Timun Pirang
Suzuna: Ya! Semua siap diposisi!
Agon: sampah! Masa gua jadi buto ijonya?! //didandanin jadi hulk ungu
Sakuraba: aku jadi pembaca narasi //keringetan
Agon: ada Otawara idiot dan si gendut sampahhh! Napa guaaa?!
Suzuna: Agonne harus nurut, nanti dapet jatah kok jadi MC ganteng idaman kaum hawa.
Kakei: KENAPA AKU JADI JANDAAA?!! //didandanin pake kebaya kain yang ngetat
Mizumachi: ngha! Asik nih!
Akaba: Fuh ... Kakei-kun sangat cantik.
Kakei: pala kau //lempar eyeshadow ke Akaba
Jumonji: Kakei kaya wanita perkasa //mengernyit melihat cewo kekar pake kebaya
🏈KAMERA BERGULING DAN AKSI!🏈
Alkisah di sebuah desa antah berantah, hidup seorang janda paruh baya yang bernama Mbok Kakei.
Karena kesepian, dia sangat mengharapkan kehadiran seorang anak, namun sayangnya harapan itu pupus karena suaminya yang berambut merah, ganteng, rupawan, idaman kaum hawa --Akaba-- telah meninggal dunia karena tertabrak becak saat sedang mengamen.
"Berisik, narasi yang bener napa Sakuraba," protes Kakei bersungut-sungut pada si pembaca narasi.
Tiap hari Mbok Kakei tidak henti berdoa agar bisa diberikan seorang anak untuk menemani hidupnya yang sepi dan juga melarat.
"Heh!" Kakei komentar lagi.
Suatu hari, raksasa ungu, kita panggil saja Agon yang kebetulan lewat mendengar doa Mbok Kakei. Dengan suaranya yang menggelegar, raksasa itu bertanya, "Hei janda sampah! Lu bener-bener ingin punya anak?"
Mbok Kakei terkejut. Kakei gemetar, dia pun menjawab mendambakan seorang anak yang bisa menemaninya, namun sepertinya hal itu tak mungkin mengingat usianya yang sudah tua, dan suaminya juga telah meninggal ditabrak becak.
Kakei melirik tajam ke si pembaca narasi, Sakuraba keringet dingin.
"Haaa~?! Gua bisa ngabulin keinginan lu dengan mudah, tentu ada syaratnya. Lu tetep ingin anak?" tanya si raksasa.
"Aku bersedia," sahut Mbok Kakei walau hatinya takut melihat sosok raksasa yang besar, seram, dan gembel--maksudnya gimbal.
"Peliharalah anak yang kuberikan padamu nanti. Kasih dia makan yang banyak supaya tinggi kaya tiang listrik. Aku akan menjemputnya saat dia berusia 18 tahun," ucap Agon sambil tertawa.
Tidak ada pilihan lain, Mbok Kakek menerima syarat tersebut. Raksasa itu memberinya biji mentimun untuk ditanam.
Mbok Kakei pun mengikuti saran Agon untuk menanam biji mentimun yang didapatkanya. Biji itu tumbuh dan berbuah dalam waktu singkat, dalam beberapa hari saja pohon mentium tumbuh dengan buahnya yang sangat besar siap untuk dipanen.
Betapa terkejutnya Mbok Kakei ketika sedang memetik salah satu mentimun, di hadapannya terdapat bayi laki-laki berambut pirang. Bayi itu dinamai Timun Pirang atau bisa kita panggil Mizumachi, karena ia lahir dari mentimun yang berwarna keemasan, dan rambutnya kalau kena matahari jadi terang benderang bak kilauan emas.
Beberapa tahun kemudian Hulk ungu pun kembali mendatangi kediaman Mbok Kakei dan Timun Pirang. Saat itu Timun Piramg yang berusia 6 tahun akan menjadi makanan raksasa gimbal itu.
Tak habis akal, Mbok Kakei pun mencari cara untuk menyelamatkan Timun Pirang agar tidak jadi santapan si gimbal.
"Sabar, aku akan menyerahkannya padamu, tapi apakah kamu mau? Tubuhnya masih kecil dan kurus, aku rasa Mizumachi masih belum enak untuk kamu makan, belum diberi pupuk lebih banyak," kata Mbok Kakei.
Kakei melihat ke kamera, di samping kamera ada papan putih yang dipegang Akaba, disana tertulis dialog selanjutnya.
"Dia sedang pergi. Percayalah padaku, kembalilah dua tahun lagi, aku jamin dia bakal tinggi bak tiang listrik," tambah Mbok Kakei.
Si gimbal percaya saja pada perkataan Mbok Kakei. "Dua tahun bukanlah waktu yang lama," pikirnya.
Sepeninggal si gimbal, Mbok Kakei mencari ide untuk menyelamatkan Timun Pirang. Dia juga berdoa supaya Tuhan memberinya jalan keluar. Pada sepertiga malam, Tuhan menjawab doanya. Mbok Kakei bermimpi bertemu dengan seorang setan berambut pirang di gunung. Setan pirang itu menyuruh Timun Pirang untuk menemuinya. Dia akan menolong Timun Pirang.
Didakilah gunung yang setan pirang itu, Timun Pirang akhirnya mencapai puncak gunung. Dia melihat seorang pemuda tua berambut pirang dan berjubah hitam, memiliki ekor dan tanduk. "Ngha! Misi Hiruma. Namaku Timun Pirang. Kakei bilang, Kamu bakal bantuin aku lawan raksasa jahat yang mau memakanku," kata Timun Pirang to the point.
"Oh, lu namanya Timun Pirang? Ya, gua datengin si mata rubah sialan lewat mimpi. Cucu gua, kalo si gimbal sialan itu kembali, lari dengan kencang," pesan si setan.
"Langkah kakinya lebar, aku pasti mudah tertangkap," kata Timun Pirang.
"Ambil nih empat bungkusan kecil ini. Lempar satu pas lu melarikan diri," jawab setan itu dengan tegas.
Dua tahun berlalu. Saatnya si gimbal kembali untuk mengambil Timun Pirang. Benar saja, tiba-tiba terdengar langkah kaki dan teriakan menggelegar, "Mbok Kakei! Mana anak lu yang tinggi cem tiang listrik? Gua udah lapar!" teriaknya sambil memukul dada bak gorila.
"Kumohon, jangan makan dia," pinta Mbok Kakei.
"Enak aja. Lu udah janji, lu ga boleh mengingkarinya!" jawab si gimbal. Dengan terpaksa, Mbok Kakei membawa Timun Pirang menemui raksasa itu.
Timun Pirang berbisik padanya, "Jangan khawatir, Kakei."
Kecerdikan Timun Pirang melawan si jenius gimbal.
Timun Pirang segera membuka bungkusan pemberian setan pertapa itu. Bungkusan pertama, ternyata berisi biji mentimun.
Dia melemparkannya ke arah si gimbal. Keajaiban pun terjadi.
Biji mentimun itu berubah menjadi ladang timun yang buahnya sangat banyak. Si gimbal tertahan oleh ladang timun itu.
Dengan susah payah dia harus melewati rintangan dan batang-batang pohon yang meliliti tubuhnya. Tetapi dia berhasil meloloskan diri. Dia makin marah, makin mirip sama orang gila ngamuk.
Kemudian bungkusan kedua itu berisi jarum. Timun Pirang melemparkan jarum- jarum itu.
Jarum-jarum itu berubah menjadi pohon-pohon bambu yang tinggi dan berdaun lebat. Raksasa harus bekerja keras menerobos pohon-pohon bambu itu.
Timun Pirang membuka bungkusan ketiga. Sambil terus berlari, dia melemparkan isi bungkusan itu, yaitu garam. Lagi-lagi keajaiban terjadi. Garam itu berubah menjadi lautan yang luas.
Namun, lautan itu tidak menjadi penghalang bagi si gimbal. Dia berenang melintasi lautan itu, dan berhasil mencapai tepi. Raksasa mulai kelelahan, tapi mengingat lezatnya daging Timun Pirang, dia kembali bersemangat untuk lari.
Timun Pirang ketakutan melihat kekuatan raksasa itu. Bungkusan terakhir adalah harapan satu-satunya. Sambil berdoa, Timun Pirang membuka bungkusan keempat. Isinya terasi.
Sekuat tenaga, Timun Pirang melemparkan terasi itu ke arah raksasa. Apa yang terjadi? Terasi itu berubah menjadi lautan lumpur yang panas mendidih.
Raksasa yang berlari kencang tidak dapat menghentikan langkahnya. Dia pun terperosok ke dalam lumpur. Dia berteriak dan meronta, tetapi semakin dia meronta-ronta, makin dalam lumpur itu mengisap tubuhnya. Dia akhirnya tenggelam ke dalam lumpur panas.
Timun Pirang pun menghentikan langkahnya. Dia merasa lega karena berhasil menyelamatkan diri. Dengan kelelahan dia berjalan pulang ke rumahnya.
Mbok Kakei, yang terus menangis sepeninggal Timun Pirang, sangat bahagia melihat kepulangan putra pirangnya. Mereka berpelukan dan mengucap syukur pada Tuhan atas pertolongan-Nya.
Saat itu juga suaminya yang telah meninggal muncul lagi --Akaba main masuk lokasi syuting-- sang suami memeluk istri dan anaknya dengan bahagia. Mereka pun hidup bahagia selamanya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro