Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Episode 38

Setelah perseteruan itu dan Wriothesley mati-matian untuk menjelaskan situasinya, akhirnya Navia dan Clorinde menjadi lebih tenang walaupun Navia masih melihatnya dengan mata berbinar.

Mungkin jika Clorinde benar-benar serius saat itu, kantornya sudah runtuh sekarang juga.

Tapi setelah dipikirkan, Wriothesley bisa menganggapnya sebagai pengalaman yang berharga walaupun sedikit menegangkan. Meski sebelumnya Clorinde belum benar-benar serius, tapi tadi cukup berbahaya untuknya juga. Tidak heran ia disebut sebagai petarung terkuat sampai saat ini.

"Tapi kau benar-benar tidak melakukan apa pun dengan Nona [Name], Yang Mulia?" tanya Navia masih penasaran.

"Sudah kukatakan aku tidak melakukan apa pun ...!"

Clorinde terdiam sejenak seakan ada yang tengah ia pikirkan. Dia pun bertanya, "kalau begitu jawab aku. Apa yang ada di punggung Nona [Name]?"

"Hah? Kenapa tiba—"

"Jawab saja."

"Aku tidak tahu."

"Kau yakin? Kau tidak tahu atau kau tidak melihatnya?"

"Sudah kukatakan aku tidak melakukan apa pun dengannya, kenapa kau keras kepala sekali?"

"Baguslah kalau begitu, artinya kau jujur."

Wriothesley menghelakan napasnya berat, menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal dan menyandarkan punggungnya pada sofa. Dia sesaat berpikir, memangnya apa yang bisa dibuktikan dengan pertanyaan itu?

Namun saat itu Wriothesley merasa tidak bisa percaya hanya karena Clorinde dan Navia berpikiran seperti itu padanya.

Apa mereka gila? Aku tidak mungkin melakukan itu dengan Nona Hakim!

Wriothesley menghormatinya sebagai seorang yang bekerja bersamanya dan sebagai seorang wanita bangsawan. Berpikir untuk menyentuhnya dengan pikiran buruk saja tidak pernah, apalagi untuk melakukan hal semacam itu.

"Ya, maafkan aku. Sejak awal kupikir kau tidak akan melakukannya juga," ujar Navia. "Bagaimana pun, Yang Mulia... kau tidak menyukainya, 'kan?"

"Percaya pada orang lain saja sudah sulit, apalagi menyukai seseorang," Clorinde menimpali.

"...."

"Yang Mulia?"

"Kenapa tiba-tiba kau diam?"

"...."

"Jangan bilang... kau menyukai Nona [Name]!?"

Wriothesley tidak tahu kenapa, tapi yang jelas saat Navia menanyakan hal itu ia merasakan sebuah penolakan di dalam dirinya. Ditambah wajahnya mulai memanas dan dia tidak yakin dengan apa yang ingin dikatakannya. Dia bahkan tak sanggup melihat kedua orang itu sekarang.

Aku... menyukai Nona Hakim?

Wriothesley menyukainya, tapi bukan dalam artian yang romantis. Dia wanita yang pandai dalam pekerjaannya, dapat diandalkan, dan dia menyukai orang-orang kompeten seperti [Name]. Tidak lebih.

Tapi kenapa aku tidak bisa mengatakan itu?

"Apa aku terlihat seperti menyukainya ...?" Wriothesley bertanya pada dirinya sendiri.

Clorinde yang terkejut hampir mengeluarkan teh yang sudah melewati kerongkongannya, sementara Navia menahan tawanya sekuat tenaga. Wriothesley menggaruk belakang kepalanya dengan gugup, pandangannya ia alihkan ke arah yang lain.

"Ini kabar yang sangat menghebohkan!" Navia berseru riang. "Menurutku begitu. Bagaimana denganmu, Clorinde?"

"Mungkin...."

"Jadi apa ini sungguh-sungguh, Yang Mulia?"

"Aku... tidak tahu...." Wriothesley menjawab ragu.

"Baiklah, coba pikirkan," Navia membuka suaranya kembali. "Apa kau selalu memikirkan Nona [Name]?"

Wriothesley mengangguk. [Name] adalah wanita yang rentan, dia selalu membuatnya khawatir. Saat bersamanya, pria itu merasa bertanggung jawab pada dirinya agar dia selalu merasa aman.

"Apa kau merasa nyaman di dekatnya?"

Sekali lagi Wriothesley mengangguk. Dia merasa senang dengan wanita itu karena dia selalu menemukan hal-hal baru di dekatnya, entah tentang kasus atau dirinya.

Semuanya terlihat... memikat?

"Apa kau menyukai perhatian yang Nona [Name] berikan padamu?"

Wriothesley terdiam sejenak. Tidak banyak orang yang memperhatikan dirinya, bagaimana pun orang-orang selalu melihatnya layaknya orang yang sangat luar biasa. Tapi [Name] tidak seperti itu.

Dia menghormatinya bahkan pada hal-hal terkecil. Dia bahkan sangat hati-hati dengan apa yang pria itu sukai dan tidak sukai, memahaminya lebih baik daripada dirinya sendiri dan menyadarinya lebih dulu daripada orang-orang yang sudah lama dekat dengannya.

"Kurasa... aku menyukainya."

"Ini mengejutkan. Apa Benteng Meropide akan jadi lebih berwarna?"

Perempatan di dahi Wriothesley muncul, tetapi dia tidak bisa mengelak dari guarauan yang dilontarkan Clorinde.

Walaupun Wriothesley mengaku menyukai perhatian yang diberikan [Name], pada dasarnya memang seperti itulah wanita itu. Dia juga memberikan perhatian yang sama kepada semua orang.

Pernah sekali Wriothesley melihatnya sedang berjalan dengan pelayan pribadinya, tapi keduanya tidak terlihat seperti majikan dan pelayannya. Perlakuan yang diberikan [Name] kepada pelayannya itu lebih tepat disebut layaknya kepada seorang teman.

Begitu pun saat ia berada di Benteng Meropide, tidak heran dia sangat mudah akrab dengan Narapidana lain walaupun situasinya sangat berbanding terbalik dengan yang ada di atas sana.

"Tapi sepertinya Nona [Name] tidak tertarik sama sekali padamu, Yang Mulia," ujar Navia polos.

Rasanya seperti ada sesuatu yang menusuk dadaku!?

"Yang Mulia, apa kau ingin saran dariku?" tawar Navia. "Ini hal yang mudah untuk kulakukan."

"...."

"Ayolah, coba bayangkan jika kau bisa bersama dengannya misalnya... menggandeng tangannya?"

Wajah Wriothesley mendadak terasa panas. "... tolong katakan."

Navia tertawa senang. "Pertama, tunjukan kalau kau mempercayainya dan buat Nona [Name] mengandalkanmu."

"Aku mengerti."

"Kau sungguh-sungguh?" Clorinde mentapnya dengan tidak yakin.

Kenapa wanita ini tidak bisa membantu sama sekali!? Pikirnya.

"Kedua, carilah waktu dan buat alasan untuk bersamanya. Nona [Name] pasti akan menyadari perasaanmu."

Walaupun tidak yakin, Wriothesley tetap menjawab, "baiklah."

"Lalu saran terakhir dariku...."

—oOo—

Saat [Name] baru sampai di Area Administratif, dia mendapati Astel sedang meringkuk ketakutan. Dia tidak tahu apa yang terjadi padanya, tapi melihat Rosetta ada di depannya, [Name] berasumsi kalau wanita itu mengancam atau melakukan sesuatu padanya.

"Mengakulah, kau yang mencurinya, 'kan?" ujar Rosetta.

"Aku tidak mencurinya!"

"Tentu saja mana ada pencuri yang mengaku? Kalau itu terjadi, Benteng Meropide pasti akan penuh."

Saat [Name] hendak meminta penjelasan, dari arah samping Slava datang dan berkata, "sepertinya Nona Astel dituduh mencuri suku cadang milik Nona Rosetta."

"Suku cadang?"

Yeva mengangguk, dia menambahkan, "setelah Damien menghancurkan Armored Meka, Nona Rosetta berniat untuk memperbaiki sekaligus memperbaruinya. Tapi yang ia lakukan hanya memonopoli suku cadang yang dijual untuk digunakan para Narapidana di sini."

"Begitu rupanya...."

[Name] memahami situasinya. Melihat Astel tak berkata apa pun dan hanya gemetar ketakutan, [Name] mendekat dan menengahi, "hentikan, bukankah berlebihan menuduhnya tanpa bukti?"

"Bukti?" Rosetta mendengus dan tersenyum miring. "Kulihat sejak tadi dia ada di sini dan tak melakukan apa pun. Apalagi kalau bukan mencuri?"

[Name] menoleh ke arah Astel, bermaksud untuk meminta keterangan darinya. Namun dia tak mengatakan apa pun dan hanya meringkuk ketakutan, kondisinya saat ini tak memungkinkannya untuk ditanyai.

"Ah, benar. Bukankah Nona [Name] adalah Hakim? Bagaimana bisa seorang Hakim melindungi kriminal sepertinya?"

"Aku sarankan agar kau tak mengatakan apa pun lagi, Nona Rosetta," kata [Name] dengan intonasi dingin.

"Oh, benar! Apa kau tahu alasan dia dijebloskan ke tempat ini?" tanya Rosetta, ia masih memberikan senyuman yang sama. "Dia sudah mencuri tesis milik temannya sendiri."

[Name] sekali lagi terdiam. Akhirnya pertanyaan dalam benaknya terjawab kenapa tidak ada seorang pun yang berusaha melerai mereka berdua.

Saat Rosetta mengatakan itu, Astel semakin pundung. Ia semakin menyembunyikan wajahnya dan kini [Name] tidak bisa lihat ekspresi apa yang ia berikan saat ini.

"Ada masalah apa ini?"

"Yang Mulia!?" Ekspresi Rosetta berubah. Ia memberikan ekspresi manis yang dibuat-buat. "Anda datang, ya?"

Salah seorang penjaga segera menjelaskan situasi saat ini kepada Wriothesley dengan singkat sebelum menoleh ke arah [Name] sejenak.

Wriothesley meminta semua orang untuk tenang dan memberikan ruang kepada Astel untuk menjelaskan, tapi mental Astel masih tidak sanggup untuknya membuka mulut dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Wriothesley pasrah, dia menghelakan napasnya dan dengan tetap tenang berkata, "masalah ini akan diselesaikan nanti, aku minta untuk semuanya bubar sekarang."

"Saya tidak terima ini, Yang Mulia!" Rosetta berseru dengan ekspresi serius. "Apa bedanya dengan Anda yang membebaskan seorang penjahat?"

Sekarang dia berlagak seperti pengacara? [Name] ber-sweatdrop-ria. Padahal jelas-jelas Wriothesley bilang akan menyelesaikannya nanti bukan membiarkannya begitu saja.

"Benar, bagaimana jika seperti ini?" Rosetta dengan bangga melanjutkan, "jika di dunia atas semua diselesaikan dalam persidangan, bagaimana jika di sini kita selesaikan dengan pertandingan resmi di Ring Pankration?"

Ada yang pernah bilang kalau kekerasan bukanlah pilihan melainkan sebuah solusi. Jadi maksudnya seperti ini? Pikir [Name].

"Bagaimana menurutmu, Nona Astel?" tanya Rosetta kembali.

"A-aku...."

"Kali ini aku akan melakukannya dengan adil. Kau sudah kenal dengan teman lamaku ini, 'kan?"

Rosetta membanggakan seorang pria bertubuh besar dan berotot di belakangnya. Sebelumnya [Name] sudah bertemu dengannya sekali, tapi dia tidak bisa mengingatnya dengan pasti.

"Aku akan meminta Adrian untuk turun di Ring Pankration," katanya. "Silakan kau pilih siapa pun yang akan menjadi perwakilanmu."

[Name] jelas tahu kalau tidak ada seorang pun yang akan menerima permintaannya sekali pun Astel membayar orang itu dengan sejumlah besar Kupon Khusus. Lagi pula ini bukan hanya masalah keselamatannya lagi, melainkan kehormatannya juga. Jika Astel kalah artinya dia harus mengakui perbuatan yang tak pernah ia lakukan.

"Nona [Name]... tolong aku...." Astel akhirnya mengangkat wajahnya yang tertunduk itu. Pelupuk matanya terlihat memerah.

[Name] memandangnya sejenak sebelum bertanya, "berapa yang akan kau bayar?"

"Eh?"

"Aku akan membantumu, tetapi tidak gratis. Ditambah aku juga tidak bisa ikut campur secara langsung," kata [Name] menjelaskan. "Apa kau tidak lihat ada seseorang yang sudah siap memukul belakang kepalaku jika aku ikut campur?"

"Hei, Nona Hakim. Aku tidak akan melakukannya sampai sejauh itu."

"Diamlah, Tuan Duke."

Saat itu Wriothesley hanya mendengus. Memang hanya [Name] yang sanggup mengatakan ini terlebih dengan ekspresi tegasnya itu disaat semua orang terlihat tampak cemas.

"Ah... itu...."

[Name] tidak bohong saat ia berkata akan ada seorang yang akan memukul belakang kepalanya. Dia mungkin tidak tahu, tapi saat ini wajah Wriothesley terlihat sangat buruk.

Dia sedang berpikir pria seperti apa yang membuat [Name] sampai bisa mengandalkannya lebih dari dirinya dan memikirkan itu membuatnya sangat kesal. Dia bahkan sempat berpikir akan lebih baik jika Astel menyerah dan membiarkannya menyelesaikan masalah ini dengan caranya sendiri daripada membuat [Name] harus mengandalkan orang lain.

"Berapa pun... akan kuberikan berapa pun," Astel melanjutkan.

"Kalau begitu sudah diputuskan," ujar Rosetta. Ia memberikan senyuman penuh kemenanganannya. "Kalau begitu, ayo kita lakukan sekarang."

Sekarang? Yang benar saja! [Name] merasa semakin dongkol dengan situasi saat ini. Di waktu yang sama, dia memutar otaknya untuk menemukan pria yang memiliki tubuh besar, kuat, tidak takut dengan apa pun, dan terima berapa pun bayaran yang sudah [Name] siapkan secara mendadak ini.

Saat ia sedang berpikir seperti itu, dia teringat pada satu orang paling cocok yang ada di pikirannya.

"Kenapa melihatku seperti itu, Nona Hakim?" tanya Wriothesley polos.

"Duke... berapa harga untuk satu tinju Anda?"

"HAH!?"

Saat itu Wriothesley hanya sanggup menatap [Name] dengan tatapan tak percaya dan yang jelas ia sangat terkejut saat ini. Dia berkali-kali meyakinkan apa yang ia dengar barusan di dalam benaknya. Dia berusaha tenang tapi dia yakin jika dia tidak salah dengar.

"Lalu saran terakhir dariku... Nona [Name] adalah wanita yang sedikit tidak biasa daripada wanita bangsawan pada umumnya."

Wriothesley tahu itu, dia juga menyadarinya. Tingkah yang sedikit tidak biasa dan terkadang terlihat wanita itu mengabaikan beberapa etika.

"Dia tidak akan terang-terangan berkata akan mempercayaimu, tapi akan menunjukannya dengan cara yang unik. Jangan berpikir terlalu berlebihan, percaya saja padanya."

Benar, dia selalu seperti itu. Bahkan ketika ia berkata mengenal seorang dokter yang sesuai dengan kriterianya, [Name] bersikeras untuk membujuknya walaupun sudah ditolak berkali-kali.

Sial, tanpa sadar aku jadi merasa senang.

"N-Nona... itu... itu...."

"Astel, kau ingin aku meminta Damien yang turun? Tidak, 'kan?"

"Kalau kakak memintanya aku pasti akan melakukannya."

"Terima kasih, Damien. Tapi aku tidak mungkin melakukannya."

Sementara Slava berusaha keras menyembunyikan tawanya, Yeva justru terang-terangan tertawa lepas dan berujar, "kau pasti sudah gila, Nona."

"Iya, 'kan? Aku tahu itu."

Seandainya—hanya pengandaian, jika Wriothesley tidak memasang tembok disekitarnya apa dia bisa lebih dekat dengan wanita itu?

Lantaran sudah tidak tahan lagi, Wriothesley akhirnya melepaskan tawanya begitu saja hingga membuat semua orang disekelilingnya membeku.

Bukan dengan kata-kata, melainkan tindakan. [Name] adalah wanita yang tidak menyukai kata-kata tak berarti.

"Ah... maafkan aku, tapi ini memang diluar dugaan." Sambil berkata begitu, Wriothesley menunjukan senyuman lebarnya dan melanjutkan, "baiklah, akan aku lakukan!"

"Ingat, Yang Mulia. Hanya satu tinju, tidak lebih dan Nona Astel yang akan membayarnya, bukan saya," kata [Name] disertai penekanan di beberapa katanya.

"Iya, iya. Aku mengerti."

































—oOo—

Halo ha, Reader Mikajeh yang tercinta, terkasih, dan tersayang! 🥺👉🏻👈🏻 kita sudah dipenghujung minggu sebelum ganti patch nih, apa kalian sudah siap? 😌 maksudnya siap buat pre-install-nya 😂 yuk, jangan lupa pindah2in datanya sebelum update, siapkan kuotanya juga, pastikan jaringan aman ya! 🤣👊🏻

BTW guys, udah hampir di ujung Arc buat cerita ini, mulai kedepannya Mikajeh bakal pake case-file yang lebih ringan—semoga, wkwkwkwk—jadi bisa santai dulu yagesyaaaa 🤭 yaudah geng, itu dulu ogheyyyy see ya!




Xoxo,

Mikajeh

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro