Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 65 🔞🔞🔞

Awalnya [Name] benar-benar menentang pernikahannya yang dipercepat tanpa memberitahu kedua orang tuanya lebih dulu, tapi setelah menahan keputusan itu selama tiga hari, wanita itu menandatanganinya setelah menyadari hujan deras yang turun tiba-tiba.

Dan sekarang, [Name] adalah istri sang Iudex Fontaine.
Pengantin sang Naga Hydro yang agung.

Dipikirkan bagaimana pun, ini benar-benar tidak bisa dibayangkan! Batinnya berteriak.

"Maafkan aku, Ibu," tambah [Name], dia bersungguh-sungguh.

Ia yakin, Countess Beneviento akan merestui mereka—atau setidaknya, itu yang [Name] harapkan—bagaimana pun, dia sudah menikah secara resmi dengan Sedene dan Clorinde sebagai saksi penandatanganan surat pernikahan keduanya di kantor Iudex Neuvillette tempo hari.

Setelah mengenakan mantel tidurnya yang panjang, [Name] melewati pintu di kamar penghubung antara kamar tidurnya dan kamar tidur Neuvillette.

Benar, kamar tidur Neuvillette. Dia tahu kalau tidak semua detail disebutkan di dalam gamenya, tapi saat ini [Name] benar-benar ada di dalam mansion milik pria itu—yang secara mengejutkan, ia akui bahwa desainnya sangat cocok untuknya.

Awalnya Neuvillette berkata bahwa ini hanyalah mansion biasa yang sangat kosong, sebuah tempat dimana ia bisa membuat alasan bagi orang yang sering bertanya-tanya kemana sang Iudex kembali setelah bekerja. Namun sekarang mansion itu jauh berbeda dari kata kosong. [Name] masih bisa mencium aroma catnya yang masih baru, interiornya yang sangat berkilau, dan kasurnya yang bersih dan wangi. Neuvillette jelas-jelas sudah menyiapkan semua ini dari beberapa hari yang lalu.

[Name] meraih knop pintu tapi tidak langsung memutarnya, alih-alih berhenti untuk menenangkan degupan di jantungnya saat ini dan mengurangi kegugupannya manakala ia merasakan wajahnya mulai memanas. Pintu di depannya masih sangat kokoh dan tampak baru, seolah tidak pernah digunakan. Tidak ada suara yang terdengar, artinya ruangan di dalamnya akan sangat kedap dari intervensi apa pun di luarnya.

[Name] akan memasuki kamar Neuvillette.
Ia mengatakan itu berkali-kali dalam benaknya.

Sekarang saat berdiri diambang malam pernikahannya—setelah ia berbohong kepada orang tuanya bahwa ada satu dan dua hal yang harus ia urus dan mengharuskannya untuk menginap di hotel daripada kembali—[Name] menjadi gugup dan semakin gugup saat ia berdiri di depan pintu penghubung dihadapannya. Secara teori, [Name] jelas tahu apa yang harus ia lakukan, tapi ini pengalaman pertamanya! Ia tidak yakin apa ia bisa melakukannya—

[Name] menggeleng kuat. Merasa dirinya menjadi begitu sensitif meski tahu apa yang sudah ia lakukan pada Neuvillette saat mereka sudah saling bertukar ciuman ketika tidak memiliki hubungan apa pun.

Ia memutar knopnya, dan mendorong pintu di depan. "Neuvillette?" Panggilnya, suaranya rendah dibawa embusan udara malam.

Neuvillette berdiri di depan jendela, menatapnya dengan pandangan lurus dan dalam. Tatapan yang selalu membuatnya terasa seakan ia tenggelam di tengah lautan yang dalam, selagi tangannya memegang sebuah gelas.

"Neuvillette?" Panggilnya sekali lagi. Melangkah perlahan mendekati pria bertelinga runcing itu. "Apa aku... terlihat sangat aneh?"

"Maaf," ujar Neuvillette, meletakkan gelasnya kembali di atas meja. "Aku tidak bermaksud menatapmu seperti itu."

"!?" Tubuh [Name] menegang mana kala Neuvillette menariknya ke dalam pelukan. Kendati demikian, wanita itu tidak menolaknya.

"Kau selalu tampak sangat cantik, khususnya malam ini," ucap Neuvillette lagi. Suaranya yang rendah menyapu telinganya. "Tidak perlu malu."

[Name] berpaling, ada kerutan keraguan di wajahnya yang halus itu. Bukan kegugupan atau keengganan, melainkan dirinya sudah menyadari bahwa saat ini segalanya sudah berbeda.

"Aku masih belum mempercayainya," kata [Name]. "Dan ini rasanya sangat aneh."

"Begitu pun denganku," Neuvillette mengakui, tangannya naik untuk menyentuh pipi [Name].

—oOo—

Bibir Neuvillette menyentuh bibir [Name], dia selalu tahu bahwa ada rasa yang berbeda setiap kali ia mencium wanita ini. Ada getaran menggelitik yang ia rasakan di dalam dirinya, bahkan sekarang pun ia merasakannya dengan jelas, lalu mendorongnya untuk melakukan lebih dan lebih lagi.

Ia mencium [Name] dengan pelan dan lembut, berusaha berlama-lama untuk melakukannya manakala dirinya tengah mengukir semua momen ini di dalam benaknya. Kemudian tangannya meluncur ke atas bahu [Name], menyelipkan jemarinya di antara mantel tidur wanita itu dan [Name] mengerang saat Neuvillette meremas bahunya yang kecil sementara mantelnya meluncur turun dari sana.

"Aku mencintaimu," bisik Neuvillette. Ujung bibirnya bergerak menelusuri pipinya dan sampai di jenjang leher [Name].

"Neuvillette," [Name] mendesahkan namanya, tangannya berayun pada lengan pria itu dalam ketegangan.

Neuvillette mendekapkan tubuh [Name] ke tubuhnya, mengerang saat ia merasakan kehangatan yang menjalari dirinya. Ia segera menyadari bahwa pelukannya saat ini terasa berbeda, seperti ada perasaan kepemilikan di sana, dan [Name] memang miliknya.

[Name] adalah miliknya. Milikku.

"[Name]," bisik Neuvillette lagi, membenamkan kepalanya dalam cekungan di leher wanita itu. "Panggil namaku. Aku menginginkannya."

"...."

Wajah Neuvillette kini berada di depan wajah [Name], menunggu wanita itu melakukan hal yang diinginkannya: memanggil namanya, sementara tangannya bergerak turun dari gaun tidurnya ke pinggang.

Salah satu tangan [Name] bergerak naik, merengkuh tengkuk Neuvillette dan menariknya turun untuk ciuman lain, kali ini dalam dan panas sebelum ia berbisik, memanggil namanya. Lantas [Name] berkata, "aku membutuhkanmu."

Tubuh Neuvillette bergetar karena gairah, praktis menarik [Name] ke atas tempat tidurnya tanpa mengatakan apa pun seolah tidak ada kata-kata yang cocok untuk mengutarakan perasaannya saat ini. Tak lama kemudian, mereka sudah berada di atas tempat tidur dengan Neuvillette yang berada di sisi atas [Name].

Menyadari kebisuan sang Naga Hydro itu, [Name] memanggilnya, "Neuvillette?"

"Kau benar, rasanya sangat aneh," katanya sambil mengalihkan pandangan dari [Name], menyadari bahwa ia malu saat ini untuk mengakuinya langsung sementara telinganya memerah. "Aku suka saat kau membisikan namaku seperti itu seolah menjadi rahasia kita berdua."

"Oh, Neuvillette...."

[Name] tidak pernah memanggilnya dengan nama depan. Ia sudah memberitahunya bahkan mempersilakan wanita itu untuk melakukannya, tapi tidak pernah [Name] melakukannya. [Name] bahkan sempat menolak gagasan untuk ia mengetahui nama depannya bahkan ketika ia sudah menandatangani surat perjanjian pernikahan mereka.

Ia ingin menyentuh [Name] lebih.
Ia ingin menguasai wanita itu.

Mata wanita itu sedikit melebar tatkala Neuvillette kembali menurunkan wajahnya, menciumnya. Dia bahkan membuka bibirnya hingga Neuvillette dapat mendengar embusan lirih napasnya, dan ia tidak berbasa basi untuk menyeludupkan lidahnya dalam-dalam dan menjamah seluruh isinya, menjilatnya, memberinya sapuan yang lembut dan panas.

Kini Neuvillette dapat merasakan tangan [Name] di punggungnya, menariknya untuk melakukan lebih lagi, dan merasakan degupan jantungnya yang berdebar kencang yang selaras dengan miliknya, tubuh Neuvillette kemudian menegang. Entah bagaimana, sekarang tangannya merayap turun di atas tubuh [Name] dan berhenti ketika ia menemukan dadanya yang menonjol. Ia meremasnya—dengan pelan, tapi cukup kuat untuk mengingat rasanya lebih dari yang pernah ia lakukan sebelumnya, sementara [Name] mendesah di dalam ciumannya. Dia tidak bisa berhenti dan tidak akan puas hanya dengan ini.

Ia menginginkan wanita ini sekarang.

"Bolehkah aku menyentuhmu lebih lagi, [Name]?" Tanya Neuvillette dengan suaranya yang rendah, sementara telapak tangannya merasakan puncak dada [Name] yang mengeras.

[Name] mengerang dan mengangguk samar. Ia berucap lirih, "ya ...!"

Dan Neuvillette melakukannya lebih berani, mengelusnya sambil mengulumnya di bibir, lalu meninggalkan tanda kecupannya di sana, mengigitnya kecil hingga membuat [Name] meringis, dan wanita itu mengerang kembali sementara jemarinya mencengkram bahu Neuvillette dengan resah.

Setelah puas dengan itu, Neuvillette menarik [Name] untuk duduk sementara bibirnya bergerak naik mencium leher wanita itu sambil meninggalkan tanda kepemilikannya, sementara tangannya bergerak menelusuri punggung [Name] dan membuka kancing di belakang gaun tidurnya. Gaunnya segera turun dan tertahan oleh payudaranya.

Neuvillette kembali membaringkannya di atas ranjang, melepas pakaian malamnya dan sempurna berada di atas [Name] dengan tungkai kakinya yang menyalip di antara paha wanita itu. [Name] menarik napas dengan keras saat tubuhnya ditelanjangi dihadapan pria itu.

"Kau sungguh cantik, [Name]," gumamnya, kemudian menyentuh bibir wanita itu dengan miliknya. "Kau sempurna. Aku sama sekali tidak menyadarinya."

"Apa?" bisik [Name].

Tatapan Neuvillette bertemu dengan tatapan [Name], pria itu tersenyum kecil. "Kau selalu terlihat sempurna dan luar biasa," katanya.

"I-itu tidak mungkin," tukas [Name], "masih ada hal—oh, Neuvillette ...!"

Neuvillette melakukan sesuatu yang sangat liar dan [Name] tidak bisa melawan di bawah kendali gairahnya, dia merasa tak berdaya.

"Masih ada banyak hal yang tidak kutahu tentangmu, benar?" Tanya Neuvillette polos, jemarinya kini turun membelai bagian bawah tubuhnya.

[Name] mengangguk kuat beberapa kali. "Ya—ya!"

"Aku akan melakukannya mulai sekarang, dari awal."

Kemudian Neuvillette terpaku, menghentikan aktivitasnya, menatap [Name] penuh gairah hingga wanita itu dapat merasakannya hanya dari tatapannya. Senyuman Neuvillette perlahan mengembang di wajahnya.

[Name] mengangkat tangannya, menyentuh pipi Neuvillette dan menyisir rambut perak pria itu ke belakang telinganya. Cahaya rembulan yang menyorot wajahnya, membuat matanya tampak lebih berkilau. Dan [Name] menyadari sesuatu.

Ia tidak tahu apa yang harus dikatakannya, tidak yakin apa yang harus dilakukannya. [Name] hanya menyadari bahwa ia mencintai pria ini. Dia tidak yakin kapan hal ini terjadi, sesuatu seperti ini merayapi dirinya perlahan tanpa ia sadari. Namun ia tahu perasaan itu ada di sana, selalu ada di sana bersamanya. Dia tidak akan menyangkalnya lagi apalagi menolaknya.

Namun apa dunia ini mengizinkan ia untuk mengatakan semua dan segala tentang dirinya pada Neuvillette? Pada pria ini? Kepada suaminya?

Teyvat mempunyai aturannya sendiri.

Apa aturan itu membolehkan dirinya—seseorang yang bukan dari dunia ini—untuk mengungkapkan semuanya? Dan sekarang, sambil berbaring di atas ranjangnya, dalam keheningan malam, ia ingin menyerahkan dirinya pada Neuvillette. Ia ingin mencintai pria itu dengan segala cara dan semua yang bisa dilakukannya.

"[Name], kenapa kau menangis?" Tanya Neuvillette cemas, dia menyeka ujung mata wanita itu yang berlinang. "Apa aku menyakitimu?"

[Name] menggeleng dan tersemyum. "Tidak, maafkan aku... aku hanya... aku merasa bahagia sekarang."

"[Name]...." Neuvillette bergumam, mengecup kelopak matanya dalam-dalam, penuh cinta.

"Neuvillette," bisik wanita itu, terdengar seperti sebuah permohonan. Ia menginginkannya. Ia membutuhkan Neuvillette. "Kumohon."

Perlahan-lahan Neuvillette menyatuhkan tubuh mereka dan suara [Name] tercekat sambil menarik napasnya dengan keras lantaran terkejut dengan yang dilakukannya.

"Aku akan melakukannya perlahan," ucap Neuvillette, intonasinya tidak terdengar santai. [Name] memandang Neuvillette, menyadari ia terlihat tegang dengan napasnya yang pendek dan cepat. "... dan selembut mungkin."

Neuvillette menahan diri untuk tidak bergerak, memposisikan dirinya lebih sempurna sementara memberi [Name] waktu untuk menyesuaikan diri dengannya. Kemudian ia bergerak, perlahan, seperti yang ia katakan, dan itu sudah cukup membuat tubuh [Name] terkesiap.

"Neuvillette...." [Name] menggeram.

Neuvillette bergerak sedikit lagi tatkala merasakan wanita itu mulai rileks. Dia tidak ingin menyakiti wanita itu dan akan membuat momennya saat ini sesempurna mungkin demi [Name], demi istrinya. Meski ia tahu tubuhnya menuntut kenikmatan untuknya sendiri sampai rasanya hampir membunuhnya, Neuvillette menahannya.

Demi mempertahankan kewarasannya, lidah Neuvillette membelai belakang telinga [Name] sementara sebelah tangannya menarik bokong wanita itu, meremasnya, menekannya lebih dalam menuju kepuasan masing-masing. Dan Neuvillette segera tahu saat [Name] mendesah dan mengerang, menarik punggung Neuvillette ke arahnya, meremas bahunya, wanita itu meminta lebih dan lebih lagi darinya.

"Neuvillette," erang [Name]. "Oh, Neuvi—ya!"

Dan erangannya itu berhasil memicunya untuk melakukannya lebih dalam dan kuat, menarik dirinya untuk masuk lebih dalam di tubuh wanita itu dan mulai mempercepat ritmenya, sementara tubuhnya sendiri bergetar menuju puncak. Bibir [Name] membuka, dengan sulit berusaha memenuhi paru-parunya kembali, di sisi lain tubuhnya semakin kaku.

"Oh!" [Name] menjerit, membiarkan bibirnya merekah dan wajahnya memerah.

Neuvillette segera menciumnya kembali, menjulurkan lidahnya ke dalam, menelan setiap kata dan desahan yang keluar dari bibir wanita itu. Tubuh [Name] lagi menegang dan bergetar, ia tersentak beberapa kali, dan jemarinya mencengkram kuat bahu Neuvillette dan menusuk kulitnya tatkala Neuvillette semakin mempercepat dan memperdalam gerakannya. Tapi Neuvillette tidak peduli.

Neuvillette tak pernah merasa seperti ini, dia tidak tahu hal ini bisa terjadi.

Dia hanya merasa harus mencium [Name] lagi dalam belaian samar selagi bagian bawah tubuhnya mendobrak masuk ke dalamnya, memenuhi kepuasannya sendiri yang tak sanggup ia tahan lagi hingga ia meledak di dalam bersamaan setelah ledakan puncak kenikmatan wanita itu.

Neuvillette berhenti, menarik wajahnya sedikit menjauh, memberi [Name] ruang untuk memenuhi oksigen di dalam dirinya selagi ia menatap [Name] yang penuh pilu dengan wajahnya yang merona kemerahan. Setelah beberapa detik terlewati, Neuvillette mendekatkan wajahnya dan menempelkan dahinya dengan dahi wanita itu dan teesenyum, meninggalkan satu kecupan sebelum melepaskan dirinya dari [Name] dan berguling di sampingnya.

[Name] menoleh ke arah Neuvillette tepat ketika pria itu meremas tangannya. "Aku akan bicara dengan Ibuku," katanya. "Aku yakin dia tidak akan bisa menolak pernikahan kita begitu tahu aku sudah menandatangani suratnya, tapi mungkin... dia akan sedikit marah."

"Ini membuatku cemas," ucap Neuvillette. "Bagaimana pun sekarang dia adalah Ibuku juga."

[Name] terkekeh mendengarnya. Dia menggeleng pelan dan tersenyum. "Bukan, bukan karena dia tidak menyukaimu, Neuvillette. Tapi karena aku tidak mengatakan apa pun sebelum memutuskan menikah denganmu."

"Pernyataanmu semakin membuatku khawatir."

[Name] tersenyum lebih. "Aku bahkan melewatkan pertunanganku dan langsung menikah denganmu."

"... aku akan minta maaf pada Countess langsung."

Mendengar tuturan Neuvillette yang pasrah, [Name] tertawa dan menciumnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro