Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Episode 11

"Saya sudah berbicara dengan kepala pelayan Count Monspiet, siang ini saya akan kembali ke sana."

"Apa kau yakin dia akan membuka mulutnya?"

Awalnya aku ragu untuk melakukan ini. Aku tidak yakin apa akan bisa memancingnya untuk mengungkapkan motif dan mengakui perbuatannya atau tidak, tetapi ini tetap layak dicoba.

Karena itulah dengan yakin aku berkata, "iya, dia pasti akan mengakuinya."

Neuvillette memandangiku untuk waktu yang cukup lama sebelum melihat ke arah gelas air yabg ada di tangannya dalam diam. Melihatnya seperti itu, sepertinya ada yang sedang dipikirkannya.

Mengabaikan hal itu, aku meletakkan setumpukan kertas di atas mejanya yang lenggang.

"Ini laporan perkara yang terakhir untuk—ah!"

Aku meringis, memandangi jemariku yang mengeluarkan darah karena goresan kertas. Lalu dengan hati-hati menggeser tumpukan dokumen di depanku dengan menjauhkan jemariku yang terluka.

Benar juga, selama beberapa hari ini pekerjaanku lebih banyak daripada biasanya. Ditambah karena ada perubahan pada sistem peradilan, banyak orang yang mengajukan kasasi, banding dan investigasi ulang. Sepertinya aku sudah sangat lelah sampai melakukan kesalahan seperti ini.

Apa aku terlalu memaksakan diri belakangan ini?

"Monsieur, kalau ada hal penting lain yang Anda butuhkan, Anda bisa—!"

Kata-kataku terhenti di udara saat menyadari Neuvillette menarik tanganku yang terluka dengan lembut. Ia kemudian bertanya, "Nona [Name], apa kau terluka di tempat lain?"

"Ah, maafkan saya. Saya akan segera membalut lukanya agar tidak mengenai dokumen yang ada."

"...." seakan mengabaikan kata-kataku, Neuvillette tidak melepaskan tanganku dan malah menatapnya dalam diam

"Saya akan segera membersihkannya, Anda—!?" Tanganku mendadak kaku saat Neuvillette memasukkan ujung jariku ke dalam mulutnya dan menjilat darah yang keluar dari lukanya. "Mo-Monsieur ...!?"

Ia berhenti dan menatapku, jemariku masih dipegang olehnya. "Maaf, apa itu sakit?"

"Ti-tidak, bukan itu maksud saya ...!"

Bagaimana aku mengatakan ini padanya? Aku benar-benar malu sekali! Dan ini... bagaimana jika ada seseorang yang melihatnya!?

"Maafkan saya, tapi Anda tidak harus melakukan itu...," kataku dengan agak ragu.

"Benarkah?" ia berpikir sejenak. "Biasanya manusia sering melakukan itu untuk menghentikan pendarahan, apa aku salah?"

... siapa yang dia lihat? Bukan, itu memang tidak salah dan biasanya dilakukan secara refleks dan bukan berarti harus orang lain yang melakukannya.

Kalau dipikir, bukankah kemarin aku berteriak padanya? Tunggu! Jangan bilang dia masih memikirkan itu dan marah karena itu?!

"Itu... Monsieur Neuvillette... apa saya melakukan kesalahan?" kataku dengan ragu. "Sepertinya Anda terlihat sangat terganggu sejak tadi."

"Tidak ada. Maaf karena membuatmu berpikir seperti itu."

"Tidak, tidak! Justru saya yang ingin minta maaf karena kemarin berteriak pada Anda."

"Ah... aku tidak apa-apa," ujarnya. "Tapi kau baik-baik saja? Benar tidak ada yang terluka lagi?"

"Iya! Saya baik-baik saja!" Memangnya kalau ada, apa lagi yang ingin kau lakukan!?

"Syukurlah." Sambil berkata begitu, Neuvillette melepaskan tanganku darinya. "Ngomong-ngomong, bukankah orang dari keluarga Marquess Laviouly ingin datang?"

Aku mengangguk. "Iya, benar. Mereka ingin meminta konsultasi hukum untuk bisnis mereka di Liyue."

Sejujurnya aku tidak terlalu suka mengurus permintaan Marquess Laviouly, dia sering kali membuat celah dan kesempatan untuk membuatku dan Putra keduanya berduaan. Aku jelas-jelas tahu apa tujuannya dan biasanya aku akan selalu berdalih kalau Neuvillette menungguku atau ada sidang yang harus kusiapkan.

Sejujurnya aku tidak masalah, hanya saja aku tidak suka dengan caranya. Dia berusaha membuat gosip tak menyenangkan yang akan menguntungkannya dengan membuatku hanya berdua dengan putra keduanya itu. Kemungkinan besar dia mengincarku tepat setelah Ayah berkata akan meneruskan gelar dan semua warisannya kepadaku. Benar-benar... aku harus selalu berhati-hati.

"Nona [Name], apa ada yang kau pikirkan?" tanyanya. Raut wajahnya masih sama, tapi aku bisa merasakan kekhawatiran dia. "Tolong katakan padaku jika terjadi sesuatu."

Sebetulnya ini masalah pribadi, tapi karena bisa mempengaruhi pekerjaanku jadi tidak apa-apa untuk mengatakannya, 'kan? Toh kalau dipikir yang jadi masalah bukan aku, tapi klienku sendiri.

"Sebenarnya...."

Aku menceritakan tentang masalah Marquess Laviouly itu padanya dan mengatakan kalau aku sedikit khawatir sewaktu-waktu akan mempengaruhi pekerjaanku dengan Marquess.

Selesai dengan itu, tiba-tiba Neuvillette berkata, "kalau begitu batalkan janji temumu dengan Marquess dan minta dia datang ke Palais Mermonia sendiri."

"Ya!? Tiba-tiba?"

"Aku yang akan mengurusnya, kau tidak perlu berhubungan dengannya lagi."

Uh... aku merasa bersalah pada Marquess.

—oOo—

Hari ini aku kembali lagi kekediaman mendiang Count Monspiet. Hampir seluruh pekerja yang ada di kediaman meninggalkan posisinya masing-masing atas permintaanku kecuali untuk satu orang.

Setelah mengonfirmasi keberadaan orang itu, aku meminta Neuvillette dan Duke Wriothesley yang ikut untuk tetap bersembunyi dan membiarkanku berbicara dengan pelaku.

Pintu ruang kerja Count Monspiet yang awalnya terkunci rapat kini terbuka, sudah dipastikan orang inilah yang memegang kunci duplikat milik Countess yang hilang. Begitu aku membuka pintu, kulihat orang itu sedang memegang selembar dokumen di tangannya.

Aku menyapa, "kau khawatir? Dokumen yang selama ini kau cari ternyata disembunyikan di sini?"

Alasan dia mengulur waktu kematian Count bukan untuk melarikan diri atau menyembunyikan dirinya, melainkan apa yang ia bawa bersamanya dan berhubungan dengan dokumen yang Count sembunyikan. Benar, itu catatan tentang kehamilan wanita simpanan Count itu sendiri.

"Berkas yang seharusnya tidak pernah ada karena kau harus menyembunyikannya ada di sini," ujarku. "Itu hanyalah salinan yang sudah kubuat untuk hal seperti ini."

Tentu, aku tidak mungkin seteledor itu sampai mengembalikan bukti penting untuk kasus seperti ini.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona Beneviento?"

"Kau pembunuh yang sebenarnya bukan, Nona Gillard... ah, bukan, Nona Alexia?"

"... saya kira investigasinya sudah selesai."

Aku tersenyum. "Benar, semuanya sudah selesai. Sekarang semuanya sudah terungkap."

"Begitu, ya...."

"Kau benar-benar mencintai mendiang Count Monspiet, 'kan?" Kataku masih dengan ekspresi yang sama. "Aku baru menyadarinya begitu memikirkan ekspresimu saat pertama kali kita bertemu, apa kau menyesalinya?"

Pelayan yang akrab disapa Alexia itu melemas, ia melangkah mundur selangkah dan bersandar pada meja di belakangnya. Sorot matanya turun, seakan ia sudah putus asa menyembunyikan semuanya.

Dalam keadaan hening itu, aku kembali membuka suaraku, "kau memikirkan kata-kata Paman Anda—Tuan Grimal—benar?"

"... kau bahkan belum dinikahi sama sekali setelah tiga tahun bersama pria itu," ia menimpali.

Itu bukanlah sebuah kata-kata biasa apalagi jika yang mendengarnya adalah wanita yang sedang hamil sepertinya. Perasaannya menjadi lebih sensitif dibandingkan biasanya, jelas saat itu ia tidak berpikir jernih.

Nona Alexia menghelakan napasnya pasrah, memandang dokumen di tangannya sejenak sebelum meletakannya kembali ke atas meja.

Ia lalu berkata, "setiap kali aku memikirkan ucapan pria brengsek itu setiap hari, dadaku rasanya ingin meledak... terlebih Tuan Count mulai terlihat bimbang dan menyesali semuanya."

"Apa kau baru merasakan itu setengah tahun ini?" Benar, dia pasti selalu memikirkannya saat melihat Countess tetap diam seolah tidak tahu apa pun dengan memperburuk keadaannya menggunakan rumor yang tersebar.

Walaupun kehidupan rumah tangga keduanya tidaklah harmonis, bukan berarti Countess Arielle tidak tahu apa pun. Sebaliknya, aku yakin dialah yang paling tahu keadaan rumah ini. Alasannya karena rumor tentangnya yang tersebar itu sudah dilebih-lebihkan.

"Saat aku bertanya kapan ia akan menceraikan Nyonya Arielle dan menikahiku, dia selalu membuat alasan dan memperburuk keraguanku," kata Pelayan di depanku. "Aku tahu kalau Nyonya tidaklah seperti yang rumor itu katakan, karena itulah Tuan Count belum menceraikannya."

Benar. Itu fakta kalau Nyonya Arielle sering kali berpesta dan mendatangi pertemuan para bangsawan terutama para pria. Tapi itu bukan untuk menggoda pria itu melainkan sungguh mencari sponsor dan dana tambahan untuk bisnis yang sedang dijalankan Count Monspiet dan Count mengetahui itu, karenanya ia semakin ragu untuk menceraikan istrinya.

"Padahal dia sudah minta maaf padaku dan mengatakannya dengan jujur, aku juga awalnya hanya memikirkan sejumlah mora yang bisa ia berikan padaku, tapi...."

"... kau mengharapkan lebih."

Nona Alexia mengusap ujung matanya yang basah, sementara aku memandanginya dalam diam.

Ini hanya perkiraanku, tetapi pernikahan yang tidak bahagia itu membuat Tuan Count memikirkan hal gila. Mungkin saat itulah ia benar-benar jatuh hati pada gadis pramusaji yang mendengarkan ceritanya dan membawanya ke sisinya, sebaliknya gadis itu tidak. Paling tidak itu awalnya.

"Sebelumnya aku memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi dan mencoba pergi...." suaranya bergetar, air mata perlahan keluar dari pelupuknya. Gadis itu menangis. "Tapi Tuan Count menghentikanku, dia masih mencintaiku. Dia bahkan bilang kalau dia memperhatikanku."

Itu bukanlah kebohongan. Bagaimana Tuan Count dengan sepenuh hati menjaga dirinya bahkan di tengah malam, menemaninya untuk pemeriksaan rutin bahkan pergi diam-diam berlibur berdua dengannya.

Namun kepercayaan itu runtuh saat Nona Alexia bertemu dengan Tuan Grimal. Keadaannya diperburuk dengan kata-katanya ditambah psikologinya yang kian sensitif karena kehamilannya.

"Aku bisa memberikan segalanya untuk Tuan Count! Bukan hanya tubuh ini, bahkan anak ini juga! Aku bisa menjadi miliknya seutuhnya! Tetapi kenapa dia ragu?" Pelayan itu mulai menangis lebih keras. "... bukankah dia bilang pernikahannya tidak membuatnya bahagia, tapi kenapa dia menjadi ragu? Karena itulah... aku membubuhnya agar ia menjadi milikku seorang."

Awalnya itu hanya kecelakaan. Fraktur yang ditemukan pada kepala mendiang Count Monspiet memang tidaklah fatal, tetapi itu cukup untuk membuatnya tak sadarkan diri.

Mungkin saat itulah keduanya bertengkar hebat hingga membuat Tuan Count tidak sengaja tergelincir dan membentur meja hingga ia pingsan dan detik itu Nona Alexia terpikirkan untuk membunuh Tuan Count yang tak berdaya.

"Begitu, ya...."

Melihatku tak bereaksi lebih, Nona Alexia menjatuhkan dirinya dan mulai menangis kencang. Dari arah belakangku, Neuvillette dan Wriothesley masuk kemudian pria berambut hitam itu berkata, "dengan ini sudah berakhir, ya?"

"Ya, itu sudah cukup. Dia sudah mengakui kesalahannya," ujar Neuvillette.

—oOo—

Semuanya sudah berakhir. Nona Alexia diborgol dan dibawa pergi oleh pihak Garde. Sementara aku masih berdiam diri di dalam ruang kerja Tuan Count.

Saat itulah Wriothesley bertanya, "ngomong-ngomong, bagaimana Nona Hakim tahu kalau dialah pelakunya?"

"Walaupun dia memalsukan namanya, tapi dia tidak bisa menyembunyikan wajahnya. Selain itu rentang waktu kedatangannya tidak bisa dikatakan kebetulan."

Tempat paling aman untuk menyembunyikan sesuatu adalah dengan terus membawa benda itu berada di dekatnya, karena itulah Tuan Count tidak repot untuk menyembunyikannya di tempat jauh atau terpencil dan membawa Nona Alexia kekediamannya.

Selain itu sebenarnya tim forensik menemukan sehelai rambut berwarna coklat dengan pangkal keunguan. Betul, seperti pohon dengan dedaunan ungu yang ada di halaman kediaman Tuan Count. Warna violet yang cerah, mungkin Tuan Count mendedikasikan pohon itu untuk Nona Alexia.

"Selain itu, sepertinya masih ada hal yang Anda sembunyikan," ujarku saat wanita itu berjalan ke arahku. "Benar begitu, Nyonya Arielle?"

Wanita itu menghela. Alisnya berkerut. Setelah keheningan sesaat ia menjawab, "... begitulah."

Walaupun dikatakan pernikahan keduanya tidaklah bahagia, tapi bukan berarti mereka tidak pernah mencintai satu sama lain.

Di kehidupanku sebelumnya, ada sebuah cerita dimana pasangan suami istri yang jarang berbicara dan sungkan satu sama lain tetapi tetap mempertahankan pernikahannya selama 25 tahun. Faktanya keduanya saling mencintai dalam diam dan baru bisa mengungkapkan isi hatinya ketika kedua putri mereka memaksa mereka untuk liburan berdua.

"Dulu aku mencintainya. Tapi aku tidak bisa bilang karena aku takut," kata Nyonya Arielle. Wanita itu memeluk dirinya sendiri. Pandangannya tertunduk. "Aku tidak akan pernah bisa membahagiakannya bahkan memberikan apa yang diinginkannya, karena itulah aku diam saja saat tahu ia bermain dengan wanita lain."

Aku bahkan tidak perlu bertanya apa yang ingin dikatakan Nyonya Arielle. Bagaimana pun bukankah itu sudah jelas?

"Melihatnya bahagia sudah cukup untukku, saat itulah aku memutuskan untuk meninggalkan segalanya setelah menyelesaikan urusanku. Tapi...."

"... Tuan Count bilang tidak akan pernah menceraikan Anda."

"... benar."

Perceraian bagi kaum bangsawan adalah aib yang sangat besar, khususnya bagi para wanita bangsawan. Karenanya kebanyakan bangsawan pasti memiliki setidaknya satu atau dua simpanan meskipun tidak menceraikan pasangan mereka.

Namun dalam kasus ini, Tuan Count mencintai dua wanita disaat yang bersamaan.

Melihat yang dilakukan Nyonya Arielle diam-diam perlahan membuatnya luluh walaupun ia tidak bisa memberikan keturunan. Dilain sisi ia juga nyaman dengan Nona Alexia sebagai orang yang bisa mendengarkan cerita dan memberinya keturunan.

Karakternya yang angkuh, seenaknya dan rumor buruk seperti gosip yang beredar adalah perisai untuk dirinya sendiri bagi Nyonya Arielle.

"Nona Hakim, saya ingin menjadikan anak itu sebagai pewaris keluarga Count. Apa Anda bisa melepaskannya setelah kelahirannya?"

"Maaf karena mengecewakan Anda, tetapi karena yang dilakukan Nona Alexia, maka garis keturunan darinya secara hukum terputus dari pewarisan," ujar Neuvillette menjelaskan.

"Saya mohon, apa tidak ada yang bisa dilakukan?"

Secara hukum, anak itu akan dititipkan pada lembaga panti sampai batas usia dimana anak itu bisa mengurus dirinya sendiri. Jadi jujur saja, tidak banyak yang bisa dilakukan.

"Mungkin... ada."

Mataku membola mendengat Neuvillette mengatakan itu. Aku menoleh ke arahnya. Tunggu, jangan bilang—

"Anda bisa mengadopsinya dan memberikan nama Anda untuknya."

—seperti dugaanku.

"Bagaimana? Apa Anda bersedia memberikan nama Anda untuknya?"

Ini adalah keputusan berat apalagi untuk Nyonya Arielle. Bagaimana pun dia adalah anak dari wanita simpanan suaminya, terlebih dia harus rela memberikan namanya pada anak itu.

Kendati demikian, Nyonya Arielle menjawab, "saya akan memberikannya."

Aku tidak tahu pasti, tapi mungkin sebenarnya ini hanyalah perasaan untuk menebus ketidakberdayaan wanita ini semata.




























—oOo—

Hali halo ha! Reader Mikajeh yang tercinta, terkasih, dan tersayang! 😘 akhirnya sudah sampai di sini anjay hehehehe 👀💕

Sisa dua chapter lagi sampe Mikajeh ganti POV dan abis ini chapter santai-santai kok jadi tenang aja 👁👄👁 walopun gak santai banget tapi ya santai lah soalnya 1 chapter kasusnya langsung kelar awokawokawoka 🏃🏻‍♀️💨 Sekali lagi Mikajeh ingatkan kalau work ini main genre-nya Mystery bukan Romance jadi jangan heran kalo banyak banget cerita case file gitu dan sekalinya masuk cerita dgn kasus panjang ya chapternya ikutan panjang 😂

BTW aku mau bilang MAKASIHHHHH BANGET BUAT KALIAN-KALIAN YANG MASIH SANGGUP BACANYA WKWKWKWKWKWK 🥹🥹🥹 Jujur ini work mystery pertamaku jadi aku kurang pede gitu takutnya ada bagian yang kurang jelas, gak logis bgt bla bla bla atau gimana terus bikin pembaca bingung, soalnya aku pengalaman baca buku genre mystery malah planga plongo sama endingnya dahal ceritanya bagus, mana kudu baca dua kali baru paham hahahaha 😭

Oh iya, Mikajeh juga mau ingetin kalo Mikajeh sering banget buka worknya buat revisi sm reread draft yang ada, jd mungkin sewaktu-waktu bakal kepencet publish gitu jadi aku mau bilang... MAAAPPPPPP BANGETTTT KALO TBTB ADA NOTIF UPDATE CHAPTER MASUK TAPI CHAPTERNYA ERROR ASDFGHJKL 😭 Sebenernya ini bukan pertama kalinya juga, jadi mungkin yg ngikutin dr awal chapter prolog rilis tau aku pernah pub sampe chapter berapa 😅

Yaudah itu aja dari aku dulu, kurang lebihnya mohon dimaafkan dan kalo ada tambahan apa-apa kek biasa bakal aku umumin aja yeah 👀✨️





Xoxo,

Mikajeh

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro