Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Episode 16

Sidang hari ini berjalan lebih panjang daripada biasanya dan setelah persidangan itu, aku segera kembali ke Palais Mermonia untuk menuliskan hasil perkara untuk sidang yang akan datang. Mengingat cukup banyak orang yang meminta persidangan ulang lantaran bukti dan saksi tambahan baru muncul, aku jadi harus mengulas kembali semuanya dari awal.

Ah, benar juga. Bukankah hari ini seharusnya dia datang?

"Selamat siang, Monsieur Neuvillette. Apa persidangan Anda hari ini sudah selesai semua?" sapa Plessia, Nona muda yang menjabat sebagai asisten kardinal di Palais Mermonia.

"Sepertinya begitu. Terima kasih sudah bertanya, Nona Plessia."

"Tidak, itu bukan masalah."

"Ah, benar juga," ujarku kembali. "Apa hari ini kita kedatangan tamu?"

"Tamu? Apa Anda menunggu seseorang?"

"tidak, itu... dia Hakim Pendamping baru," kataku. Aku pun menjelaskan, "jika dia sudah datang, minta dia untuk langsung menemuiku."

Nona Plessia tersenyum ramah dan mengangguk. "Saya mengerti. Jadi siapa namanya?"

"Nama? Nona itu...."

—oOo—

Tak perlu waktu lama akhirnya aku sampai di kantorku. Sebelum aku duduk, kulihat ada sebuah berkas dengan sampul coklat diletakan di atas meja. Aku pun membuka berkas itu dan mendapati dua lembar resume di dalamnya. Belum sempurna aku menarik isi dari berkas itu, aku sudah bisa menebak siapa pemilik dari resume ini.

Tepat seperti dugaanku, itu milik Nona itu. Berbeda dengan resume yang biasa kuterima, miliknya terlihat tertata lebih rapi dan singkat tanpa mengurangi keseluruhan isinya, ditambah ia menyelipkan foto formalnya pada salah satu sisi bagian atas resumenya. Selain itu ia benar-benar memenuhi kriteria yang ada dengan sempurna serta pengalaman yang mengesankan. Saat aku ingin mengembalikan lembaran resume miliknya, sebuah selembar kertas jatuh dari dalam dan aku pun mengambil kertas itu.

Melihat tulisan tanganya ini, tentu aku langsung mengenalinya.

Aku sudah mengurus semuanya dengan baik, sisanya kuserahkan padamu.

Tertanda, René-Louis de Paulmy.

Tambahan : kalau ada masalah apa pun, kau bisa menceritakan semua pada Nona Hakim.

Aku menghelakan napasku pelan. Dia benar-benar tidak memberitahuku apa pun. Ditambah dia bahkan sampai memanggil Nona itu dengan Nona Hakim padahal aku belum bertemu dengannya sama sekali.

Tak lama kemudian, suara ketukan pintu terdengar dan dari arah baliknya Sedene menyapa, "Nona [Name] yang direkomendasikan Tuan René sudah datang."

"Masuklah."

Pintu dihadapanku terbuka lebar dan menampakan siluet seorang Nona muda dengan rambut merahnya yang menyala, namun bukan itu yang menjadi fokusku. Aku mengingat warna yang keluar dari tubuhnya saat pertama kali melihatnya di ruang simulasi sidang saat itu dan tidak pernah melupakannya, dan kini dua warna itu kian menyatu ke dalam dirinya.

Aku tidak bisa mengatakannya bagaimana, tapi saat melihatnya sedekat ini seakan ada yang berbeda dengannya. Benar, jika Pengembara emas terlihat seperti sosok yang dapat menelan dunia dalam satu gigitan maka Nona ini sebaliknya.

Dirinya seperti sosok yang membawa banyak hal di tangannya. Aku tidak tahu apa itu sebuah kehancuran atau berkah, tetapi yang jelas warna yang keluar darinya benar-benar aneh dan indah disaat yang bersamaan.

"Selamat siang, Monsieur Neuvillette. Saya [Name] Beneviento yang akan mulai bekerja di sini," sapanya dengan sopan.

Sedikit banyak sudah mendengar tentangnya. Biasanya bangsawan kelas atas akan mulai mencarikan pasangan potensial untuk anak-anak mereka demi meneruskan garis keturunan keluarga mereka khususnya bagi keluarga bangsawan dengan sejarah panjang seperti keluarga Count Beneviento. Bagaimana pun, itu adalah fenomena yang sudah biasa terjadi di kehidupan manusia dengan umur pendek seperti mereka.

Namun tidak dengan keluarga Beneviento.

Karena kenyataannya walaupun Count Beneviento memegang kekuatan sosial dan ekonomi yang cukup signifikan, mereka tidak melakukan itu kepada putri satu-satunya ini dan memutuskan akan meneruskan semua kekuasaan keluarga Count padanya bahkan walaupun dia tidak menikah. Count selalu membuat alasan jika putrinya sudah lebih dari cukup, ia bahkan membiarkan putrinya ini untuk ikut campur dalam kekuasaan kehakiman.

"Ah, aku sudah mendengarnya dari René," balasku. "Kau yang akan menjadi Hakim Pendampingku, bukan?"

"Benar, tapi mohon maafkan saya, Monsieur. Profesor René memang merekomendasikan saya menjadi Hakim Pendamping Anda, tapi jika Anda berkenan apa saya bisa tetap menjadi Staff Administrasi bukan sebagai Hakim Pendamping Anda?"

Aku sudah menduga ini. Sebenarnya tawaran permintaannya ini cukup membuatku tertarik. Bagaimana pun sejak awal aku memang selalu menghindari para manusia apalagi jika ini menyangkut pekerjaan.

Namun begitu, aku tidak tahu kenapa tapi aku merasa tidak nyaman dengan permintaannya.

"Alasanmu?" tanyaku akhirnya.

"Sebelumnya saya meminta Profesor René atas posisi Staff Administrasi, tetapi Beliau menuliskannya sebagai Hakim Pendamping Anda."

Dengan kata lain, ia menjelaskan bahwa ada kesalahan pengajuan yang dilakukan René. Dia tidak terang-terangan berkata jika René sangat menyukainya sampai membuatkan surat rekomendasi dengan nilai tinggi seperti itu, padahal jika dia bisa bahkan dia bisa memamerkan hal itu pada orang-orang yang sangat menginginkan René.

"Begitu."

Setelah kuperhatikan Nona ini sekali lagi, dia benar-benar jauh berbeda dari kesan saat aku tahu kalau dia berasal dari keluarga bangsawan besar. Kupikir dia hanyalah Nona muda yang manja, penuh harga diri, sombong, dan menjadikan pekerjaan ini sebagai permainan seperti orang-orang Fontaine yang menganggap persidangan adalah sebuah pertunjukan yang menyenangkan.

Tapi apa yang dilakukannya untuk para Melusine saat itu adalah sebuah kesungguhan dan René tidaklah salah untuk memberikan nilai yang tinggi padanya.

"Ya, itu bukan masalah."

"... maaf?"

"Kau akan tetap menjadi Hakim Pendampingku."

"Ya?"

"Apa kau keberatan?"

"Tidak. Tentu tidak, Monsieur."

Berbeda dengan para Nona muda bangsawan yang selalu diberi riasan penuh dengan pakaian mewah dan perhiasan berkilau, Nona ini justru tampil layaknya rakyat biasa dengan setelan hitam polos dan kemeja putih dengan dasi pita merah di lehernya. Apa dia sedang menutupi identitas bangsawannya?

Apa jangan-jangan dia khawatir jika posisi tingginya yang tiba-tiba akan menjadi buah bibir dikalangan para bangsawan jika Count Beneviento melakukan sesuatu untuknya? Atau dia punya alasannya tersendiri? Aku penasaran tetapi untuk saat ini akan kuurungkan niatku untuk bertanya.

Nona [Name] Beneviento... aku sekarang—entah bagaimana—memiliki ketertarikan khusus padanya. Akan lebih baik jika aku mengamatinya dari dekat dan sedikit lebih lama. Ini tidak masalah, 'kan?

"... dan tolong panggil aku tanpa gelar saja, kau juga tidak harus berbicara formal padaku karena bagaimana pun posisimu sama denganku."

"Ah, akan saya usahakan."

Aku memandanginya lurus. Ah, kurasa... tidak mungkin, ya? Akan aneh rasanya seseorang yang sejak awal memutuskan untuk menjauhi orang lain tiba-tiba tertarik untuk membuat hubungan yang lebih dekat dengan orang lain.

Apa sebaiknya kuurungkan saja niatku? "Maafkan aku, mungkin aku terlalu memaksa."

"Bukan, bukan itu masalahnya," katanya. Ia terlihat sedikit panik. "Tapi pokoknya saya akan berusaha. Terima kasih untuk hari ini."

"Baiklah."


—oOo—

"Semuanya berjalan lancar, Nona [Name] juga sudah mendapatkan dokter yang sangat berpotensi untuk rancangan baru ini."

Aku terkejut karena Nona muda itu benar-benar bisa membujuk Dokter Virchow untuk melakukan autopsi. Bagaimana pun ini adalah proyek baru yang dibuat dengan sangat mendadak, tetapi semuanya sungguh berjalan lancar.

Awalnya aku tidak akan memaksanya jika dia gagal, tapi dia bersikeras untuk tetap membujuk Dokter Virchow dan menyelesaikan masalahnya dengan tangannya sendiri. Sejujurnya aku baru saja memikirkan untuk memberikan akses khusus untuk meminta bantuan Marechaussee Phantom.

Aku tidak tahu apa yang dikatakan Nona [Name] pada Dokter Virchow, mungkin lain kali aku akan menanyakannya langsung.

"Benar, aku hampir lupa melaporkan ini," ujar Sedene. "Karena Elite Garde banyak yang sibuk, jadi Duke Wriothesley yang menemaninya untuk investigasi selama beberapa hari ini."

"Duke Wriothesley?"

"Iya. Setelah pertemuan dengan Monsieur waktu itu, dia tidak sengaja mendengar jika para Garde mengeluhkan masalah kekurangan personel, karenanya dia mengajukan diri untuk menjadi pengawal Nona Hakim."

Ah, aku tidak tahu ini. Pasti Nona [Name] akan terkejut karena kedatangan Duke Wriothesley. Seharusnya aku mengatakannya lebih dulu. Aku khawatir jika dia merasa tidak nyaman—tanpa maksud buruk, tentu saja.

"Monsieur tidak perlu khawatir, Tuan Duke tampaknya juga tidak keberatan karena dia benar-benar menemaninya sampai selesai," ujar Sedene kembali.

"Maksudmu? Duke menemaninya untuk investigasi sampai hari ini?"

Sedene mengangguk. "Iya. Sepertinya keduanya terlihat sangat akrab."

"Begitu, ya...."

Walaupun aku berkata senang mendengar kabar baik ini karena takut ketidaknyamanan keduanya dapat mengganggu pekerjaan mereka, tetapi terbesit rasa tidak senang padaku. Aku tidak tahu alasannya, tapi aku merasa seakan ada hal lain.

Saat itulah Sedene menambahkan, "ini tentang Nona [Name] dan Tuan Duke Wriothesley, sebenarnya mereka...."

Detik itu juga aku terdiam mendengar apa yang Sedene ungkapkan padaku. Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa dan bagaimana menanggapinya. Namun begitu, ada perasaan takut da. khawatir disaat bersamaan.

—oOo—

Awalnya aku tidak ingin memikirkan apa yang Sedene katakan sebelumnya, tapi aku merasa ganjil melihat keduanya seperti ini.

Duke Wriothesley memang cenderung santai, tetapi dia selalu mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Biasanya dia juga tidak pernah keluar dari kantornya kecuali saat ingin melaporkan sesuatu padaku atau saat aku memanggilnya untuk menyelesaikan masalah pekerjaan terkait pesanan di Benteng Meropide.

Kendati demikian, melihatnya keluar seperti ini dan mengikuti Nona [Name] sampai akhir dengan alasan menyelesaikan urusan yang sudah ia lakukan sejak awal rasanya aneh. Ditambah melihat interaksinya dengan Nona [Name], ia seperti tidak mengetahui hal itu.

"... tolong sedikit menjauhlah, Tuan Duke."

"Tidak."

Dia tidak mungkin balas dendam hanya karena hal itu, 'kan?

—oOo—

"ini tentang Nona [Name] dan Tuan Duke Wriothesley, sebenarnya mereka... sempat akan bertunangan."

"... ya? Bertunangan?"

Sedene mengangguk. "Empat tahun yang lalu, Tuan Duke Wriothesley mengirimkan surat lamaran kekediaman Count Beneviento."

"Kalau itu 4 tahun yang lalu, apa saat kondisi keluarga Beneviento sangat buruk?"

"Benar."

Aku tidak tahu kalau Duke Wriothesley juga sangat tertarik dengan hal semacam ini. Bahkan sampai mengirimkan surat lamaran, aku hampir tidak percaya.

Ah, bukan. Justru sebaliknya, aku sangat yakin jika bukan Duke yang menulis surat lamaran itu.

Benar, jika itu Duke, dia pasti melakukan ini hanya untuk menyelesaikan kewajibanya sebagai seorang bangsawan. Mengingat itu terjadi 4 tahun yang lalu dimana kondisi keluarga Beneviento sedang tidak baik-baik saja, mungkin saja ia ingin memanfaatkan hal itu selama pasangannya bukan orang yang akan mengganggu pekerjaannya.

Singkatnya, dia orang yang cukup sederhana daripada kelihatannya.

"Awalnya Count Beneviento berpikir untuk menerimanya tepat saat keadaan Nona [Name] semakin membaik," tambah Sedene. "Bahkan kudengar Nona [Name] juga sempat menyanggupinya."

Tiba-tiba kurasakan bahuku memberat seperti ada sesuatu yang menahan punggungku begitu mendengarnya.

Ah, aku merasa tidak nyaman.

"Begitu, ya...." Pada akhirnya hanya kata-kata itu yang bisa kukeluarkan.

Detik berikutnya, Sedene kembali menambahkan, "tapi pada akhirnya mereka tidak bertunangan karena perjanjian Nona [Name] dengan Tuan Count."

"Perjanjian?"

"Iya, Nona [Name] akan menerima lamaran Yang Mulia jika keadaan keluarganya tidak membaik."

"Karena itulah tidak ada kabar atau gosip tentang keduanya...."

"Kupikir juga begitu," ujar Sedene. "Setelah keadaan keluarga Beneviento stabil, Tuan Count menulis surat penolakan lamaran dengan alasan Nona [Name] belum cukup siap untuk menikah."

"Ah, begitu...."

Walaupun menolaknya dengan alasan seperti itu, pada tahun berikutnya Nona [Name] memasuki Perguruan Tinggi Hukum di Fontaine dan menyelesaikan masa studinya dalam waktu 3 tahun. Waktu yang relatif bahkan sangat cepat bagi seorang pelajar untuk menyelesaikan kuliahnya.

Tapi tunggu, aku merasa ada yang aneh dari informasi ini.

Jika dulu keduanya hampir bertunangan, bukankah seharusnya mereka setidaknya mengenal satu sama lain?

—oOo—

Awalnya itulah yang kupikirkan, tapi melihat keduanya seperti tidak mengenal satu sama lain—atau setidaknya mungkin keduanya berpura-pura.

Tapi aku tidak melihatnya seperti itu.

"Aku bilang tidak!"

Benar, keduanya tidak terlihat seperti benar-benar saling mengenal.

"Iya, 'kan?"

Nona [Name] pasrah, perlahan ia mulai menenangkan dirinya. Bersamaan dengan itu, sebentar lagi Aquabus akan berhenti ditujuannya.

Tepat saat aku ingin berdiri dan bersiap turun, Nona [Name] berkata, "... lagi juga, bagaimana bisa hasil inves—!"

Tepat detik berikutnya, tubuh kecil Nona itu tertarik ke belakang dan hendak jatuh. Namun aku segera menahan punggungnya agar tidak terjatuh dan menggenggam sebelah tangannya.

"Terima kasih... Monsieur Neuvillette."

Aku baru menyadarinya saat melihatnya sedekat ini, manik violetnya benar-benar bersih dan cerah.

"Lain kali hati-hati." Perlahan kubantu dia berdiri dan aku melanjutkan, "kita sudah sampai."


































—oOo—

Halo! Halo! Reader Mikajeh yang tercinta, terkasih, dan tersayang! 🥺

Gimana nih hari kedua updatenya? Udah pada selesaiin AQ sm SQ-nya? 🤧 aku udah selesaiin dan berkat itu... AKU HARUS UBAH ENDING CERITANYA WKWKWKWKWK ya walopun belom ditulis alias masih outline tapi ya yaudeh awokawoka sebenernya bisa aja gak diganti jg sih krn banyak dialog di voiceline yg gk berubah jg terkait lore yg aku ambil buat ending jd kek agak rancu infonya gt 🏃🏻‍♀️💨 tp ya sesuai janji, aku bakal mulai triple update di minggu depan~! ☝🏻 Mikajeh mw kelarin world quest dlu mwehehehe

Uhhh... itu aja deh, kurang lebihnya kek biasa yak, makasih semu! See ya!



xoxo,

Mikajeh

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro