Episode 10
Selesai dari Dokter Lavert, aku dan Neuvillette memutuskan untuk kembali dan merundingkan hasil investigasi hari ini.
Semua informasi yang kuterima hanya setengah-setengah, bahkan Count sendiri menyembunyikan wanita itu sampai seperti ini seakan-akan ada yang ingin membunuh wanitanya itu. Tidak hanya identitas, bahkan tempat tinggalnya pun disembunyikan juga.
Untuk alasan apa Count melakukannya?
Saat aku sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba Neuvillette berkata, "rasanya aku pernah melihat gadis itu."
"Maksud Anda Nona Gaillard?"
Neuvillette mengangguk. "Warnanya sangat unik, karena itu aku mengingatnya. Keduanya terhubung seperti satu bagian yang sama, walaupun satunya terlihat sangat redup tetapi cahaya yang lainnya melindunginya dengan baik...."
Pria jangkung itu memandangiku dalam diam begitu pun sebaliknya. Apa yang dikatakan Neuvillette seperti deskripsi dalam game.
Melusine melihat dengan cara yang unik, mereka mengenalinya sebagai bentuk dan warna yang berbeda dari manusia biasa. Penglihatan kuat dan persepsinya lebih baik daripada orang-orang pada umumnya.
Begitu pun dengan Neuvillette.
Tunggu, kenapa sekarang dia melihatku seperti itu? Memangnya ada yang aneh denganku? Atau ada sesuatu di wajahku?
Namun segera kutepis perasaan itu saat kurasakan ada sesuatu yang semakin datang mendekat. Alisku berkerut tidak nyaman. Sejujurnya aku sudah merasakan ini tepat saat aku ada di kediaman Count, tapi saat itu sosok itu tidak berani bahkan hanya untuk menunjukan batang hidungnya saja.
"Monsieur Neuvillette, apa Anda memikirkan yang saya pikirkan?" kataku.
"Sepertinya. Dari awal aku diam karena dia tidak melakukan apa pun."
Namun aku dan Neuvillette terus berjalan sampai di sebuah persimpangan dan berpisah. Lalu seperti dugaanku, orang itu akhirnya muncul.
Saat ia memperlihatkan wajahnya, kutodong ia dengan pistol di tanganku. Pria itu terkejut dan segera mengambil langkah mundur tapi terlambat, Neuvillette segera menghentikan langkahnya dan ia terjerembab ke belakang.
Dilihat dari pakaiannya jelas dia bukanlah orang yang cukup mampu. Wajahnya lesu, ia terlihat cemas dan matanya yang bergetar terlihat tidak fokus. Dia seorang pemabuk berat.
"Kenapa kau mengikuti kami?" kataku langsung.
"K-kalian orang-orang dari Palais Mermonia, 'kan? Benar, 'kan?" ujarnya tergesa-gesa. "Kulihat kalian juga baru keluar dari klinik Dokter Lavert itu, apa kalian yang menyelidiki kasus kematian bangsawan miskin itu?"
"Oh, sepertinya kau sudah mendengarnya cukup banyak," sahut Neuvillette. "Aku tidak tahu apa tujuanmu, tapi apa kau sadar kalau saat ini aku bisa saja menjatuhkan pidana pada dirimu?"
"T-tidak! Tidak seperti itu maksudku! Sebenarnya aku tahu tentang gadis bernama Gaillard itu, aku bisa memberitahunya, tapi sebagai gantinya...."
"Kau berniat memeras kami?" Yang benar saja? Di depan aparat penegak hukum? Sepertinya otaknya mencair karena terlalu banyak minum alkohol.
"Ayolah, Nona. Aku tidak mengatakan itu," katanya santai. "Bagaimana? Aku bisa memberikan informasi yang kalian inginkan tentang gadis itu."
Aku melirik ke arah Neuvillette yang menunggu keputusanku. Sepertinya dia ingin aku melakukan apa pun yang kuinginkan, tidak masalah bagaimana pun itu.
Aku tersenyum penuh makna. Pria itu membalas demikian, wajahnya terlihat lebih cerah seakan baru saja mendapatkan sesuatu.
"Kalau begitu, ikuti aku."
—oOo—
"Gaillard adalah keponakanku, dia putri dari mendiang kakakku. Awalnya dia hanyalah gadis pramusaji di tempat ini, sampai tiba-tiba bangsawan itu datang dan membawanya."
"Jadi mereka pernah berbicara sebelumnya? Apa yang mereka bicarakan"
"Entahlah, aku tidak tahu detailnya karena percakapan mereka terdengar sangat rumit. Tapi seingatku bangsawan itu membicarakan soal rumah tangganya."
"Ah...."
"Sejak saat itu, setiap bangsawan itu datang Gaillard yang akan menjamunya dan mendengarkan ceritanya," ia melanjutkan. "Nona pasti mengerti kalau wanita paling hebat jika menggoda dengan tubuh mereka, 'kan?"
"...."
"Kau tahu kalau kata-katamu lancang?" Neuvillette mengancam. Saat aku menoleh ke arahnya, sorot matanya terlihat tajam.
"M-maaf, maafkan aku. Aku akan lanjutkan," nyali pria itu turun seketika. "Lalu tiga tahun lalu, Gaillard bilang akan pergi dari tempat ini untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Setelah itu aku tidak pernah bertemu dengannya lagi."
"Apa kau tahu kemana dia pergi? Atau apa kalian pernah bertukar surat?" tanyaku.
"Nona Muda, Anda jangan percaya dengan kata-kata pria brengsek pemabuk ini. Dia ini hanya pembohong bermulut besar," ujar pelayan sembari membawa segelas Fonta dingin. "Gaillard memang bekerja menjadi pramusaji di sini, tetapi pria inilah yang terus memerasnya untuk bermabuk-mabukan."
"Wanita tua ini! Apa yang kau katakan!?"
"Memang benar!"
Aku berdehem, menghentikan perdebatan kedua orang dihadapanku dan berkata, "sepertinya Anda mengetahui sesuatu, jadi apa Anda tahu hubungan Nona Gaillard dengan Count?"
"Tentu saja! Bangsawan itu selalu rutin datang ke tempat ini bukan hanya untuk makan saja," kata pelayan itu. "Awalnya aku menentangnya karena mereka adalah orang yang berbeda, tetapi Gaillard terlihat sangat bahagia dan aku tidak tega untuk mengatakan apa pun."
"Sebelumnya Tuan Grimal bilang tiga tahun lalu Nona Gillard dibawa pergi, apa kau tahu siapa yang membawanya pergi?"
"Aku tidak tahu," jawabnya. "Seseorang menjemputnya pergi, dilihat dari pakaiannya sepertinya dia seorang bangsawan. Kupikir itu sepertinya bangsawan itu."
Aku juga memikirkan hal serupa. Saat itu Neuvillette bertanya, "kemana dia membawanya?"
Bibi pelayan itu menggeleng. "Aku juga tidak tahu. Tidak lama kemudian, Gaillard mengirimkan sebuah surat padaku. Dia hanya mengabariku tentang keadaannya."
"Apa kau tahu darimana surat itu dikirim?" Neuvillette kembali bertanya.
"Court of Fontaine, Quartier Narbonnais."
Tunggu, kalau itu Quartier Narbonnais bukankah daerah itu dekat dengan kediaman Count?
Apa mungkin ...?!
"Nona [Name] ...?"
"Apa ada hal lain lagi?" tanyaku. Ini hanya untuk memvalidasi pemikiranku. Setelah mendengar cerita pemilik restoran, aku terpikirkan sesuatu. Aku tidak menyadarinya dari awal karena ia terlihat sangat berbeda dengan foto yang ada di data diri kesehatan milik Dokter Lavert.
"Hal lain lagi... ah, benar," jawab pria di depanku. "Aku bertemu dengannya lagi sekitar sebulan yang lalu. Dia tidak banyak berubah, jadi aku masih bisa mengenalinya dengan baik."
"Apa kau sempat berbicara dengannya?" Neuvillette terlihat serius. Ia tampak memikirkan sesuatu.
"Walaupun dia sudah pergi cukup lama, kondisinya tidak terlihat jauh berbeda dari sebelumnya padahal dia bilang dia tinggal dengan seorang bangsawan," ujarnya mencemooh. "Paling hanya seorang bangsawan miskin saja."
"Sudah kuduga! Pasti kau mengatakan hal-hal buruk lagi padanya!" Bibi pemilik resto membalas ketus. "Kali ini apa yang kau katakan padanya!?"
"Kenapa kau terus memukulku!?" Pria di depanku meringis. "Sudah jelas, 'kan? Bangsawan itu hanya memanfaatkannya?! Lihat saja keadaannya! Dia bahkan belum dinikahi sama sekali setelah tiga tahun bersama pria itu."
"Kau ini benar-benar...."
"Kuucapkan terima kasih atas informasinya, kalian benar-benar sudah membantu investigasi kami untuk kasus ini," ujarku.
"Kalau begitu—"
"—Mora untuk Fonta dan airnya akan kuletakkan di atas meja, kalau begitu aku permisi dulu."
"Kau—!? Apa kau menipuku?" Amarah pria itu memuncak. "Aku sudah memberikan informasi yang kau inginkan, sekarang berikan bayaranku!"
"Bayaran?" Aku berkata polos. "Ah, apa aku pernah berkata akan membayarmu untuk informasi ini?"
"Tapi saat itu...." kata-katanya terputus saat melihat aku tersenyum penuh makna. Senyuman yang sama seperti yang kuberikan sebelumnya. Saat menyadarinya ia mengeraskan rahangnya.
"Benar, kau hanya meyakinkan dirimu sendiri kalau aku pasti akan membayarmu," kataku. Aku berdiri, bersiap untuk meninggalkan restoran. "Ayolah, Tuan. Aku tidak mengatakan itu. Apa aku salah?"
Amarah pria itu memuncak kembali. Saat hendak menyerangku dengan tiba-tiba, Neuvillette menarik tubuhku ke belakang sementara sebelah tangannya ia gunakan untuk melumpuhkan pria itu dengan tongkatnya. Aku sempat mematung karena terkejut.
"Kau sudah melewati batas. Aku akan menahanmu dan menjatuhkan pidana atas tuduhan penyerangan terhadap aparat penegak hukum yang sedang bertugas," kata Neuvillette tegas. "Satu lagi, semua yang ada di sini akan jadi saksi mata. Kupastikan kau tidak akan lepas dari hukumanmu."
"A-apa? Aku bahkan belum melukai wanita itu!?"
"Monsieur Neuvillette, saya dengar ada... ah, apa orang ini?" Seorang Garde memasuki restoran setelah mendengar keributan.
"Kalian tahan dia. Aku akan mengadilinya nanti."
"Saya mengerti!"
—oOo—
Semuanya segera berakhir baik. Sejujurnya tadi aku ingin menambahkan pidana atas dugaan eksploitasi anak, tetapi mengingat Gaillard sendiri sudah di batas usia dewasa, jadi dialah yang harus memutuskan untuk mempidananya atau tidak.
Daripada itu. "Monsieur Neuvillette! Apa yang sebenarnya Anda pikirkan!?"
"Ah... aku...."
"Saya tahu kalau Anda berusaha menolong saya, jadi jangan katakan itu!" kataku setengah berteriak. Alisku kurasakan mulai berkerut kesal. "Maksud saya, kenapa Anda sembarangan menyerangnya?! Bagaimana jika saat itu tiba-tiba dia menyembunyikan senjata api di sakunya?!"
Kepemilikan senjata api di sini sangatlah mudah didapatkan, semuaya diperjualbelikan secara bebas. Banyak orang-orang kurang mampu memilih untuk membeli sebuah senjata yang digunakan untuk mengancam seseorang dan mencuri, karena itulah bahkan di dalam gamenya banyak sekali ditemukan bandit dan para penimbun harta karun.
"... maafkan aku."
Aku menghela pelan. Berusaha menenangkan diriku. "Bukan, maksud saya... saya yang seharusnya meminta maaf karena sudah berteriak pada Anda."
"Tidak, aku sungguh-sungguh. Maafkan aku karena bertindak seenaknya."
Ah, aku juga bersungguh-sungguh. Sepertinya tadi aku terlalu memancingnya sampai pria itu jadi begitu.
"Selama Anda baik-baik saja, itu tidak masalah," kataku.
"... iya, terima kasih."
Investigasi kami berakhir hari ini. Semua kepingan pertanyaan dalam benakku sedikit banyak sudah terjawab. Sejujurnya ada satu hal yang ingin kulakukan untuk mempersingkat persidangan nanti.
Sebaiknya kubicarakan dengan Neuvillette dulu di Palais Mermonia.
—oOo—
Awalnya itulah yang kupikirkan, tapi cuaca malam ini berkata lain. Aku terkejut saat hendak ingin pulang melihat hujan deras menyambutku dan membuatku mengurungkan diri untuk pulang.
Perasaanku tidak enak. Jelas-jelas sore ini biasa saja dan langit masih cerah dan bersih, bagaimana bisa malam ini tiba-tiba hujan? Bahkan sebelumnya aku tidak merasakan hawa dingin sebelum hujan datang.
Apa mungkin... terjadi sesuatu dengan Neuvillette?
Saat aku kembali memasuki Palais Mermonia, seorang karyawan administrasi bertanya padaku, "lho, Nona [Name]? Kenapa kembali?"
"Ah, itu... hujan."
"Eh? Tidak biasanya, padahal sudah sebulan lebih ini tidak hujan tapi mendadak hujan lagi, apa sudah memasuki musim penghujan?"
Aku tidak yakin itu.
"Mungkin saja," kataku akhirnya. "Ngomong-ngomong, sepertinya aku akan lembur hari ini sekalian menyelesaikan beberapa laporan kasus yang belum sempat kutangani."
"Benar juga, karena beberapa hari ini kau sibuk dengan investigasi kasus itu, 'kan?"
"Begitulah." Aku kembali meletakkan tas dan menyampirkan jasku di balik meja. "Ya, tapi karena sudah selesai jadi harusnya tidak masalah."
"Syukurlah kalau begitu," ujarnya. "Sepertinya aku akan lembur juga."
"Padahal kau terlihat sangat sibuk sekali." Alisku terangkat.
Wanita itu tertawa. "Benar juga. Tapi apa kau tahu? Sejak kedatanganmu selama beberapa bulan ini, banyak kasus yang selesai tanpa memerlukan persidangan panjang."
Setelah dikatakan begitu, kupikir memang benar. Pada akhirnya aku hanya mmeutuskan hukuman atas kejahatan yang sudah jelas mereka lakukan. Sebenarnya aku bersyukur karena tidak perlu ada debat panjang.
"... ditambah, setelah sidang langit pun lebih sering menjadi cerah. Aku jadi tidak perlu mengkhawatirkan banyak hal dan sering mengerjakan sedikit pekerjaanku di kedai kopi sekalian menikmati suasana."
Benar. Bahkan saat awal kedatangan Pengembara di dalam gamenya pun saat itu baru saja menyelesaikan sebuah persidangan dan turun hujan, 'kan? Kalau tidak salah itu ketika bertemu Freminet untuk pertama kalinya.
Saat itu benar-benar sering kali hujan. Tapi di sini sebaliknya, belakangan ini jarang sampai hampir tidak pernah lagi hujan setelah persidangan.
Apa mungkin benar kalau musim penghujan sudah dekat?
Setelah memutuskan untuk lembur hari ini dan usai aku mengerjakan sebagian yang ingin kuselesaikan, aku menutup tumpukan lembaran laporan yang baru saja kubuat.
Benar juga, sepertinya aku belum melihat Neuvillette keluar dari ruangannya. Apa dia belum kembali?
Apa pun itu, aku akan meletakkan laporan ini di atas mejanya saja.
Walaupun berkata begitu, aku tetap mengetuk pintu kantornya dan meminta izin masuk, tak kusangka sang pemilik ruangan menjawab.
"Masuklah." Ternyata dia belum pulang.
Aku pun segera masuk dan saat melihat diriku di ambang pintu, dia memanggil, "Nona [Name]?"
"Maaf karena mengganggu waktu Anda, saya ingin menyerahkan laporan hari ini."
"Tidak masalah, tolong letakkan di sini."
Aku menurut dan meletakkannya tepat di sisi mejanya yang kosong. Saat hendak berbalik pergi, ia berkata kembali, "kupikir kau sudah pulang."
"Ah, itu karena tiba-tiba hujan jadi aku memutuskan untuk lembur hari ini."
"Begitu, ya."
Sebelumnya aku tidak menyadari ini, tapi garis mata bawahnya sedikit turun. Apa dia kurang sehat? Ah, memangnya bisa begitu? Aku tidak pernah membacanya di cerita karakter.
"Monsieur Neuvillette, apa Anda ingin segelas teh?" tawarku.
"Ya?"
"Saya ingin membuat teh untuk menemani saya lembur, jika Anda ingin saya bisa sekalian membuatkannya."
"Ah, baiklah. Tolong, ya."
"Tentu saja."
Aku tidak bohong waktu bilang ingin membuat teh untuk menemaniku lembur. Lagi pula ini yang biasa kulakukan dari saat sebelum aku bereinkarnasi ke sini.
Sejujurnya awalnya aku lebih menikmati kopi daripada teh, tapi semejak keadaanku memburuk akibat terlalu banyak mengonsumsi kopi, aku mulai menguranginya sampai dititik dimana aku tidak minum kopi lagi.
Walaupun minim risiko, bukan berarti teh tidak memiliki efek yang sama. Aku juga berusaha untuk tidak terlalu sering mengonsumsinya.
Setelah selesai, aku meletakkan secangkir teh di atas meja Neuvillette dan ia berkata, "terima kasih untuk tehnya."
"Tentu saja."
Neuvillette meneguknya untuk satu tegukan. "Ini enak."
Aku tersenyum cerah dan membalas, "syukurlah sesuai dengan selera Anda."
"Apa ini Chamomile?"
"Iya." Aku mengangguk dan melempar senyuman yang sama. "Karena malam ini Anda terlihat sangat lelah, saya pikir itu bagus untuk Anda."
"... begitu rupanya. Terima kasih."
Setelah kupikir sepertinya hari ini aku menerima banyak ucapan terima kasih darinya? Ya, pokoknya aku akan terima saja.
Sebelumnya aku tidak menyadarinya, tapi sepertinya hujan sudah berhenti turun dilihat dari jendela yang ada di belakang Neuvillette sekarang. Aku akan pulang sekarang sebelum hujan turun lagi.
—oOo—
Halo, ha! Reader Mikajeh tercinta, terkasih, dan tersayang! 🥹🫶🏻
Kita ketemu di hari bukan Kamis ini hehehehe 🏃🏻♀️💨 BTW guysssss Mikajeh punya beberapa rencana untuk work ini ke depannya, tapi gak bisa aku kasih tau sekarang karena belom yakin banget huhuhu 😭 mohon ditunggu buat informasi lebih lanjut eak 🥺🙏🏻 oh satu lagi, chapter berikutnya bakal jadi chapter terakhir untuk case files yang ini ya setelah itu bakal sesuai rencana di Author's Note chapter sebelumnya 😚
Yaudah itu aja dlu dari Mikajeh, kurang lebihnya nanti di pengumuman aja eak awokawokawoka
Xoxo,
Mikajeh
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro