Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 67

[Name] masih di dalam Powder Room untuk memperbaiki riasan di wajahnya karena Neuvillette.

Bukan, ini bukan karena ia merasa rendah diri sehingga harus melakukan itu tapi karena Neuvillette yang merusak riasannya. Dia tahu jika dia sudah berciuman dengan Neuvillette, pria itu tidak akan berhenti.

Ciuman yang awalnya hanya sebuah kecupan ringan, perlahan berubah menjadi lebih dalam, dan Neuvillette semakin memancingnya dengan usapan dari lidahnya pun gigitan kecil di bibirnya.

[Name] yang segera kembali pada kewarasannya langsung, menarik diri dan menyadari sisa riasannya tertinggal di wajah Neuvillette, dengan panik wanita itu menutup sudut bibir pria itu dengan sapu tangannya dan pergi ke Powder Room.

Mengesampingkan hal itu, kedatangan Neuvillette di tengah percakapannya dengan para bangsawan sangat mengejutkannya. Bagaimana pun dia selalu menghindari sosialisasi semacam itu, jadi aneh melihatnya di sana.

Dia penasaran, kali ini apalagi yang dikatakan Furina sampai membuatnya melakukan hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya?

Tapi sejujunya, [Name] tidak keberatan sama sekali dengan kehadirannya; sebaliknya, ia justru merasa aman dengan keberadaan Neuvillette mengingat banyaknya pria yang mengundangnya untuk percakapan yang lebih "dalam" dengan menawarkannya segelas anggur yang tak bisa ia tolak tanpa alasan khusus.

[Name] mendesah dan melirik ke adah cermin di depannya. "Aku harus segera mengatakannya pada Ibu...."

Sudah dua kali [Name] menggunakan alasan banyaknya laporan yang harus ia tulis, kali berikutnya ia tidak mungkin mengatakan itu lagi atau Ayahnya akan datang ke Palais Mermonia dan menuntut Neuvillette karena sudah memberikan beban pekerjaan yang berat pada [Name].

Namun, dia juga tidak siap jika ia harus mengatakan kepada orang tuanya bahwa ia sudah menikah secara hukum.

[Name] segera menggeleng. "Aku harus mengatakannya. Malam ini," putusnya.

Dan [Name] pun keluar dari Powder Room setelah meyakinkan dirinya beberapa kali lagi. Belum jauh dari posisinya itu, tiba-tiba seorang pelayan tidak sengaja menabraknya dan menumpahkan air ke gaunnya. Beruntung air yang dibawanya bukanlah anggur, ia tidak yakin dapat menghilangkan nodanya jika itu sungguh terjadi.

"Maafkan saya, Nona. Apa Anda baik-baik saja?" Tanya pelayan itu.

"Aku tidak apa-apa...." alis [Name] berkerut, ada rasa dan aroma yang aneh dari air itu.

"Sungguh? Anda tidak merasakan sesuatu?"

"Iya, aku—!"

Sepersskian detik kemudian, lutut [Name] melemas, pandangannya berubah buram. Entah bagaimana, rasanya kepalanya begitu berat dan dia mengantuk.

"Anda yakin, Nona [Name]? Karena saya harus membawa Anda ke suatu tempat, Tuan saya sudah menunggu Anda."

"Apa yang kau...."

"Uh-oh! Hampir saja."

Dan detik berikutnya, [Name] tersungkur lemas. Sebelum tubuh wanita itu terjatuh ke lantai, pria berpakaian pelayan itu menahannya lebih dulu.

Seketika itu, [Name] tersadar dalam keadaan yang tidak biasa. Pelayan itu tidak seperti apa yang terlihat, ada sesuatu yang mencurigakan, dan mungkin ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar—tapi, benarkah seperti itu?

—oOo—

Neuvillette tidak bisa menghilangkan senyuman di wajahnya, bertanya-tanya bagaimana ia bisa merasa begitu—bahagia daripada kehidupan yang pernah ia jalani sebelumnya selama lebih dari 500 tahun.

Lebih tepatnya, apa begini rasanya begitu senang? Itu praktis—lebih baik—dari apa yang ia duga. Jelas begitu. Tapi bolehkah ia begitu bahagia sekarang?

Neuvillette mendongak, mendapati banyak pasangan di depannya yang sudah menikah sepertinya. Mereka datang bersama, tidak ragu untuk menunjukkan betapa harmonisnya mereka, jalan berdampingan layaknya pasangan biasa. Oh, sekarang dia benar-benar sedang berpikir bagaimana rasanya itu?

[Name] selalu menemaninya setiap waktu—bukan sebagai pasangan hidupnya, melainkan pendampingnya—dia memang tidak ragu untuk menggamit lengannya demi menunjukan kesopanan di setiap pesta yang mengharuskannya untuk membawa pendamping, tapi wanita itu selalu berjalan di belakangnya layaknya seorang pegawai, sekretaris. Ia tahu rasanya pasti akan berbeda ketika [Name] mendampinginya sebagai istrinya.

"Count Beneviento, Countess Beneviento, selamat malam," sapa Neuvillette formal ketika kedua orang tua istrinya itu datang menghampiri.

"Selamat malam, Monsieur Neuvillette," balas sang Countess sama. "Jarang sekali melihat Anda berbicara di pesta sebelumnya."

Neuvillette tersenyum lebih. "Saya berpikir untuk sedikit mengubah suasana."

Sang Countess terkekeh kecil. "Tentu saja. Tidak semua orang—untuk saat ini yang akan Anda hakimi, bukan?"

Pria bertelinga runcing itu mengangguk. Untuk sekarang? Tentu. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan dan seperti apa hasilnya. Para manusia cenderung melakukan hal tak terduga yang selalu dipikirkannya dan menjatuhkan diri mereka sendiri ke dalam kejahatan.

"Monsieur Neuvillette," panggil sang Count, Ayah dari istrinya itu. "Apa tidak masalah untuk mempertahankan putri saya sebagai pendamping Anda di setiap pesta?"

"Maaf, apa ada sesuatu yang membuat Anda merasa tidak nyaman?" Tanya Neuvillette sedikit cemas. Meski hampir tidak terlihat, kedua sudut bibirnya bergerak turun.

"Anda jelas berbahaya untuk putri saya dengan status Anda saat ini dan sekarang adalah musim sosial," jelasnya. "Saya jelas mengkhawatirkan putri saya juga."

"...." bibir Neuvillette sedikit terbuka.

Meski nilai [Name] di pasar sosial tinggi berkat dukungan, nama keluarga dan posisinya di Palais Mermonia, saat wanita itu menikah dan dia kelak yang nantinya menggantikan kepengurusan rumah tangga di keluarga suaminya, nilai [Name] tidak lebih dari seorang istri dan "Lady Terhormat", wajah untuk keluarga yang dilayaninya.

Ketika kehormatannya digores barang sedikit saja, itu kehancuran sepenuhnya untuk [Name].

Karena itulah Neuvillette menahan diri untuk tidak menodai [Name] lebih dari menciumnya, meski dia ingin hanya demi membuat wanita itu terikat dengannya. Namun ia senang lantaran [Name] memutuskannya lebih cepat daripada yang ia duga—atau itu karena persepsi terhadap waktu yang sedikit berbeda untuknya?

"Putri Anda akan menjelaskan itu pada Anda," jawab Neuvillette. "Segera."

"... maaf?"

"Ini permintaan—!?"

Perasaan tidak enak tiba-tiba muncul di dalam benaknya. Bukan, itu bukan perasaannya melainkan sinyal ketika terjadi sesuatu pada [Name]. [Name] adalah pasangannya, pendampingnya, dan pengantinnya dan Naga hanya memiliki satu sepanjang hidupnya. Satu-satunya.

Neuvillette segera pergi tanpa mengatakan apa pun. Dengan langkah lebar, ia melewati selasar di depannya dan sampai di Powder Room dimana [Name] izin darinya untuk ke sana.

Begitu seorang wanita muncul dari sana, wanita itu menyapa, "Monsieur Neuvillette?"

"Nona Navia, apa ada [Name] di dalam?"

"Tidak ada siapa pun di dalam." Navia menggeleng, memberikan ekspresi bingung.

"Apa ...?"

Wanita berambut pirang itu menjelaskan, "tidak ada siapa pun di dalam Powder Room, sejak awal tempat ini sudah kosong. Apa Nona [Name] tidak ada di ruang dansa?"

"Tidak, tidak ada...."

"Apa!?"

"Navia?"

"Clorinde!" Navia bergegas mendekati wanita berambut biru itu. "Apa kau lihat Nona [Name]?"

Clorinde berekspresi bingung. "Aku hanya melihatnya saat dia ke Powder Room. Apa dia tidak ada di sana?"

"Tidak, tidak ada...."

"Mungkin saja dia sudah kembali?"

Neuvillette menggeleng. "Sejak awal, aku ada di ruang dansa. Dia belum kembali."

Bertepatan dengan itu, suara yang meriah terdengar dari arah aula dansa, tanda agenda pesta berikutnya segera dimulai.

Namun [Name] tidak ada, dia menghilang. Keberadaannya begitu samar, tapi Neuvillette masih bisa merasakannya. Apa yang terjadi drngannya? Kemana wanita itu pergi?

Neuvillette merasa hatinya berdebar kencang ketika menyadari bahwa [Name] telah menghilang tanpa jejak. Kegelisahan segera merayap di dalam dirinya, mencari jawaban dalam benaknya apa yang terjadi pada orang yang paling dicintainya.

Dengan langkah cepat, Neuvillette meninggalkan Powder Room dan menuju ke aula dansa, berharap akan menemukan [Name] di antara kerumunan. Namun, ketika dia tiba di sana, tidak ada tanda-tanda kehadiran [Name].

Pandangannya melintas-lintas di sekitar ruangan, mencari sosok yang dikenalnya begitu baik, tetapi tak satupun yang sesuai dengan gambaran [Name].

Neuvillette hampir merasa gila—bukan, tapi dia memang akan menggila dengan apa pun yang terjadi pada [Name], pada wanita itu. Dia merasakan tekanan emosional yang begitu besar, membuatnya sulit untuk tetap tenang. Dia seperti tenggelam dalam kegelapan, dengan kekhawatiran yang menyelimutinya sepenuhnya.

"Monsieur Neuvillette, tolong tenangkan dirimu," ucap Navia padanya. Wanita itu begitu terkejut melihat Neuvillette yang tenang tampak kalut. "Nona [Name] baik-baik saja, aku yakin itu. Aku akan bantu Anda mencarinya."

"Aku tidak bisa...."

"Apa ...? Apa yang—"

"Bagaimana aku bisa tenang mengetahui istriku sendiri menghilang, Nona Navia?"

—oOo—

[Name] baru saja membuka matanya ketika sayup-sayup suara orang terdengar dari arah depannya, disusul dengan siluet seseorang yang perlahan mulai jelas terbentuk di visinya.

"Kalian semua datang," ucap salah seorang pria di depannya diikuti kedua orang lain di belakang.

"Ya, bagaimana pun aku tidak bisa tidak datang untuk menyaksikan kebenaran dunia, bukan?" Alis pria itu menekuk sebelah.

"Benar."

Kemudian salah seorang lainnya duduk di hadapan [Name], menatapnya dengan ekspresi misterius. "Apa dia orangnya?" Tanya pria itu tanpa mengalihkan perhatian darinya.

"Betul," jawab pria berpakaian pelayan yang membawa [Name] ke tempat ini. "Berdasarkan hasil penyelidikan kita, dialah orang yang paling cocok."

"Tersadar setelah 3 bulan koma; meski wajah dan dan suaranya masih sama, sifat dan caranya bertindak jauh berbeda dengan 'Nona Beneviento' dari 4 tahun yang lalu," jelas salah seorang pria di depannya. "Aku penasaran, bagaimana orang-orang terdekatnya tidak menyadari hal itu?"

"Mudah saja," celetuk pria di depannya, sekali lagi tanpa mengalihkan pandangan dari [Name]. "Mereka merasa lebih baik setelah melihatnya masih 'hidup' daripada terus terbaring seperti orang 'mati'."

"...."

[Name] masih bungkam, dia segera menyadari situasi dan kondisi di depannya. Saat ini dia benar-benar akan bersyukur jika ceritanya seperti komik yang dibacanya di kehidupannya dulu.

Ketika tokoh utama wanita bereinkarnasi ke dunia lain, orang-orang disekitarnya bahkan para penjahatnya tidak pernah menyadari atau memikirkan kepribadiannya yang tiba-tiba berubah menjadi berbanding terbalik dengan sang tokoh utama.

Oh, sial. Apa ini karena Light Novel milik Yae Publishing House yang menerbitkan buku tentang reinkarnasi dan sejenisnya?

Namun mengesampingkan hal itu, kata-kata pria di depannya tidak mungkin tidak memengaruhi [Name]. Apa yang ingin dikatakannya bahwa "pengganti" [Name] masih lebih baik untuk hidup daripada kehilangan [Name] seutuhnya menyayatnya.

"Siapa kalian?" Tanya [Name] dengan suaranya yang rendah. "Apa yang kau inginkan dariku?"

Pria di depan [Name] tertawa. "Bukankah harusnya kami yang bertanya, siapa dirimu?"

"...." [Name] tidak bisa menyembunyikan kegugupannya dan fakta bahwa sekarang ia begitu takut membuat tangannya bergetar dan ia ingin menangis sekarang.

"Kau memerankan 'Nona Beneviento' dengan sempurna sampai sejauh ini. Hebat sekali."

"...."

Dan pada detik ini [Name] sadar, apa pun yang akan dikatakannya untuk membela diri akan percuma. Sebaliknya, itu hanya akan membenarkan pemikiran mereka tentang dirinya yang bereinkarnasi meski itulah kebenarannya.

Lantas [Name] akhirnya menjawab, "terima kasih banyak, aku anggap itu pujian walaupun aku tidak paham apa maksudmu."

"Oh, iya. Kau jelas tahu," balasnya, pria di depannya menarik salah satu sudut bibirnya naik. "Baiklah, kita sudahi ini dan segera mulai saja."

Mulai? [Name] bertanya-tanya dalam benaknya, ekspresinya kian mengeras.

Seakan tahu apa yang sedang dipikirkan wanita itu, pria di drpannya menambahkan, "aku yakin kalau kau tidak asing dengan kawan lama kita ini, bukan?"

"Kawan lama—!?" Mata [Name] segera terbelalak manakala ia mengenali botol yang ada di tangan pria itu. Kepalanya bergerak turun, menatap pria dihadapannya dengan tajam. "Apa yang ingin kau lakukan dengan itu? Melarutkanku?"

Pria itu tertawa. "Kau tahu kalau Sinthe tidak akan bisa melarutkan orang-orang Fontaine lagi bukan, Nona [Name]?"

"...." [Name] tidak akan menyangkal, itu benar. Struktur "darah" orang-orang Fontaine asli sudah berubah berkat otoritas Neuvillette sebagai pemegang kekuasaan Hydro tertinggi. Air Lautan Primordial tidak lagi bisa melarutkan orang-orang Fontaine.

"Namun itu memberikan efek yang berbeda," kata pria itu lagi. "Aku sudah mencobanya langsung pada beberapa orang."

"Apa ...? Apa yang kau—"

"Menuangkannya pada tubuh mereka dan memaksa mereka untuk meminum Sinthe secara langsung," ucap pria itu acuh. "Banyak hal, tapi efeknya hanya membuat mereka seperti kecanduan obat-obatan dan... kematian."

"...."

Mata [Name] menyipit, bibirnya terkatup seketika. Tentu saja, dia sudah tahu itu. Pada dasarnya Sinthe sendiri sungguh ada di dunianya, di dunia dimana [Name] hidup sebelumnya. Itu hanyalah minuman dengan kadar alkohol yang tinggi dan berbahaya jika diproduksi secara asal dan sempat dicekal diberbagai negara.

[Name] bisa membayangkan apa yang terjadi pada orang-orang yang meneguk alkohol itu lantaran dirinya pernah mengurus masalah hukum untuk ini.

"Tapi berbeda dengan orang-orang sepertimu, Nona [Name]." Sambil bilang begitu, pria itu bersimpuh dihadapan [Name] dengan kaki dan tangannya yang terikat. "Anak-anak di House of The Hearth memberikan efek yang berbeda."

"...."

"Mereka mendapatkan sebuah visi," lanjutnya. "Tentang rahasia dunia ini dan masa depannya. Aku menginginkan visi itu."

"!?" Mata [Name] terbelalak. "Kau—!"

Pria itu menarik wajah [Name], mencondongkan wajahnya ke arahnya. "Maafkan aku, Nona [Name]. Tolong jadilah mataku untuk melihat ke masa depan itu."

Dan tanpa sempat menolaknya, pria itu memasukkan cairan di dalam botol Sinthe itu ke mulut [Name], memaksa wanita itu untuk meneguknya, dan [Name] melakukannya. Rasanya begitu aneh dan menjijikkan, dia bahkan merasa hampir kehilangan indra perasanya tiba-tiba.

"Kau—ukhuk! Ukhuk! Ukhuk!" Ucap [Name] tetpotong saat ia berhasil melepaskan diri. "Kau benar-benar sudah gila!"

"Sekarang, tunjukan padaku, Nona [Name]!"

"Aku—!"

Jantungnya tiba-tiba berdegup dengan kuat, sangat kuat, seolah ada sesuatu yang memukul dadanya. [Name] pun terlungkup, menahan rasa sakit yang kini menjalari dirinya.

"Sudah kuduga, memang kaulah orangnya...."

Pendengaran [Name] menghilang, pandangannya pun semakin kabur, dan matanya terasa berat. Lantas [Name] tertidur, terpejam seketika dalam waktu singkat. Mengabaikan segala rasa sakit yang dirasakannya dan apa pun yang hendak dikatakan pria di depannya.

Dalam ketidaksadarannya itu, sebuah suara yang tak asing terdengar di telinganya....

Kau benar-benar menyedihkan, [Name].... 」

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro