Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Last Romance

Akashi Seijuuro. Wakil Pimpinan Akashi Corporation dan sudah dipastikan dialah yang akan mewarisi seluruh saham perusahaannya.

Laki-laki berambut merah itu menatap pemandangan ke luar jendela ruang kantornya.

"Akashi-sama, ini berkas yang Anda minta. Semuanya sudah ditulis dan ini lembar notula hasil rapat hari ini."

Akashi membalik tubuhnya dan tersenyum lalu berkata, "terimakasih. Apa jadwalku hari ini?"

Wanita itu tersenyum manis dan memutar meja di depannya dan mendekati Akashi.

"Tidak ada, tapi...." Tangan wanita itu perlahan menelusuri bahu Akashi dan menggelayutinya dengan manja. "Jika ingin membuat jadwal baru dengan saya, Anda bebas melakukannya."

Akashi tersenyum sebaik mungkin. Tidak sekali dua kali, tapi hal ini sering kali terjadi padanya.

Entah sudah berapa banyak sekretaris yang digantinya hanya karena hal ini, yang jelas untuk hari ini dia tidak bisa memindahtugaskan wanita ini karena tugasnya yang menumpuk.

Setidaknya, untuk hari ini. Entah besok, lusa, atau... kapan pun, apa pun bisa terjadi atas otoritasnya.

Lalu dengan bangga, Akashi menunjukkan cincin yang melingkari jari manisnya di sebelah kiri dan berkata, "maaf, tapi aku sudah menikah."

Setelah berkata begitu, Akashi pergi tanpa memgatakan apa pun lagi. Saat Akashi keluar, wanita itu mendesis dan bergumam, "memangnya secantik apa wanitanya itu sampai dia mau menunggunya selama ini?"

👑

Bagaimana rupa istri Akashi? Wanita seperti apa? Apa segitu mencintainya Akashi pada wanita itu? Apa secantik itu orangnya?

Selalu pertanyaan semacam itu yang diam-diam sering Akashi dengar di antara para karyawan yang baru saja dipindahtugaska di departemen di kantornya atau baru bekerja di sini.

Tidak ada yang tahu, kecuali Akashi sendiri. Bahkan selama penyelidikan yang diam-diam Akashi lakukan, dia tetap tak menemukan satu petunjuk pun dimana istrinya itu berada.

Hanya satu-satunya foto berbingkai kecil yang ada di ruangannya menjadi satu-satunya petunjuk.

Istrinya yang tersenyum lebar dengan menggunakan cocktail dress merah di acara Gala Dinner.

Sayangnya, Akashi saat itu ada perjalanan bisnis ke luar negeri dan tak bisa datang ke Gala Dinner.

Saat Akashi turun dari elevator pribadinya dan menuju meja resepsionis, seluruh pandangan langsung terkunci ke arahnya.

Ada yang kagum, bahkan ada yang berbisik seraya berangan-angan bisa mendapatkannya.

"Siapkan mobilku," titah laki-laki bemanik crimson itu.

Wanita di meja resepsionis itu menunduk sopan dan menjawab, "baiklah, Akashi-sama."

Banyak yang bilang, Akashi sangat berbeda dari sebelum-sebelumnya dan ada yang bilang semuanya terjadi karena skandal terakhirnya itu.

Laki-laki yang biasanya terlihat dingin, dengan tatapan mengintimidasi dan hampir sulit didekati itu kini terlihat sangat berbeda.

Akashi menjadi sosok yang lembut, selalu tersenyum dan menyapa karyawannya dengan hangat bak seorang pangeran.

Begitu Akashi keluar dari kantornya, mobil dengan bodi hitam mengkilap itu sudah menunggunya di depan.

"Perlu diantar, Akashi-sama?" tanya salah seorang pegawainya.

"Tidak perlu, hari ini aku akan bertemu dengan teman-temanku."

"Baiklah. Berhati-hatilah."

Akashi langsung memasuki mobil dan duduk di posisi kemudi, tak lama mobil melaju dan meninggalkan kantornya.

Selama di perjalanan, Akashi lebih banyak melamun dan hanya terfokus pada jalan di depannya.

Jiwanya seolah hampir lepas dari raganya, pikirannya melayang entah kemana.

Begitu Akashi melewati taman yang pernah dia kunjungi bersama istrinya, dia melambatkan laju mobilnya dan menatap jauh.

Pasangan sejoli, keluarga bahkan anak-anak ramai bermain di sekitar sama untuk melepas lelah dan menikmati waktunya masing-masing.

Namun justru Akashi malah kembali mengenang sosok istrinya yang sampai sekarang ini masih belum ditemuinya.

Tak lama, Akashi langsung kembali fokus mengendarai mobilnya dan pergi dengan cepat sebelum semakin sulit untuk menghentikan ini.

👑

"Eh, masih belum ditemukan-ssu ka?" tanya Kise begitu dia menyeruput kopi panasnya. "Waktu aku berusaha mencarinya di daftar nama penumpang selama dua tahun terakhir, memang tidak ada namanya-ssu."

"Terimakasih, Kise. Kau sudah cukup membantuku," tuturnya halus.

"Maaf, Akashi-kun. Aku juga sudah sering bertanya tapi tidak ada yang pernah melihatnya," giliran Kuroko yang menjawab.

"Ngomong-ngomong, Takao...." Seluruh pasang mata terfokus pada Midorima yang melihat ke arah bawah. "Untuk apa bingkisan itu?"

"Ah, ini hadiah untuk kenalanku." Midorima terpincing. Lalu dengan senyuman konyol Takao melanjutkan, "... seorang wanita cantik."

"Sudah kuduga-nanodayo." Midorima beralih pada Aomine yang duduk di sampingnya. "Bagaimana denganmu, Aomine? Aku sendiri tidak pernah menemukan namanya di rumah sakit atau melihatnya hanya lewat."

"Ah... aku juga tidak," Aomine menjawab santai. "Tidak ada namanya di daftar nama warga yang sering keluar-masuk prefektur sekitar."

"Kuharap dia segera ditemukan-ssu."

Akashi hanya tersenyum seala kadarnya dan menyesap minumannya yang hampir dingin.

Setiap dipertemuannya seperti ini, Akashi selalu berharap lebih jika ada sedikit kabar mengenai istrinya itu.

Namun tak pernah ada satu pun kabar darinya bahkan hanya untuk secuil informasi.

Bahkan Takao yang notabenenya adalah sepupunya sendiri tak pernah mengatakan apa pun tentang keberadaan istrinya.

👑

Akashi sudah sering mendatangi rumah keluarga mertuanya, tapi laki-laki yang menjadi mertuanya itu tidak pernah menjawab sama sekali.

Berkali-kali Akashi membungkuk dan memohon untuk membiarkannya bertemu dengan istrinya, tapi mertuanya selalu menolak.

Akashi bahkan pernah terus menunggu di depan rumah mertuanya dan berharap mertuanya akan menjawab, tapi nihil.

Ibunda istrinya justru datang dan memberikan foto yang kini ia letakkan di atas meja sambil menjawab, "maaf, Seijuuro-kun. Aku juga tidak mendengar kemana Tua Bangka itu terakhir kali membawa putri kami pergi, tapi ini simpanlah. Hanya ini yang bisa kuberikan padamu."

Hanya Ayah mertuanya itu yang tahu. Namun demikian, berkat kebaikan Ibu mertuanya, setidaknya Akashi bisa sedikit menahan rindu selama lima tahun ini.

Akashi selalu menyibukkan dirinya dengan segala macam pekerjaan di kantornya atau sekadar berkeliling melihat proyek.

Tapi itu semua hampir sia-sia.

Sekali lagi, Akashi melewati taman itu dengan melajukan mobilnya lebih rendah.

"Obaa-san, biar kubantu."

"Ara~ aku tertolong, Nak. Terimakasih."

Akashi tersenyum melihat pemandangan di depannya. Jarang ada anak muda zaman sekarang yang seperti itu.

Begitu anak itu membantu sang Nenek membawakan tas belanjanya sampai di dalam bus, dia kembali memasuki taman.

Namun entah kenapa, ada perasaan aneh yang memukul dirinya dan membuatnya untuk turun.

Untuk menghilangkan rasa penasaran itu, Akashi pun menuruti intuisinya itu dan memarkirkan mobilnya.

Begitu memasuki taman, kedua bola matanya langsung disuguhkan pemandangan berwarna di depan.

Baginya, taman ini tidak berbeda dari terakhir kali dia bersama istrinya. Suasananya masih sama, daun maple berguguran di sana sini. Warna kemerahan memenuhi taman.

Akashi mengadahkan kepalanya dan menatap daun maple yang berguguran itu.

Akashi tersenyum lebih dan bergumam, "takdir untuk bersama selamanya...."

BRUK!

Akashi terperanjat ketika ia rasakan seseorang manabrak dirinya. Dia memutar tubuhnya dan menatap lurus manik yang sama dengannya.

Anak yang tadi ...?

"Maaf, Tuan."

Sebersit ada perasaan aneh yang Akashi rasakan saat melihat anak itu. Melihatnya sedekat ini, ada sesuatu....

Akashi tersenyum dan berkata seraya mensejajarkan posisinya dengan anak itu, "tidak masalah. Kalau boleh tahu, siapa namamu?"

Anak itu diam sebelum menjawab, "Sei."

Akashi tertawa kecil, "cara mengejanya sama dengan namaku. Bagaimana kau menuliskan kanjinya?"

"'征服 (Seifuku)' no 'Sei', '征夷大将軍 (seiitaishougun)' no 'Sei',"

"Bahkan sampai cara menulisnya pun sama," kata Akashi. Tertarik dengan apa yang anak itu pegang, dia kembali bertanya, "untuk apa daun itu?"

Sambil tersenyum lebar, anak itu menjawab, "Okaasan menyukainya, jadi aku akan memberikan ini untuknya. Katanya, dengan ini dia jadi bisa bertemu dengan Otousan."

Akashi penasaran, aksen bicara bahkan saat menjelaskan soal namanya, dia seperti sudah begitu dilatih. Padahal dilihat bagaimana pun, anak ini terlalu muda untuk mempelajari itu.

Terlebih semakin melihat wajahnya, semakin membuatnya ingat pada seseorang. Mungkin seperti... ini hanya kebetulan, 'kan?

"Aku akan pergi dulu. Maaf karena sudah menabrak Tuan," tutur anak itu sopan.

Akashi tersenyum dan menyentuh pucuk kepala anak itu dan membalas, "tidak perlu kau pikirkan. Lain kali berhati-hatilah."

Seperginya anak itu dari hadapan Akashi, ia tenggelam dalam pikirannya.

Ketika bertemu dengan istrinya saat masih kecil, akhirnya mereka dipertemukan kembali dan membangun sebuah keluarga kecil.

Namun karena kesalahannya, Akashi harus berpisah dengannya kembali. Tapi Akashi tetap bisa merasakan kebahagiaan yang sesaat itu.

Melihat anak tadi, Akashi sejenak berpikir bahwa melahirkan dan membesarkan anak akan sama dengan memberikan kebahagiaan.

Apalagi jika anak itu akan mirip dengan Akashi atau istrinya barang kali. Akashi mulai membayangkan bermacam-macam hal—

—tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

👑

Sejenak, Akashi menikmati waktunya sendiri dikelilingi dengan senyuman dan tawa pengunjung taman.

Pandangannya menerawang mawar beraneka macam warna di depannya sampai matanya tidak sengaja menemukan siluet seseorang di depan sana.

Perasaannya semakin membuncah ketika dia sarat-sarat menyadari siapa orang itu. Rambut [hair colour] panjang yang berkilauan dan terlihat halus seperti sutra.

Dengan ragu, mulut Akashi hendak menyebutkan namanya. Entah wanita itu sadar atau tidak dengan kehadirannya, yang jelas Akashi sendiri ragu karena benar-benar tidak melihat wajahnya tatkala terhalang topi yang melingkari kepalanya.

Saat wanita itu berdiri seraya mengangkut keranjang kecil yang penuh dengan bunga, dia berbalik.

Lalu dengan pelan, Akashi menyebutkan namanya, "... [Name]."

Wanita itu tiba-tiba mengadahkan pandangannya dan langsung menatap mata Akashi lurus.

"Maaf?"

"Ah, kukira kau orang yang kukenal. Maaf mengganggumu."

Wanita itu tersenyum dan berkata, "tidak masalah."

Begitu wanita itu pergi tanpa mengatakan apa pun lagi, Akashi kembali melanjutkan langkahnya.

Ah, tadi dia benar-benar berharap banyak. Dia pun bergumam, "bahkan sampai salah mengira orang."

"Okaasan, lihat yang kutemukan!"

"Coba Okaasan lihat...." Akashi menoleh ke sumber suara. Anak yang tadi, apa itu Ibunya? "Wah! Kau bisa mengambil sebanyak ini, Sei?"

Anak itu mengangguk gembira. "Iya! Oh, iya, Okaasan... tadi aku melihat ada seseorang yang mirip dengan Otousan."

"Eh? Benarkah?"

Anak itu sekali lagi mengangguk dengan wajah polos. Melihat interaksi mereka berdua, rasanya begitu lega.

Entah kenapa, Akashi semakin ingin cepat-cepat bertemu dengan istrinya itu.

"Umm... lalu orang itu bilang kalau cara mengeja dan menulis namanya sama denganku."

"Wah, seperti apa orangnya?"

"Itu...."

Anak itu tetiba memutar lehernya dan melihat ke arah Akashi. Akashi langsung tersenyum dan melambaikan tangannya.

Lantas tiba-tiba anak itu berkata, "ah! Itu orangnya, Okaasan. Rambut dan matanya juga sama sepertiku."

Wanita itu langsung memutar lehernya dan melihat ke arah Akashi.

Betapa terkejutnya Akashi mengetahui siapa orang itu. Kali ini tidak salah lagi, itu istrinya.

"[Name]...."

"Sei... juuro...."

[Name] perlahan berdiri dari posisinya seraya memegang tangan anak kecil yang sedari tadi menarik perhatian Akashi.

Dengan perlahan, Akashi mendekatinya selangkah dua langkah dan berkata, "[Name]... apa itu kau, istriku [Name]?"

"Sei...."

Mata Akashi bergulir ke arah anak laki-laki yang terus menatapnya dengan bola mata yang sama dengan miliknya.

Melihat hal itu, [Name] mengangkat anak itu dan menggendongnya.

"[Name], anak itu...." Akashi terus mengunci pandangannya pada anak dengan kedua pipinya yang memerah itu. "... apa dia...."

[Name] yang sedang tersenyum lembut sambil mengusap kedua pipi kemerahan anak itu berkata, "Sei, dia Otousanmu."

Anak bersurai red pinkish itu menatap Ibunya dengan tidak percaya. Matanya membola. "Benarkah? Dia Otousanku?"

[Name] tersenyum lebih dan mengangguk. Eksistensinya berpaling pada Akashi Seijuuro dan berkata, "lama tidak bertemu, Sei... Akashi Seijuuro, suamiku."

Astaga! Akashi benar-benar dibuat bingung sekaligus senang. Bingung karena harus bereaksi seperti apa dan senang karena akhirnya berhasil menemukan [Name]—dengan anaknya.

Akashi bisa saja menangis bahagia saat ini. Namun waktunya tidak tepat. Sekarang dia jadi ingin memeluk keluarga kecilnya ini.

"Nama yang kuberikan sama denganmu," tutur [Name] lembut, lalu dia melanjutkan, "... Akashi Seitaro."

Akashi semakin mengikis jaraknya dengan [Name] lalu memeluknya dan anaknya itu.

"Aku merindukanmu! Sangat merindukanmu! Jangan pergi lagi, aku mohon. Aku tidak akan bisa bertahan lagi."

"Sei...," sekali lagi [Name] memanggil namanya dengan lembut dan menyentuh rahang Akashi lalu menatapnya. "Sampai menangis seperti itu di depan Seitaro."

[Name] mengusap ujung mata Akashi sementara laki-laki itu tersenyum seraya menyentuh pucuk kepala Seitaro.

"Sei, kau sudah dengar, 'kan? Otousan tidak membolehkan Okaasan pulang."

"Kalau begitu, Okaasan tinggal dengan Otousan saja."

"Tapi nanti [Father Name] Ojiisan pasti memarahi Otousan," sambung Akashi tiba-tiba sementara [Name] hanya mengangguk.

Seitaro merucutkan mulutnya. "Kalau begitu biarkan Sei yang bicara dengan [Father Name] Ojiisan. Pokoknya Sei tidak terima penolakan apa pun dari [Father Name] Ojiisan!"

"Memangnya Sei bisa?" [Name] menggoda anaknya sendiri.

Sambil mengembungkan pipinya, Seitaro berkata, "pokoknya akan Sei buat [Father Name] Ojiisan tidak bisa menolaknya."

[Name] dan Akashi tertawa. Wanita itu mengecup anaknya dan mengusap pipi kemerahannya itu dengan lembut bersamaan dengan Akashi di sisinya yang lain.

Kemudian, setelah membawa [Name] dan anaknya, Akashi langsung menuju ke rumah utama mertuanya.

Seperti yang dikatakan Seitaro, anak laki-laki dari pasangan muda Akashi itu membuat Kakek keras kepala itu akhirnya mengizinkan [Name] kembali ke sisi Akashi.














~ e p i l o g   s e l e s a i ~


Sekian dari Mikajeh ☺ setelah sekian lama, akhirnya buku ini selesai juga heuheuheu~ 😂 terimakasih khususnya yang udah jadi pembaca setia, penunggu setia dan pengevote setia 😘 angka-angka yang kalyan kasih bener-bener bernilai buat Mikajeh 😭 pokoknya terimakasih banget

Tapi... eits! Jangan diabaikan dulu catetan dari Mikajeh, karena cerita ini tidak selesai sampe di sini 😚 kalo kalyan sadar, ada tulisan ini "trilogi" di bagian bawah sinopsis sama "Book 1 of 3" di covernya. Yep! Masih ada lanjutannya! Cerita selanjutnya bakal ceritain kehidupan setelah kalyan kumpul lageh beserta lika likunya dan... MUNGKIN otewe punya anak ke-2 (2 anak lebih baik, gitu pokoknya) 😜 genre ceritanya masih sama cuman ratenya yang beranjak menjadi M alias MATURE dan ditulis dengan eksplisit 😏 hehehehe~ awas lho pada bandel lagi udah dibilangin yak 🙃

BONUS DARI MIKAJEH!

Yep, ini kapernya 😲 semoga sadja saia tidak khilap dan ganti kaper ini lagi apa gak paling-paling ganti judul 😶 sinopsis dan bagemana ceritanya bakal di jurnal yeu 🤤

^Seitaro waktu dimamam hiu sambil liatin poto bapakenya 😂😂👌🏻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro