Episode 1
Aku tahu bermain game hingga larut malam memang tidak bagus, besok pasti aku akan ketiduran. Namun apa dayaku karena aku melakukan satu kesalahan yang tidak bisa kuhentikan layaknya membuat candu.
Blessing of the Welkin Moon.
Seandainya aku tidak berpikir untuk aktif menggunakannya, aku pasti bisa tidur tanpa harus login menuju gamenya dan memikirkan semua uang yang kuhabiskan, tapi sialnya masih ada sisa lebih dari 130 hari lagi.
Ingin nangis tapi tidak bisa, terlebih ada beberapa karakter yang ingin diincar pada patch depan. Jadi paling tidak aku harus menyelesaikan daily dan resin entah untuk apa lalu setelahnya keluar.
Harusnya itulah yang kulakukan.
Suara yang terdengar jauh menggema dalam pikiranku, ketika aku berhasil mengumpulkan kesadaran perlahan, suara asing menyapaku, "... Na? Nona, apa Anda mendengar saya? Nona sudah sadar!"
Nona ...?
"Astaga! Terimakasih ya, Archon! Nona sudah bangun! Saya akan panggilkan Nyonya sekarang juga!"
Nyonya ...? Sebenarnya ada apa... "... kepalaku sakit sekali...."
Aku bangun dari posisiku terbaring, meniti setiap sudut ruangan yang sangat asing. Aku menoleh ke arah cahaya mentari yang bersinar terang hingga memasuki ruanganku yang besar dan melangkah mendekat perlahan sebelum membuka jendela besar di depan.
"... ini diman—akhh!"
Tiba-tiba potongan demi potongan ingatan bercampur menjadi satu. Bukan hanya ingatan dari kehidupanku sebelumnya tetapi juga ingatan dari pemilik asli tubuh ini.
[Name] Beneviento, 21 tahun.
Seorang putri tunggal Count Beneviento, salah seorang bangsawan di—
Mataku membulat, aku sangat yakin. Perlahan mulutku bergumam menyusun sebuah kata, "... t-tidak... mungkin ...!?"
—Fontaine.
"[Name]—!?"
"Astaga, Putriku!"
Seorang wanita berambut pirang mendatangiku dengan wajah yang penuh air mata, memelukku dengan erat seolah aku akan pergi darinya.
"Kau sudah bangun? Ini benar-benar dirimu ...?" Kini disusul suara berat pria berambut kemerahan.
Wanita itu memberikan jarak, melihatku dari atas sampai bawah memastikan setiap sisi dari diriku. Ia tersenyum bahagia dan kembali memelukku hangat. Mata violetnya memancarkan haru sekaligus kebahagiaan disaat bersamaan.
"[Name]...."
Count dan Countess Beneviento, orang tua pemilik tubuh ini. Artinya mereka adalah Ayah dan Ibuku saat ini. Apa ini mimpi? Atau... aku bereinkarnasi?
Tunggu dulu, apa yang terjadi pada tubuhku sebelumnya? Saat itu aku baru jalan pulang dari kantor setelah selama tiga hari lembur dan pulang saat bus terakhir, sambil menunggu pemberhentianku tentu aku memainkan game yang biasa kumainkan mengingat ada hal penting yang harus aku klaim dan berhubungan dengan uangku, setelah itu... apa aku tertidur? Atau... sudah mati?
Tubuhku melemas. Mungkin gara-gara kelelahan lembur, ya?
"... [Name], ada apa? Apa ada yang sakit? Atau merasa panas dan terbakar?"
"Eh... ah, tidak ada. Aku hanya terkejut...."
"Tentu saja, itu benar. Kau baru bangun setelah 3 bulan koma karena tersambar petir...." ujar Ibuku khawatir.
"Ibumu benar, kalau begitu kau harus beristirahat kembali. Jika butuh apa-apa, langsung panggil Ayah."
"... baiklah."
Mereka orang tua yang baik dan perhatian seperti yang bisa kuingat. Walaupun sangat dimanja, Count dan Countess Beneviento sangat menyayangi putrinya karena ia Putri yang terlahir setelah 9 tahun pernikahan mereka. Tidak memiliki saudara, satu-satunya hanya aku.
Namun begitu keduanya sangat tegas, mereka mengajari bagaimana itu kasih sayang dan cinta serta rasanya bekerja keras. Kalau diibaratkan mungkin seperti wortel dan tongkat untuk melatih anjing.
Kalau tidak salah, Count itu salah satu gelar kebangsawan eropa, 'kan? Tunggu! Bukankah itu gelar tingkat tiga!? Aku ini... anak orang kaya? Gila, rasanya ingin menangis bahagia!
Ngomong-ngomong, berdasarkan ingatan dari pemilik tubuh ini, aku mendapatkan pendidikan cukup tinggi. Selain pendidikan tata krama dan lainnya, aku juga mendapatkan pendidikan formal sebagai penerus ditambah dengan nilai yang bagus, benar-benar tipikal wanita bangsawan pada umumnya. Sangat sempurna.
Aku kaya, pintar, satu-satunya ahli waris sah Count Beneviento—salah seorang bangsawan terkenal di Fontaine—apa Tuhan mendengar doaku setelah melihatku bekerja keras banting tulang seorang diri agar aku bisa hidup berfoya-foya?
Apa aku boleh berteriak sekarang? Apa kehidupan tanpa bekerja kerasku akhirnya datang menghampiri?
"Nona?"
"Ah! Maafkan aku, Donna. Aku melamun," ucapku. "Oh, ngomong-ngomong, apa aku boleh melepas perban di tubuhku? Rasanya kurang nyaman...."
"Tapi...."
"Tidak apa-apa." Aku merekahkan senyuman, meyakinkan pelayan itu.
Donna dengan masih memberikan raut khawatir menundukkan kepalanya padaku dan berkata, "akan segera saya siapkan."
Entah apa aku bisa beradaptasi di sini?
Membuat orang lain sampai menunduk seperti itu sedikit banyak membuatku kurang nyaman. Bagaimana pun aku harus terbiasa. Memang sulit, setidaknya aku pasti bisa.
"Baiklah, sebaiknya aku melakukan hal lain."
Benar, jika ini Fontaine artinya tempat ini tidak lain adalah Teyvat. Sebuah dunia di dalam game Open World RPG terkenal—Genshin Impact—dan dari ingatan yang kudapat juga menyebutkan hal yang sama, tidak salah lagi. Apa ini keuntungan seorang pemain?
"Kalau begitu setidaknya harus ada jendela status, 'kan?" Aku mendadak gugup. Dengan yakin, setelah menarik dan mengembuskan napasku beberapa kali, aku melantunkan kata, "status open!"
Namun nihil. Tidak terjadi apa pun, hanya sebuah angin yang berlalu menyusup memasuki jendela di depanku.
Apa aku salah? "Kalau begitu... status! Atribut! Character!"
Aku mencoba berbagai kata yang ada di dalam game itu, tapi benar-benar tidak terjadi apa pun. Bahkan setelah mengelilingi seluruh batas pandanganku pun aku tidak menemukan apa-apa.
"Progress gameku... uangku... Welkin...." Aku menghela napas pasrah. "Setidaknya berikan aku vision—!"
Tepat ketika aku berteriak seperti itu, sebuah benda keras mengganjal bantalku. Aku merogohnya dan tepat itulah sebuah vision dengan bingkai bangsa Fontaine ada di sana. Cahaya kemerahan bersinar dari kristal hangat di tanganku.
"Nona [Name], itu—!?" Donna mendekat dengan langkah cepat, berlutut di bawahku dan meletakkan satu bak berisi air di sampingnya. "Itu... luar biasa, Nona! Akhirnya Dewa mengakui Anda!"
Ah, benar juga. Setelah kuingat kembali seorang pemegang vision bukanlah kaum mayoritas, tidak heran jika Donna jadi seheboh ini. Bagaimana pun, aku juga benar-benar terkejut walaupun dibayar dengan kematianku sebelumnya. Kalau dipikir bukankah ini jahat?
"Baiklah, Anda harus bersiap sekarang, Nona."
Sementara Donna menutup jendela kamarku, aku membuka piyama yang kukenakan. Saat itulah aku bisa melihat rupaku pada cermin besar yang berdiri sejajar di depanku.
Seorang gadis muda berambut merah dengan mata violet. Berbeda jauh dengan diriku di kehidupanku sebelumnya, satu-satunya yang tertinggal dari kehidupanku sebelumnya hanyalah namaku. Entah bagaimana agak lucu mendengar aksen Prancis yang digunakan untuk memanggil namaku. Rasanya jadi terdengar mewah dan elegan?
"Nona...," ucap Donna pelan.
Kulihat muka air Donna menjadi turun dan aku kembali mematut diriku di cermin. Sebelumnya aku tidak menyadarinya, tetapi luka ini benar-benar besar dan hampir memenuhi sebagian tubuh bagian atasku kecuali wajah. Aku berputar dan menoleh ke belakang, bahkan luka bakar karena sambaran petir itu juga terlukis lebih jelas di punggung.
"Apa masih terasa sakit? Ada yang tidak nyaman?" Tanya Donna memastikan kembali.
"Tidak, kau tidak perlu khawatir, Donna. Aku menghargai kekhawatiranmu, tapi...." aku tidak tahu apa ini benar untuk diucapkan, tapi aku akan tetap mengatakannya. "... aku tidak apa-apa."
Sebenarnya mengatakan hal seperti itu pada orang yang mengkhawatirkanku sampai seperti ini justru bisa membuat Donna semakin khawatir, tetapi aku sungguh tidak masalah dengan ini. Lichtenberg sudah biasa terjadi pada orang yang terkena sambaran petir, justru luar biasa aku bisa selamat setelah mendapatkan luka seperti ini.
Atau... tidak? Bagaimana pun sepertinya aku sudah mati? Baiklah lupakan, aku tidak ingin memikirkan hal rumit seperti itu.
"Kalau begitu, Donna... tolong bantu aku."
—oOo—
Pada akhirnya orang tuaku memanggil seorang dokter ke rumah untuk memeriksa kondisiku. Mengingat aku tersambar petir yang cukup kuat dan koma untuk waktu yang lama, sebuah keajaiban dari Dewa bahwa aku masih bisa sadar terlebih dalam keadaan diberkahi sebuah Pyro Vision.
Kalau seperti ini, bisa-bisa aku masuk halaman khusus surat kabar utama Court of Fontaine, Steambird.
"Tidak ada masalah lain pada Nona Beneviento, Nona baik-baik saja."
"Terima kasih banyak, Dokter Dryfus."
Dokter itu tertawa ramah. "Bukan masalah, Nona. Ini tugas saya."
Seperginya dokter itu bersamaan dengan kedua orang tuaku, aku meminta Donna mengambilkan surat kabar Steambird minggu ini. Sembari menunggu Donna, aku membaca beberapa buku yang ada di Perpustakaan pribadi milik Count.
Awalnya aku khawatir karena tidak bisa membacanya, tapi siapa disangka ternyata tubuh ini mengingat lebih banyak daripada yang kukira. Aku jadi bisa membaca semua judul buku yang ada di perpustakaan ini.
Setelah kuteliti, semua tidak jauh mengenai referensi bisnis dan semacamnya, selain itu Ayah juga mengoleksi buku tebal tentang hukum pidana dan perdata. Melihatnya saja membuatku bernostalgia saat mati-matian berusaha lulus dengan baik selama masa studiku. Tidak heran, lagi pula ini adalah Negara Hukum.
"Nona, ini surat kabar terbaru yang Anda minta."
"Terima kasih, Donna."
Aku menerimanya dan membacanya sekilas. Di dalam game tidak pernah menyebutkan secara langsung tahun berapa Teyvat dimulai, jadi menanyakan waktu pun tidak ada gunanya mengingat aku sendiri tidak tahu kapan garis waktu Genshin Impact berawal. Oleh karena itu, satu-satunya cara adalah mengandalkan ingatan di kehidupan masa laluku dan berita yang ada lalu mencocokannya.
Sayangnya itu tidak mudah, berita yang kucari tidak ada.
Awal kedatangan Pengembara ke Fontaine dimulai dengan pengadilan untuk membuktikan ketidakbersalahan Lyney dan Lynette dalam kasus pembunuhan yang direncanakan oleh salah seorang anggota sulapnya.
Lalu sidang berikutnya adalah upaya Navia untuk membersihkan nama baik Ayahnya—Callas—atas kasus penembakan yang terjadi 3 tahun yang lalu.
Namun dalam surat kabar Steambird tidak ada berita tentang persidangan itu, melainkan menceritakan seorang Pengembara berambut pirang beserta teman perjalanannya yang tanpa perlu ditebak sudah jelas itu Paimon.
Pertanyaanku sekarang, apa ini garis waktu sebelum Pengembara datang atau sesudah Pengembara datang?
"Donna, apa kau tahu tentang Tuan Callas?" tanyaku akhirnya.
"Tuan Callas ...? Ah, kalau yang Anda bicarakan adalah Ayahanda dari Nona Navia, saya tahu."
"Kalau begitu, apa yang terjadi padanya?"
"Ah, apa Nona sudah lupa?" Donna sedikit terkejut. Aku pun terdiam. "Satu tahun yang lalu, Nona Navia berhasil membersihkan nama Ayahnya dibantu Pengembara Emas. Kasus empat tahun yang lalu—"
Jika itu satu tahun yang lalu, artinya kedatangan Pengembara pertama kali adalah satu tahun yang lalu. Karena jangka waktu setiap region adalah satu tahun, aku tidak tahu pasti apa garis waktu saat aku memainkan gamenya akan sama dengan garis waktu sebenarnya tapi setidaknya itu artinya Pengembara—atau pemain—sudah memulai perjalanannya sejak kurang lebih empat atau lima tahun lalu.
Bagaimana pun Developer berupaya untuk menyelesaikan satu region untuk satu tahun lamanya. Jadi harusnya perhitunganku tidak salah—lagi pula aku memainkan gamenya saat baru saja rilis.
Itu artinya semua masalah yang terjadi di Fontaine sudah selesai.
Setidaknya butuh waktu selama dua atau tiga tahun sampai Pengembara menyelesaikan perjalanannya, aku harus bertahan sampai saat itu walaupun ada rumor jika Teyvat akan segera hancur seperti Khaen'ri-ah saat di penghujung petualangan sang Pengembara.
Kumohon setidaknya kau baik-baik saja, wahai Pengembara! Aku mendoakan keselamatanmu demi diriku!
"... [Name]. Nona [Name]."
"... oh, iya?"
Terlalu fokus tenggelam dalam pikiranku, aku hampir mengabaikan Donna yang sedari tadi berbicara di sampingku. Aku tidak mendengarnya, tapi sepertinya Donna mencoba untuk menjelaskan hal yang penting.
"... Nona, saya tahu jika berbicara seperti ini akan melukai harga diri Nona, saya tahu kalau Nona akan berpikir itu bukan masalah tapi tidak dengan saya dan bangsawan lain di luar sana."
Eh? Apa yang dia bicarakan? Apa tiba-tiba topiknya berganti saat aku sedang melamun karena memikirkan hal lain?
"... itu fakta bahwa luka seperti itu sangat berdampak buruk untuk pertunangan Anda di masa depan dan bisa menyingkirkan pasangan potensial. Saya khawatir...."
Ah, dia membicarakan soal bekas Lichtenberg. Padahal aku sudah bilang kalau aku tidak memikirkannya.
"... oh...," balasku. Aku tidak yakin apa yang harus kukatakan karena bagaimana pun aku dulu hidup di dunia yang lebih sering tidak menghiraukan banyak hal.
Namun, bukan berarti apa yang dipikirkan Donna tidak terjadi pada kehidupanku sebelumnya karena kalau tidak terjadi, mana mungkin orang-orang akan memikirkan angan-angan seperti tipe ideal pasangan dan sejenisnya. Akan tetapi di era seperti ini hal remeh seperti itu lebih berpengaruh.
Di dunia yang penuh dengan pernikahan politik dan bisnis untuk saling menguntungkan, bahkan kekurangan kecil saja bisa berdampak besar. Apalagi jika hal itu terjadi pada seorang putri bangsawan. Mereka bisa terasingkan di dunia sosial. Benar, kehidupan bangsawan sungguh merepotkan.
Tiba-tiba kesan debut sosial dan tanggung jawab merepotkan lainnya mengembang dalam pikiranku. Sesaat aku berpikir untuk kembali kekehidupan masa laluku.
"Tolong Anda jangan terkejut, tapi kondisi keuangan Count Beneviento sangat buruk," jelas Donna.
"Apa yang terjadi?"
"Tanpa mengurangi rasa hormat saya, Ayah Anda melakukan segala cara untuk membangunkan Anda tetapi tidak ada yang berhasil hingga semua bisnisnya banyak yang tidak terkendali."
"... karena itu Ayah sedang dalam masa krisis dan memperburuk keuangan keluarga Beneviento?"
"... benar."
Orang tuaku tidak mengatakan hal apa pun tentang ini, tapi aku memahaminya. Mereka benar-benar sangat menghargai keberadaan putri mereka satu-satunya.
Ah, tiba-tiba dadaku sakit.
Padahal orang tuaku di kehidupan sebelumnya tidak seperti ini, tetapi saat aku menerima begitu banyak perhatian, cinta dan kasih sayang rasanya membuat dadaku sesak.
"Lalu sebenarnya ada satu surat lamaran yang datang minggu ini. Tapi sepertinya kali ini Ayah Anda tidak berniat menolak yang satu ini."
"... ya!?"
—oOo—
Halo, halo! Kita ketemu lagi wahai Readerku yang tercinta, terkasih dan tersayang! 😘
Double update ini buat ngebuka ceritanya dan ngenalin dimulai dari mana emangnya Traveller—atau Player—sekalian reinkarnasi ke Teyvat 😌 aku gak usah jelasin yang lainnya, ya? Atau kalo ada yang mau ditanyain ya yuk silakan tanyakan saja, tapi gak semua aku jawab karena akan kejawab seiring jalannya cerita ini ya soalnya kalo dijawab semua jadi spoiler dong 😂
Betewe buat Traveller—yang kutulis Pengembara Emas—itu bebas aja, sesuai sama kalian enaknya mau itu Aether apa Lumine dan aku gak bakal pernah munculin Traveller juga di sini jadi jangan minta ya 😅 karena fix dr Developer sendiri keduanya canon jadi pilih sapa aja ya oke, aku gak bakal pertemuin Player sm Traveller di sini okeeee? 😆
Oke, masalah nama. Kenapa bisa sama? Begini guys, Genshin itu gak fix pake nama yang sama di semua bahasa kayak Aeher jd Sora (Jp) sm Lumine jadi Hotaru (Jp), nama-nama karakter playable Liyue juga disesuaiin sama dub-nya jadi yang kumaksud di cerita ini sebagai "satu-satunya yang ditinggal cuman nama" ya nama kalian yang disesuaiin ke Prancis dgn makna yang sama, sebagai contoh : nama asli Mikajeh kalo ngikutin ke bahasa Prancis jadi Selene atau Lune/Luna karena arti atau maknanya sama, jadi kalo di sini jadinya Selene Beneviento atau Luna Beneviento 😚 jadi apa? Betul... ELEGANTOOOOO—! begitu guysss 🤣☝🏻
Yaudah itu dulu dari Mikajeh, ternyata catetannya banyak banget gak kusangka huehuehuehue kalo ada yang ditanya, yok tanya ajaaa~ oke, see ya guys!
Xoxo,
Mikajeh
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro