Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 66 🔞

[Name] membalik halaman dokumen di tangannya selagi ia bersandar dan memiringkan sedikit kepalanya, melihat lembaran itu dengan serius.

"Oh!" [Name] berseru, alisnya sedikit berkerut. "Astaga, ini tidak boleh seperti ini."

"Ada apa?" Tanya Neuvillette, dia mengalihkan eksistensinya sejenak dari buku di tangannya.

"Pestanya," tutur [Name], dia buru-buru meraih lembaran kertas lain di atas meja di belakangnya. "Aku sudah menduga kalau ini mungkin terjadi, tapi aku tidak sangka akan benar-benar terjadi."

"...."

"Pesta pernikahan Nona Proudmoore dan Nona Haizenberg digelar di waktu yang sama," [Name] dengan cepat menambahkan, menoleh ke arah Neuvillette. "Ini tidak boleh dibiarkan."

Neuvillette memejamkan matanya. "Apa ada masalah dengan itu?"

"Ya, tentu saja," bantah [Name], dengan refleks meremas lengan bawah Neuvillette. "Akan ada perpecahan di antara faksi para bangsawan dan ini akan berpotensi memicu masalah internal."

Orang-orang akan berbondong datang ke pesta pernikahan Putri keluarga Proudmoore mengingat posisinya yang tinggi di dunia sosial pun dengan status kebangsawanannya. Belum lagi keluarganya cukup berpengaruh di Fontaine.

Di sisi lain, meski tidak setenar Nona Proudmoore, Putri dari keluarga Haizenberg disukai kalangan muda karena perangainya yang ceria dan rendah diri. Meski tak bisa menyembunyikan ketidaksukaannya pada Nona Proudmoore, Nona yang satu ini masih lebih baik lantaran kemampuan membaca situasinya. Ditambah dia adalah bunga sosial tahun ini.

Jelas jika acara pernikahan keduanya diberlangsungkan secara bersamaan, semua orang akan dipaksa untuk memihak salah satunya.

"Bagaimana kalau seperti ini," sambil berkata begitu, Neuvillette menutup bukunya dan meletakannya di atas meja. "Kebetulan sekali Nona Furina mengajukan izin khusus penggunaan gedung Opera Epiclese untuk pertunjukan barunya."

"Kau berniat menggunakan Nona Furina untuk membatalkan pernikahan mereka?" Tanya [Name] memastikan.

Neuvillette mengangguk, tangannya menyalip ke belakang tubuh [Name] kemudian sedikit merendahkan kepalanya. "Betul. Aku akan menolak izin untuk pelaksanaan pernikahannya dan memisahkan waktunya."

Dan sangat menyenangkan karena Neuvillette begitu satu suara dengannya. Pekerjaannya jadi mudah dan ia tidak harus berurusan dengan masalah para bangsawan.

Meski [Name] memiliki kekuatan di Palais Mermonia, masih ada sedikit bangsawan yang tidak akan mendengarkan arahannya walaupun tahu itu sudah sesuai prosedur standar dari Palais Mermonia. Alasannya sederhana, karena dia juga bangsawan. Ada kalanya orang-orang sesamanya berpikir kalau wanita ini sedang memanipulasi mereka.

Lalu saat keheningan terjadi dan [Name] kembali fokus pada pekerjaannya, Neuvillette yang—mungkin—merasa diabaikan, menariknya dalam rengkuhan dan menyembunyikan wajahnya di bahu wanita itu.

"I-Iudex!?" Pekik [Name]. "Tolong jangan lakukan ini di sini...."

"Dua minggu," dia bergumam, masih dalan posisi yang sama. "Kita juga sudah menikah selama dua minggu."

[Name] bisa merasakan wajahnya yang memanas. "Hentikan," katanya.

Namun tentu saja, Neuvillette tidak mendengarkannya sama sekali. Dia justru semakin liar menggodanya dan kini secara sengaja menggigit leher [Name] hingga tubuhnya menegang.

[Name] yang segera menyadari undangan dari Neuvillette saat itu, mencoba mendorongnya menjauh sambil berkata, "Neuvilette, ini bukan waktunya."

Neuvillette menjauhkan wajahnya. Terdapat kerutan lesuh yang samar di sana. "Maafkan aku," ujarnya.

Walaupun sudah menikah—yang tentunya dilakukan secara diam—diam dan bahkan orang tuanya pun belum tahu tapi [Name] tidak berniat memberi Neuvillette kepuasan seperti keinginannya, itu hanya akan membuat pria ini semakin lepas kendali. Penyebabnya jelas. Neuvillette, terlepas dari perubahan setelah mereka menikah dua minggu yang lalu, tetaplah seorang Naga penguasa Hydro—sosok yang tidak benar-benar memahami perasaannya sendiri dan manusia.

Siapa sangka ia akan menikah dengan sosok paling mayor di Teyvat?

Saat ini, rasa cinta Neuvillette padanya begitu meluap-luap sampai tidak bisa ia tahan untuk tidak ia tunjukkan dan membuat [Name] cukup kerepotan—seperti yang ingin Neuvillette lakukan barusan.

Pertama kali hal ini terjadi tepat dua hari setelah pernikahannya. Kala [Name] hendak melaporkan tentang persidangannya hari itu, Neuvillette tiba-tiba menciumnya dan mendorongnya hingga terbaring di sofa. Selanjutnya hal yang tak dapat dihindarinya terjadi.

Kedua kalinya terjadi tiga hari setelahnya. Meski kali ini Neuvillette datang kepadanya dan meminta izin secara formal—yang membuatnya sangat malu setiap kali mengingatnya—[Name] menolaknya karena ada pertemuan dengan rekan bisnis keluarga Beneviento keesokan harinya. Tahu kalau Neuvillette merajuk setelah hujan yang turun tiba-tiba, [Name] berjanji akan datang ke mansionnya pada hari berikutnya. Dan begitu hari itu datang, Neuvillette membuat ia bahkan untuk bangun saja rasanya sulit pada pagi harinya.

Sejak saat itulah, [Name] membuat batas pada Neuvillette.

"Apa hari ini kau akan pulang ke rumah?" Tanya Neuvillette tiba-tiba.

"Hari ini aku harus kembali ke kediaman Beneviento," jawabnya. "Kau tahu bukan kalau besok malam ada pesta teh di kediaman Tuan Bonnemére?"

"Aku tahu."

"Kau harus datang, Monsieur Neuvillette."

Neuvillette secara refleks menoleh ke arah [Name], kerutan di dahinya semakin jelas, menyatakan bahwa saat ini dia merasa sangat tidak nyaman dengan sesuatu. "Tolong jangan panggil aku seperti itu," katanya.

"Kau mendengarku, 'kan?"

"Aku mendengarkanmu," putus Neuvillette. "Jadi tolong jangan panggil aku seperti itu, rasanya tidak nyaman."

"Iya, iya."

—oOo—

[Name] tidak yakin apa dirinya harus bersyukur atau tidak karena luka besar di punggungnya itu. Berkat itu, dia bisa membuat alasan untuk mandi tanpa bantuan satu pun pelayan di kediamannya.

Ini karena Neuvillette, batinnya berteriak lelah.

Walaupun sudah empat hari berlalu sejak mereka bercinta terakhir kalinya, Neuvillette tidak hanya meninggalkan tanda-tandanya saat malam hari tapi juga dalam kesempatan yang ada.

Bahkan hari ini pun begitu. Setelah dia merengut karena [Name] memanggilnya secara formal, dia tidak melonggarkan pelukannya sedikit pun sampai [Name] memperbaiki cara memanggilnya dan memberikannya ciuman yang dalam. Saat hal itu terjadi, Neuvillette selalu mengambil kesempatannya tanpa berbasa-basi untuk membawanya ke atas kasur atau meninggalkan apa pun di tubuhnya.

"Lady Beneviento," sapa seorang pria padanya dengan ramah, ia mengulurkan tangannya. "Senang bisa melihatmu di sini."

"Tentu saja. Terima kasih banyak." Sambil bilang begitu, [Name] mengulurkan tangan kepadanya yang langsung ia beri kecupan formal.

Secara hukum, [Name] sudah bukan seorang "Nona" bangsawan, dan sudah seharusnya dia dipanggil dengan nama belakang suaminya, tapi tentu dia tidak mungkin mengkoreksi itu sekarang.

Lalu kala [Name] tengah bertukar sapa secara formal sesuai etiket, matanya tidak sengaja mendapati Neuvillette yang berjalan melewatinya cukup jauh hingga hanya terlihat menampakan punggungnya yang lapang. [Name] secara refleks bernapas lega.

"Lady Beneviento, selamat datang," sapa pria lainnya, dia menyodorkan gelas kepadanya. "Ingin segelas limun?"

"Ah, terima kasih banyak, Tuan St. Anatole."

Meski banyak surat lamaran yang ditarik darinya sebelum ia menikah dengan Neuvillette, bukan berarti pamor "[Name] Beneviento" redup begitu saja. Sebaliknya, kini orang-orang cenderung melihatnya ke arah yang lain dengan cara yang lebih [Name] sukai.

Kalau [Name] tidak bisa menjadi pasangan hidup mereka, mereka tinggal membuat hubungan yang positif dengannya seperti rekan bisnis. Tidak ada rugi sama sekali di antara dua pihak, [Name] mengagumi cara berpikir kapitalis mereka. Di sisi lain, itu akan sangat membantu [Name] untuk melebarkan bisnis keluarganya dan mencari klien berpotensi.

Tidak heran, daripada pria muda yang sedang mencari pasangan untuk dijadikan istri, para pria yang berbicara dengan [Name] adalah pria pertengahan 30-an sampai awal 50-an tahun yang memiliki latar belakang pebisnis pun para dari kepala keluarganya masing-masing.

Memiliki koneksi itu menyenangkan, [Name] mengangguk-anggukkan kepalanya bangga dalam benaknya.

"Bagaimana dengan Inazuma, Nona Beneviento?" Ucap salah seorang pria dihadapannya. "Saya dengar mereka sedang mencari pemasok barang."

"Benar. Karena Inazuma belum lama ini bekerja sama, jadi saya sedikit selektif untuk memberikan perizinannya," ucapnya. "Kita semua tahu kalau birokrasi ini sangat penting, betul?"

"Benar sekali." Pria itu menyahut gembira.

"Ah, benar. Kebetulan karena ada Nona di sini, ada yang ingin saya diskusikan—oh?"

Saat semua orang melihat ke arah belakangnya dengan terkejut, [Name] menoleh ke arah yang sama dan mendapati seseorang yang sebelumnya hampir tidak pernah menunjukan dirinya ada di sana.

Pria jangkung bertelinga runcing. Tidak ada seorang pun yang tidak mengenalinya, terlebih dirinya disebut sebagai orang paling berpengaruh di Fontaine.

"Monsieur Neuvillette?"

—oOo—

Neuvillette menarik napasnya dalam-dalam, berusaha menahan emosinya yang saat ini begitu membeludak. Mungkin karena penampilannya yang selalu terlihat sangat tabah, jelas tidak ada seorang pun yang akan menyadari suasana hatinya saat ini. Namun kali ini Neuvillette tidak bisa menahan diri melihat betapa banyaknya pria yang mengelilingi [Name].

[Name] Beneviento, istrinya.

Dia benar-benar ingin mengumumkannya secara resmi di muka umum dengan bangga sekarang. Namun [Name] melarangnya mengingat bahkan orang tuanya sendiri belum tahu tentang pernikahan mereka yang begitu mendadak.

"Sepertinya gosip apa pun tidak akan bisa menghilangkan pesona Nona [Name]," sahut Navia saat ia melihat ke arah yang sama dengannya.

"Kau benar," Furina mengakui, dia berdiri di sampingnya. "Pasti sulit sekali menjadi pasangannya."

"Ah, setelah kau katakan...." Navia mulai membayangkan, pandangannya sedikit mengadah. "Karena sudah dipastikan kalau Nona [Name] yang akan melanjutkan gelar dan bisnis keluarganya, dia pasti membutuhkan koneksi seperti ini."

"Maksudmu, membangun citra Countess Muda, benar?" Furina menyambung.

"Benar, benar! Lalu...."

Dan saat itu, Neuvillette hanya bisa mendengarkan. Dia tidak memperhitungkan hal itu, dia benar-benar melupakan fakta bahwa [Name] yang akan meneruskan semua kekayaan keluarga Beneviento tanpa terkecuali termasuk gelarnya.

Dengan kata lain, dia harus terbiasa melihat istrinya berbicara dan pergi ke pertemuan para bangsawan meski tanpa dirinya—dan sesungguhnya, Neuvillette tidak bisa membayangkan hal itu. Sama sekali. Dia menolak gagasan itu tapi tidak bisa mengabaikannya.

"Tapi seharusnya tidak masalah selama pasangannya cukup... kau tahu...."

"Ah, cukup tegar dengan masalah itu," Navia menyambung. "Ini mengingatkanku pada kasus perselingkuhan suami Countess Mountbatten."

Neuvillette tahu itu karena dialah yang mengurus pengadilan untuk perceraian sang Countess dan suaminya. Tidak kuat dengan cemooh dan tekanan lantaran posisi Countess Mountbatten yang lebih tinggi, suaminya yang hanya bergelar Baron melakukan tindakan tak beretika dengan seorang pelayannya.

"Aku tidak ingin pria gila—Neuvillette?" Furina menahan kata-katanya sejenak begitu melihatnya pergi, dia bertanya, "kemana kau akan pergi?"

"Ada sesuatu yang harus kuurus."

Kemudian pria bertelinga runcing itu pergi, menghampiri istrinya, pasangan hidupnya, belahan jiwanya, pengantinnya, dan segalanya. Dia hanya membutuhkan wanita ini untuk menjadi pasangan hidupnya. Butuh waktu selama 500 tahun untuknya bertemu wanita ini, tidak mungkin Neuvillette melepaskannya semudah itu.

Apa pun, meski dia harus melewati batas yang sudah dibuatnya bertahun-tahun lalu, dia akan melakukannya. Dan sekarang Neuvillette sudah berdiri di belakang wanita itu dan menatapnya dengan sorotnya yang dalam.

"Monsieur Neuvillette?" Panggil [Name] dengan ekspresi bingung.

Neuvillette menyunggingkan senyuman lebih, mengalihkan pandangannya dari [Name] kepada para bangsawan disekelilingnya. "Selamat malam tuan sekalian," sapanya.

"Selamat malam, Monsieur Neuvillette," sapa salah seorang pria di depannya. "Jarang sekali melihat Anda di pesta seperti ini."

"Kuakui itu," jawabnya. "Bagaimana pun, meskipun terlambat, aku membutuhkan sosialisasi seperti ini."

Pria itu tertawa riang. "Tentu saja, Anda benar sekali! Kau tidak bisa terus bertindak sebagai Hakim, benar?"

"Benar," sahut pria muda lainnya. "Itu seperti melepaskan beban pekerjaan hanya untuk semalam."

"Menjadi Hakim adalah suatu kehormatan, dan aku tidak hidup untuk itu."

Dan percakapan ringan terus berlanjut. Neuvillette menghindari interaksi bukan karena dia enggan, tetapi demi mempertahankan kredibilitasnya sebagai sosok yang netral. Ketika dia diminta untuk berbicara, dia bisa melakukannya dengan baik daripada yang orang-orang Fontaine kira.

Namun ia tahu, ingin bersikap seperti apa pun dan klarifikasi apa saja yang ia berikan untuk menjelaskan rumor yang ada, semuanya percuma. Karenanya ia memutuskan untuk melakukan ini disamping perasaan tidak nyaman melihat istrinya harus menggantikan posisinya nanti di dunia sosial ketika mereka secara resmi mengumumkan status pernikahannya.

Saat percakapan hampir berakhir, Neuvillette tiba-tiba berkata, "maafkan aku, sepertinya aku tidak bisa terlalu lama di sini. Aku izin untuk mengundurkan diri lebih dulu."

"Tentu saja. Silakan lakukan, Monsieur Neuvillette."

"Kalau begitu, aku juga," [Name] menyahut.

Keduanya pun pergi bersama. Sambil mengiringi tangan [Name], Neuvillette membawanya untuk duduk di sudut ballroom dengan pilar di depannya.

[Name] yang seketika itu duduk, berkata, "kenapa tiba-tiba kau datang, Neuvillette?"

"Karena dirimu," jawabnya singkat. Dia duduk di samping [Name]. "Aku merasa seharusnya aku tidak meninggalkanmu sendiri seperti itu. Bagaimana pun kita...."

"Aku tahu, tapi kau tidak harus melakukannya kalau memang tidak ingin." [Name] menjawab penuh perhatian, dia tersenyum lebih. "Ya, tapi terima kasih karena sudah datang."

Neuvillette menyilangkan kakinya, menatap [Name] lurus. Dia tidak akan bisa terbiasa melihat [Name] tersenyum seperti ini padanya, rasanya dia ingin melahap wanita ini sekarang.

"Ah, tidak boleh!"—dan [Name] menghentikannya, menutup bibirnya dengan ujung kipas manakala Neuvillette memangkas jaraknya—"kau ingat kita ada dimana?"

"...." Neuvillette terdiam, sedikit kecewa. Bagaimana pun mereka sudah menikah, hal seperti ini sangat tidak aneh untuk dilakukan. "Sekali saja."

"Tidak boleh!" Wajah [Name] merona. "Sebelum ada pengumuman resmi, kita tidak bisa melakukannya."

"Baiklah, aku mengerti." Neuvillette meraih tangan [Name] yang memegang kipas tangannya, dia melanjutkan, "bagaimana jika seperti ini? Aku yakin kau paham maksudku bukan, [Name]?"

"Ah, benar... kau ini tidak akan berhenti sampai aku melakukannya, 'kan?" Perempatan di dahi [Name] muncul.

Neuvillette tersenyum lebih. "Kalau begitu...."

[Name] menghelakan napasnya. "Hanya sekali."

Dan [Name] mendongakkan wajahnya, memiringkannya sedikit agar ia bisa mencium Neuvillette lebih mudah dari balik kipas tangannya. Berhati-hati agar tidak ada seorang pun yang menyadarinya.

Neuvillette tidak akan puas dengan ini, tapi untuk saat ini dia harus merasa cukup dengan satu kecupan rahasianya yang entah bagaimana, rasanya jadi lebih istimewa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro