah mendengarnya, tidak ada yang bisa ia lakukan lagi. [Name] pun mengabaikannya.

"Apa itu berhasil?" tanya Astel penasaran. "Yang Mulia tiba-tiba jadi diam."

"Kau tenang saja, ini berhasil," kata Sigewinne. Ia menyunggingkan senyuman tipis. "Sangat... berhasil."

"Aku setuju," Slava menimpali.

Benarkah? [Name] bertanya-tanya dalam benaknya. Dia tidak menyadari ekspresi Wriothesley selain tiba-tiba pria itu menjadi sangat tenang. Pasti dia berpikir aku ini sangat kurangajar, 'kan? Sebaiknya aku meminta maaf padanya nanti.

Sementara itu di tengah arena Ring Pankration, pria dihadapan Wriothesley tertawa senang dan kembali berujar, "tentu saja pasti akan seperti ini, 'kan? Bagaimana? Apa Anda sudah—Duke?"

Wriothesley menutup setengah wajahnya dengan punggung tangannya. Dia tidak tahu seperti apa muka airnya saat ini, tapi bisa ia rasakan wajahnya mulai memanas karena terlalu senang. Ia bahkan hampir tidak bisa menyembunyikan senyuman lebar di balik tangannya itu.

Dia berpikir, [Name] sebelumnya tidak menyebutkan secara spesifik berapa jumlah kupon yang akan diberikan kepadanya. Ia mengakui ini sebagai penyalahgunaan kekuasaan, tapi tidak apa-apa lagi pula dia pemilik tempat ini.

Pertama, aku harus mengakhiri ini dulu dengan cepat, katanya dalam hati.

"Semuanya bersiap... 3... 2... 1... mulai—!"

DUAAAR!

Semua orang yang ada di Ring Pankration terkejut dengan suara dentuman yang terdengar. Tidak ada yang bersuara dan tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Keheningan menyelimuti Ring Pankration.

Lalu saat debu dan asap hilang dan mengembalikan visi semua orang, semuanya bisa melihat Adrian yang terlempar keluar dari ring dan membentur tembok di belakangnya hingga membuatnya jatuh pingsan.

Semua orang yang awalnya hanya bisa membeku dan melihat, lantas bersorak penuh kemenangan untuk sang Duke dari Benteng Meropide. Sementara Wriothesley yang masih ada di tengah ring hanya berdiri dengan percaya diri.

"Hebat...." Damien bergumam. Mendengarnya membuat [Name] menyunggingkan senyumannya.

Di waktu yang sama, Wriothesley menoleh kembali ke arahnya dan memberikan senyuman lebarnya kepada wanita itu. Saat menerima itu, [Name] membalas dengan senyuman yang sama untuknya.

[Name] tahu dirinya dengan baik. Tahun-tahun penuh luka yang pria itu lewati di Benteng Meropide-lah yang membentuk dirinya saat ini. Tidak ada yang sehebat dirinya hanya untuk membuktikan dirinya masih ingin hidup dan bertahan di tempat seperti ini.

—oOo—

"Yang Mulia! Astaga, apa yang kau lakukan!?"

Wriothesley tertawa renyah. "Maafkan aku, apa berlebihan?"

"Bersyukurlah karena Tuan Adrian cukup kuat dan kau masih menahan diri, kalau tidak apa yang akan terjadi!?" Gerutu Sigewinne.

Wriothesley tahu itu, tapi saat itu ia hanya berfokus pada satu tujuan untuk segera menyelesaikannya. Lagi pula ada hal penting yang harus dilakukannya.

Selepas dari itu, atmosfer di dalam Ring Pankration menjadi lebih tenang dan Wriothesley memutuskan untuk menghampiri [Name] yang sedang berkumpul dengan kelompoknya.

"Sekarang, waktunya membicarakan bayaran untuk satu pukulan itu, Nona Hakim," ujarnya.

"Silakan katakan, Yang Mulia."

Sekarang bagaimana aku memanfaatkan situasi ini untuk lebih dekat dengannya, ya?

Pria itu tahu jika ia mengatakan keinginannya secara terang-terangan, ia hanya akan ditolak [Name] seperti yang biasa wanita itu lakukan dan jika dia memaksanya, Wriothesley takut akan membuat kesan buruk tentangnya kepada wanita ini.

Dia berpikir, jika aku ingin bernegosiasi dengannya, maka dia tidak akan menolak jika aku gunakan cara ini, 'kan?

Sambil tersenyum bangga, Wriothesley menjawab, "pertama, aku tidak akan meminta kupon sebagai bayarannya."

"Anda ingin menggantinya?"

"Iya."

"Itu bukan masalah selama kedua pihak sepakat."

"Bagaimana?" Wriothesley menoleh ke arah Astel yang langsung dibalas dengan anggukan cepat. "Sepakat, ya."

"Kedua, bukan Nona Astel yang akan membayarnya, tetapi Nona Hakim."

"Aku?"

"Karena Nona Hakim yang memintanya padaku bukan Nona Astel, maka secara hukum yang membuat kesepakatan adalah Nona Hakim."

"... barusan Anda membicarakan Hukum?"

Wriothesley jelas akan menggunakan otoritas mutlaknya sebagai Pengelola Benteng Meropide itu di sini. [Name] tahu walaupun Wriothesley bukan orang yang paham hukum, tetapi dia adalah yang paling taat dengan itu. Itu hanya gurauan yang sering dilakukannya dengan Clorinde dan dia mengakui itu.

"Apa aku salah?" tanya Wriothesley memastikan.

Secara teknis yang dikatakan Wriothesley tidak salah. Ini seperti menyerahkan kuasa penuh kepada [Name] sebagai pemegang keputusan dan perwalian sementara, bukan menurunkan kuasanya. Jadi secara hukum memang wanita itu yang membuat kesepakatannya—dan tentu saja tanggungjawabnya juga ada padanya.

Apalagi kesepakatannya dilakukan secara lisan dan mendadak, akan banyak hal rancu karena tidak ada pasal-pasal penting untuk memberikan batas antar dua pihak.

"Itu tidak salah," jawab [Name] akhirnya. "Tapi seperti yang saya katakan di awal, pembayaran akan dilakukan oleh Nona Astel dan bukan saya."

"Bagaimana jika kubilang ini adalah pertanggungjawaban perwakilan? Apa kau tak melupakannya, Nona Hakim?"

"... apa?" [Name] menyipit curiga.

"Aku menerima kesepaktan ini tanpa menyebutkan harga yang harus dibayar."

Astel hanya menyebut bahwa dirinya sanggup membayar berapa pun, [Name] hampir melupakan itu dan sang Duke menerimanya tanpa ragu. Karena itulah hal ini mengakibatkan perbedaan pendapat tentang jumlah dan cara membayarnya, sehingga berpotensi menimbulkan sengketa.

Ditambah karena kesepakatannya sudah selesai dilaksanakan, dengan kata lain keputusan untuk masalah ini bukan [Name] lagi yang memegangnya.

"Benar, ini kesalahanmu, Nona Hakim." Sambil berkata begitu, Wriothesley membuat-buat ekspresi menyedihkan di wajahnya. "Bagaimana? Bisa saja aku meminta 20 juta kupon karena sudah menyelesaikan masalahmu."

"D-dua puluh juta... kupon...." Astel bergidik seketika.

"Benar. Oh, kau bisa melepas ini dan meminta Nona Hakim untuk bertanggung jawab," Wriothesley menambahkan, kali ini ia bermaksud mengatakannya kepada Astel.

Perempatan di dahi [Name] muncul. Wanita itu merasa jika Wriothesley menjadi sangat menyebalkan, ditambah sepertinya pria itu baru saja mengancam Astel—atau lebih tepatnya Astel memang tidak bisa melawan dominasi yang diberikan sang Duke.

"Nona [Name]... maafkan aku...." Astel dengan wajah yang memucat itu berkata, "tolong... bertanggung jawablah."

[Name] menghelakan napasnya pelan dan kembali mengalihkan fokusnya pada Wriothesley. "Jadi berapa bayarannya?"

"Karena aku pengelola yang baik hati, aku akan mempermudahnya," kata Wriothesley. "Pertama, berhenti memanggilku begitu. Aku sudah muak mendengarmu memanggilku 'Duke', 'Tuan Duke' atau 'Yang Mulia'."

"Kalau begitu...." [Name] menunduk di hadapannya dan berkata, "maafkan saya, Baginda."

"Hentikan. Kau tahu jelas apa yang kumaksud." 

Entah kenapa Wriothesley merasa sangat buruk, [Name] jelas bersikeras untuk menolaknya dan bukan sedang bergurau. Namun dia tidak ingin berhenti begitu saja.

"Kita sudah bekerja bersama hampir setengah tahun sekarang dan aku tahu kau memanggilku begitu untuk menghormatiku juga, tapi...," pria itu menambahkan.

"Baiklah. Saya mengerti, Wriothesley. Anda puas?"

"... !?"

Pria yang di dalam gamenya meminta untuk dipanggil "Yang Mulia" dan terbiasa untuk itu tiba-tiba meminta wanita itu memanggil dengan namanya? Wriothesley selama ini selalu membuat jarak pada orang lain dan tak mudah percaya pada mereka, jadi jelas ini adalah hal yang ganjal untuk [Name] sendiri.

"Tapi kau masih akan menggunakan bahasa formal? Bukankah itu aneh?"

Perempatan di dahi [Name] kembali muncul saat mendengar itu dari Wriothesley. Saat itulah sambil tersenyum [Name] berkata, "iya. Aku mengerti, Wriothesley. Sudah puas?"

"Wow, terlihat jelas kalau kau melakukannya tidak dari hati. Tapi tidak apa-apa, aku maafkan." Wriothesley terlihat cukup puas. Dia berdeham, mendekatkan wajahnya tepat di telinga [Name] dan berbisik, "kedua... berikan tiga hari waktumu padaku."

"Ya?" Saat Wriothesley menjauhkan wajahnya, ia memandangi [Name] dengan senyuman penuh kemenangan di wajahnya. "Itu... apa maksudnya?"

"Seperti yang kukatakan."

"Sekarang?"

"Tidak. Aku akan mengatakannya saat aku memintanya padamu," katanya. Ia mengambil jaket yang ada di tangan [Name] dan menyampirinya di atas bahu. "Kalau begitu, sampai jumpa lagi, Nona Hakim."

Usai berkata begtiu dan Sigewinne juga baru selesai memeriksa Adrian yang terluka, Wriothesley keluar dari Ring Pankration dengan senyuman lebar di wajahnya. 

"Yang Mulia."

"Ada apa, Sigewinne?"

"Kalau kau ingin melakukan itu, pastikan Nona [Name] mengizinkannya, ya."

"U-ugh... Sigewinne... darimana kau belajar itu?"

"Apa kau membutuhkan obat penambah stamina? Aku akan menyiapkannya."

"Sigewinne!?"































—oOo—

Halo Reader Mikajeh yang tercinta, terkasih, dan tersayang! Ini minggu kedua setelah update patch baru, gimana kabar pull-nya? Udah pada dapet yang dipengenin? 🥺 senoga lancar ya gachanya~

BTW gais, Wattpad udah masang fitur baru dan cuman bisa disett di desktop, aku bakal mulai nyicip fiturnya besok di work sebelah krn work ini keduluan updatenya 😭 semoga kalo fiturnya lancar dan sesuai bayanganku, tnp ada kendala dan semacamnya, work ini bakal bisa balik update sesuai jadwal 🥹👌🏻 Mikajeh announce di sini krn aku tw yg baca work ini rerata banyak yg baca di sebelah, jd mohon bantuannya buat baca Author Note di sana ya! Makasih banyak!

Sekian dari Mikajeh, itu dulu geng~! See ya!





Xoxo,

Mikajeh

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro