Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 52

Keesokan harinya pada siang hari, [Name] mendapat berita persidangan Baron Hans Andersen dari surat kabar yang beredar dengan sangat cepat.

Seperti yang Neuvillette katakan malam itu, dia benar-benar langsung melayangkan tuntutan kepadanya dengan tuduhan penyerangan dan kekerasan yang dilakukan secara sengaja pada [Name]. Selain itu Furina juga menambahkan tuntutan kepadanya karena sudah menghancurkan pesta Debutante yang sudah dibuatnya dengan susah payah, dia bahkan hadir dalam persidangan itu.

Baron Andersen juga menuntut Duke Wriothesley dengan pidana ancaman pembunuhan dan penyerangan yang dilakukannya, tetapi saat itu Donna memberikan kesaksian bahwa hal itu dilakukannya untuk melindungi [Name]. Berkatnya gugatan dari Baron Andersen ditolak oleh Neuvillette dan Duke Wriothesley diputuskan tidak bersalah.

Berkat kejadian ini, mulai bermunculan banyak bukti dan kesaksian korban Baron Andersen lainnya. Sebagian mengaku pernah dilecehkan seperti disentuh secara sengaja atau diremas bagian tubuhnya, sebagian lagi mengaku pernah diperkosa tapi pelaku mengancam korban dengan kekuatan dan kekuasaannya. Oleh karenanya, hukumannya jadi berlipat ganda sebagai tindak penyalahgunaan kekuasaan.

Di minggu yang sama, [Name] tidak keluar dari kediamannya atas perintah Count Beneviento dan sekarang ia sedang bersantai sembari menikmati segelas teh di halaman rumahnya dengan taman yang membentang luas dihadapan. Waktu-waktu yang langka dimana dia bisa menikmati hak istimewanya sebagai seorang wanita konglomerat yang selalu dibayangkan dirinya pada kehidupannya dulu.

Meski pekerjaan dan gajinya bagus, [Name] di kehidupannya dulu tidak benar-benar bisa menikmati waktunya seperti ini berkat atasannya yang suka meminta hal-hal mustahil padanya, dan memaksanya untuk mengambil lembur sampai tidak pulang selama 3 hari penuh. Dan tak lama, Donna datang sambil berkata, "Nona, ada yang ingin saya sampaikan."

"Ada apa?"

[Name] tidak berharap banyak jika dirinya tidak mendapatkan satu pun surat, bagaimana pun kejadian saat pesta dansa Debutante tempo hari cukup membuatnya jadi mencolok dan orang cenderung menghindarinya. Namun saat itu Donna menjawab, "ada kiriman untuk Anda."

"Kiriman? Kiriman apa?"

—oOo—

[Name] tercengang dengan ekspresi tidak percaya. Apa yang ada dihadapannya sungguh diluar ekspetasinya. Sambil menyentuh pelipisnya dengan lelah, dia bertanya, " jadi... apa semua ini?"

"Setelah kabar kekerasan yang menimpa Anda, mulai hari ini banyak yang mengirimkan bunga dan hadiah untuk Anda. Selain itu, surat-surat terus berdatangan dari para pelamar."

[Name] merasa bodoh menanyakan itu dilihat dari banyaknya tumpukan hadiah dan surat di dalam kotak yang ada di atas meja di depannya.

"Selamat siang, Nona [Name]," sapa Kepala Pelayan Stephen. Diikuti para pelayan dengan membawa beberapa kotak di belakangnya.

"... itu apa lagi, Tuan Stephen?" tanya [Name] dengan hati-hati.

"Anda mendapat kiriman lagi," jawabnya dengan antusias. "Kali ini datang dari Yang Mulia Duke Wriothesley dan Iudex Neuvillette."

"Ya ...?"

[Name] menerima surat dan meminta hadiah yang kedua orang itu kirimkan untuk diletakan di atas meja. Dia pun duduk di atas sofa dan meminta Donna untuk mengambilkan pisau pembuka surat, pena, kertas vintage, dan amplop miliknya. Setelah berbagai pertimbangan, [Name] memutuskan untuk membuka surat dengan amplop hitam dengan segel perak berkepala anjing dari Benteng Meropide lebih dulu.



Teruntuk Nona [Name] Beneviento yang terhormat.

Bagaimana kabarmu hari ini? Kudengar dokter sudah memberikan perawatan terbaiknya padamu. Jika kau merasa kurang nyaman dengan doktermu, aku bisa meminta Suster Kepala Sigewinne untuk datang dan mengobatimu. Aku juga membawakanmu beberapa teh yang dapat menenangkan dirimu dan membantu penyembuhanmu, semoga itu dapat membantu.

Aku juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pelayanmu karena sudah menjadi saksi untukku dalam persidangan tempo hari. Dalam kesempatan lain, aku akan datang untuk berterima kasih kepadanya secara langsung sekaligus menjengukmu.

Tertanda,

Penguasa Benteng Meropide, Wriothesley



Selesai membacanya, [Name] tidak segera menuliskan balasannya melainkan terfokus pada stiker yang menempel pada salah satu sisi surat. Stiker berbentuk segitiga dengan gambar hiu yang ditambah rambut senada dengan miliknya.

Sepertinya dia tidak sadar kalau para Melusine menempeli stiker ini pada suratnya, pikirnya.

[Name] segera membalas surat darinya dan mengabari keadaan wanita itu sampai hari ini pun mengatakan apa rencananya kedepannya, jadi pria itu tidak perlu repot datang hanya untuk menjenguknya mengingat keadaan dia tidak seburuk itu.

Usai menulis balasan untuk Wriothesley, [Name] membuka amplop biru yang khas ditambah segel emas dengan simbol tiga lingkaran berbentuk riak air.

Eh? Riak air?

Kalau itu dari Palais Mermonia, Neuvillette pasti akan menggunakan segel dengan logo timbangan. Dengan kata lain ini adalah surat pribadi yang datang darinya. [Name] pun membuka surat itu dan membaca isinya:



Teruntuk Nona [Name] Beneviento.

Sebelumnya aku ingin berterima kasih padamu karena sudah berkenan untuk berdansa denganku, aku sangat menghargainya. Aku juga ingin mengucapkan maaf karena meninggalkanmu seorang diri dan membiarkanmu terlibat ke dalam masalah yang tak menyenangkan itu, seharusnya saat itu aku tidak pergi meninggalkanmu.

Aku juga ingin mengabarkan kalau pihak dari keluarga Baron Andersen berniat untuk memberikan mora sebagai ganti rugi untuk hal tak bermartabat yang dilakukannya, keputusan ini akan aku serahkan padamu jadi silakan katakan apa pun yang kau inginkan.

Maaf karena surat ini terkesan kaku, ini pertama kalinya aku menulis surat secara pribadi pada seseorang dan aku berharap kau dapat mengerti. Aku juga membawakanmu air dari Mondstadt, itu adalah air  murni nan jernih dan sangat cocok untuk meningkatkan metabolisme dan membantu mempercepat pemulihanmu. Minumlah yang banyak dan jangan pernah lewatkan jam makanmu.

Aku akan datang berkunjung pada kesempatan lain.


Tertanda,

Iudex Fontaine, Neuvillette



[Name] mendengus dan tersenyum begitu selesai membacanya. Itu benar-benar surat yang ditulis oleh Neuvillette—terkesan kaku dan terdengar cukup formal bahkan ketika dia mengirimkan ini kepada pegawainya sendiri. Wanita itu pun membalas surat dari Neuvillette.

[Name] tidak tahu berapa banyak mora yang akan pihak perwakilan dari Baron Andersen kirimkan, jadi dia hanya meminta Neuvillette agar semua mora itu diberikan kepada para korban yang paling dirugikan atas kasus yang diperbuatnya. Sebagian dari mereka kebanyakan sudah sampai tahap mengganggu keseharian dan mentalnya, mereka adalah orang-orang yang lebih butuh penanganan profesional daripada [Name] sendiri. 

Ditahan di Benteng Meropide dan membayar ganti rugi untuk seluruh pidana yang dijatuhkan kepadanya tidak sebanding dengan apa yang ia lakukan kepada para korban.

—oOo—

Sudah waktunya bagi [Name] mengenakan gaun berwarna biru dengan aksen merah muda. Biru yang lembut dan elegan, layaknya Romaritime Flower. Warna yang dipilihkan Ibunya untuk menghilangkan kesan kakunya sebagai hakim mengingat dia selalu mengenakan setelan jas bernuansa hitam setiap kali bekerja.

Sebelumnya dia sudah mencoba bernegosiasi dengan Ibunya, meminta agar dia tidak mengenakan gaun panjang, tapi tentu sang Countess Beneviento menolak karena sedang musim debut dan dia tidak bisa menyangkal.

[Name] bukan gadis polos biasa, tetapi seorang wanita yang sudah matang dan layak dinikahi. Dan dia harus pergi ke Court of Fontaine untuk mencari suami.

Ya, awalnya begitu.

"Bukankah kau Debutant?"

Furina menatap [Name] dengan tatapan iba. Dia menghelakan napasnya pasrah, dan subjek yang dimaksud hanya tertawa kaku.

"Bagaimana bisa kau tetap berada di sini dan membiarkan dirimu tenggelam ke dalam...." Furina berkata sambil menggerak-gerakan tangannya. "... kau tahu... ini semua?"

"Karena ada banyak kasus yang harus diselesaikan. Kau tahu bukan, saat-saat seperti ini ada banyak bangsawan yang bisa diajak bekerja sama?"

Apa yang [Name] maksud tidak lain adalah para bangsawan yang melakukan investigasi pribadi agar mereka dapat menyaring para pria berkualitas untuk putri mereka yang akan menikah. Sebetulnya, Ayahnya—Count Beneviento—tidak terkecuali. Mengejutkan setiap kali [Name] menemukan nama Ayahnya sebagai pelapor.

"Kau benar...." Furina menopangkan dagunya dengan kedua tangan. "Ngomong-ngomong, soal Neuvillette...."

Bahu [Name] berguncang. Dia benar-benar tidak biasa ketika ada seseorang yang menyebut nama Neuvillette, takut kala mungkin orang itu akan membicarakan hal yang tidak diinginkannya. Padahal dia sudah berusaha bersikap biasa menghadapi Neuvillette saat Debut tapi begitu ada orang lain yang menyebut namanya, kini [Name] benar-benar dilanda kepanikan.

"Belakangan ini kau terlihat berusaha menghindarinya, apa terjadi sesuatu?"

"Ti-tidak ada, tidak ada yang berarti."

Untuk beberapa alasan, [Name] benar-benar bersyukur karena Furina tidak tahu apa pun. Dia tidak melihat apa pun yang terjadi malam itu—itu yang ia kira. Namun bukan berarti dia bisa tenang dan saat ini jantungnya lagi-lagi berdebar kencang.

"Sungguh?" Furina menyipitkan pandangannya. Saat itulah, [Name] buru-buru menganggukan kepalanya. "Aku penasaran dengan sesuatu, tapi [Name]... apa kau benar-benar tidak ingat apa pun yang terjadi malam itu?"

"!?" 

"Sebenarnya itu bukan masalah yang besar, hanya saja kau tahu kalau Neuvillette sangat...." Kata-kata Furina hilang di udara saat ia menoleh ke arah [Name], lalu berkata, "kenapa wajahmu... [Name]? Jangan bilang...."

"...."

"... kau mengingatnya?"

Dan sekarang wajahnya sudah semerah tomat. Sungguh. Namun saat itu yang bisa ia lakukan hanya menyembunyikan wajahnya dari balik berkas-berkas di atas mejanya. Saat [Name] mengangguk, Furina berdeham dan berbisik, "oh, ini mengejutkan."

"Aku tahu!"

Dari semua orang yang ada di sana, kenapa harus Neuvillette!? Siapa pun selain Neuvillette! Selain atasannya! Itu memalukan, sangat! Ditambah saat Neuvillette membicarakannya, dia benar-benar mempertahankan ekspresi kakunya yang menyebalkan itu seolah tidak merasakan apa pun saat mereka melakukannya.

Padahal mereka sudah berciuman? Berciuman! Ciuman pertamanya jadi terasa sangat buruk.

"Tapi [Name], apa kau membencinya? Maksudku," kata Furina dengan agak ragu. "Tentang ciuman itu."

"...."

Kemudian [Name] kembali terdiam. Dia tidak mengingat apa pun tentang ciuman itu. Tentang bagaimana rasanya dan tentang perasaannya saat melakukannya, tapi ketika ia memikirkannya kembali, sesungguhnya... [Name] tidak membencinya, sama sekali.

"Tidak," jawab [Name] akhirnya. "Aku tidak membencinya, hanya saja...."

"Hanya saja?"

[Name] mendesah panjang dengan lelah. "... aku tidak yakin."

"Maksudmu?"

"Bohong kalau kukatakan aku tidak pernah menyukai Monsieur Neuvillette, bagaimana pun aku sudah bekerja dengannya selama hampir satu tahun. Terkadang jantungku terasa berdebar dan aku mulai gugup. Aku juga merasa sangat nyaman saat ia mengkhawatirkanku. Tapi tentu saja aku jarang merasa seperti itu, hanya sedikit... kau paham maksudku bukan... Furina?"

Namun kala itu, Furina hanya menatapnya dengan tatapan penuh makna sambil tersenyum misterius seolah ada yang sedang ia pikirkan. Dia mengembuskan napasnya pelan.

[Name] yang agak ragu dengan yang dipikirkannya berkata, "... apa aku terdengar seperti seseorang yang sedang menyangkalnya?"

Furina mengangguk dan tertawa kecil. "Ya, kau sedang menyangkal soal perasaanmu."

Sekali lagi [Name] mengembuskan napasnya panjang. Saat hendak mengusap wajahnya, dia menahan kedua tangannya di depan wajah, ingat bahwa saat ini wajahnya penuh dengan riasan dan Ibunya akan sangat marah kalau tahu dia menghapusnya karena sudah luntur.

"Begini, mungkin saja kau hanya tidak yakin karena selama ini kau bekerja dengannya, betul?" Kata Furina kembali, dan [Name] mengangguk dengan canggung. "Kau nyaman dengannya dan terbiasa dengan perasaan itu sampai dirimu sendiri tidak sadar kalau sebetulnya kau sudah ja—"

"Tolong—jangan katakan itu ...!" [Name] menegaskan, dia tidak akan sanggup untuk mendengar kata-kata Furina selanjutnya.

Benar, ada alasan kenapa wanita dan pria tidak akan bisa menjadi sahabat dan rekan kerja, tentu saja. Tidak mungkin salah satu atau keduanya tidak saling menyukainya. Dan [Name] merasa kalau hal ini terasa sangat menyebalkan sekaligus bodoh karena ia berpikir dapat tetap pada dirinya. 

Mungkin alasan ia tetap waras di pekerjaannya dulu—kehidupannya dulu—itu karena orang-orang di sana terasa sangat menyebalkan dan [Name] memutuskan untuk membangun benteng yang amat kuat, tapi di sini? Pekerjaannya sangat bagus dan tidak ada beban pekerjaan, gajinya lumayan, dia masih bisa bersantai, atasannya tidak rewel, meski rekan kerjanya yang lain terkadang menjengkelkan tapi tidak benar-benar seperti itu—singkatnya, lingkungan pekerjaannya yang positif ini membuatnya sangat nyaman.

Tapi kenapa diwaktu seperti ini disaat ia sudah Debut? Atau setidaknya, ia seharusnya tidak merasa terlalu seperti ini, tapi sialnya [Name] tidak bisa bersikap seperti itu.

Terlebih saat itu Neuvillette bilang—

"Nona [Name]."

"Neuvillette!?" [Name] segera refleks berdiri saat suara tak asing itu memanggilnya, dan kini ia mendadak canggung karena tidak memanggil ia dengan embel-embel yang biasanya. "Ah, maafkan saya. Maksud saya, apa ada yang bisa saya bantu, Monsieur Neuvillette?"

"Maaf karena membuatmu terkejut, tapi tidak apa-apa jika kau ingin memanggilku seperti itu."

"Oh, tidak perlu!" [Name] tertawa canggung, dia menjadi kikuk. "Jadi, apa ada sesuatu yang Anda butuhkan?"

"Apa kau ingat dengan Nona Muda Ashfold yang beberapa waktu lalu sempat mengirimkan surat permintaan?"

[Name] meletakan tangannya di dagu, dia berpikir sejenak dan berusaha mengingat-ingat detailnya. "Saya ingat, kalau tidak salah Baroness Ashfold itu yang ingin memberikan barang sumbangan kepada Palais Mermonia, 'kan?"

"Betul." Neuvillette mengangguk. "Adiknya, Nona Muda Ashfold, mengirimkan permintaan untuk konsultasi masalah terkait barang yang ingin disumbangkan, apa kau juga bisa datang ke sana?"

"Oh, tentu saja!" [Name] mengangguk ringan. "Tolong serahkan pada saya, Monsieur Neuvillette."

"Aku mengerti. Kalau begitu, besok setelah makan siang."

"Saya mengerti."

Lalu Neuvillette berlalu begitu saja dan [Name] mengembuskan napasnya lega. Dia sangat senang karena pekerjaannya sedang begitu sibuk dan ia bisa mengalihkan apa pun ke dalamnya. Meski sulit bagi [Name] untuk melupakannya, setidaknya kesibukannya ini bisa mengalihkan apa pun dari hal itu. Sungguh.

Kemudian tiba-tiba, Furina menceletuk, "kau tahu, kalau ini terdengar seperti kalian sedang merencanakan kencan bersama besok?"

"... Furina!?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro